Menteri Darmin Beberkan 3 Kelompok Barang yang Dominasi Impor

Selasa, 16 April 2019 12:56 WIB

Menko Bidang Perekonomian Darmin Nasution menyampaikan sambutan saat pembukaan perdagangan 2019 di Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Rabu, 2 Januari 2019. TEMPO/Tony Hartawan

TEMPO.CO, Jakarta - Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Darmin Nasution baru-baru ini mengungkapkan kondisi yang terjadi dalam impor Indonesia beberapa tahun terakhir. Menurut dia, ada tiga kelompok barang yang masih mendominasi impor Indonesia. Ketiganya yaitu besi, baja, dan turunannya; petrokimia; dan kimia dasar.

Baca: BPS: Impor Maret 2019 Naik 10,31 Persen Jadi USD 13,49 Miliar

"Ketiganya mendominasi 60 persen dari impor Indonesia," kata Darmin pada pembukaan acara di Indonesia Convention Exhibition (ICE) Bumi Serpong Damai (BSD), Tangerang, Banten, Senin, 15 April 2019. Adapun beberapa produk-produk petrokimia yang banyak digunakan di dalam negeri, mulai dari pipa plastik, poliester pada produk pakaian, hingga produk-produk pada farmasi dan pakaian.

Direktur Jenderal Industri Kimia, Farmasi, dan Tekstil Kementerian Perindustrian Achmad Sigit Dwiwahjono, membenarkan situasi ini. Ia mengatakan bahwa sepanjang 2018 lalu, Indonesia mengimpor barang-barang petrokimia hingga senilai US$ 15 miliar atau setara Rp 210 triliun (kurs Rp 14.000 per dolar AS).

Saat ini, kata Achmad, kebutuhan petrokimia dalam negeri mencapai 6 juta ton setiap tahunnya. Dari jumlah ini, hanya sekitar 20 persen atau setara 1,2 juta ton yang bisa dipenuhi dengan produksi lokal dan sisanya terpaksa harus diimpor.

Dengan keterbatasan produksi dalam negeri dan tingginya impor setiap tahun, pemerintah pun mengebut investasi di sektor ini. Pemerintah menyadari bahwa investasi di industri petrokimia ini membutuhkan biaya yang cukup besar. "Untuk kapasitas produksi 1 juta ton saja, perlu adanya dana sebesar US$ 3,5 miliar atau setara Rp 49 triliun," kata Achmad saat dihubungi di Jakarta, Senin, 15 April 2019.

Sehingga jika gap antara kebutuhan petrokimia dan produksi lokal sebesar 4,8 juta ton, maka setidaknya total investasi yang dibutuhkan mencapai Rp 2.352 triliun, hampir mencapai total Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) 2019 yang sebesar Rp 2.439 triliun.

Di tengah kondisi ini, kabar baik datang pada awal tahun 2019. niatan investasi itu pun terealisasi. Perusahaan lokal PT Chandra Asri Petrochemical Tbk (TPIA) dan perusahaan asal Korea Selatan, PT Lotte Chemical Indonesia, pun menanamkan investasi senilai hingga Rp 130 triliun untuk membangun pabrik petrokimia.

Berdasarkan keterangan pers yang disampaikan Kementerian Perindustrian, Lotte Chemical Indonesia berkomitmen menggelontorkan investasi sebesar US$ 3,5 miliar untuk menghasilkan naphtha cracker sebanyak 2 juta ton per tahun.

Demikian pula dengan PT Chandra Asri Petrochemical menyuntikan dana hingga US$ 5,4 miliar, yang di antaranya guna memproduksi naphtha cracker mencapai 2,5 juta ton per tahun. Sehingga, total investasi kedua perusahaan tersebut mencapai US$ 8,9 miliar atau setara dengan Rp 130 triliun (dengan nilai kurs Rp 14.500/US$).

Achmad menyebut kehadiran dua perusahaan ini pun diproyeksikan bisa meningkatkan suplai produksi petrokimia lokal, dari 20 persen menjadi 50 persen. Selain itu, dengan masuknya investasi di kedua perusahaan ini, maka realisasi investasi tahun ini sudah terpenuhi hingga 86,8 persen dari target Rp 149,7 triliun di sektor industri kimia, farmasi, dan tekstil. Kementerian Perindustrian tinggal mencari tambahan sisanya senilai Rp 19,7 triliun.

Tak ingin berlama-lama menunggu, Presiden Joko Widodo alias Jokowi pun memberi perintah khusus untuk investasi di sektor petrokimia ini. Pada 12 Maret 2019 dalam Rapat Koordinasi Nasional Investasi Tahun 2019 yang juga diadakan di ICE BSD, Banten. Saat itu, Jokowi meminta semua pihak mempercepat pelayanan perizinan untuk investasi yang mengarah pada sektor hilir atau pengolahan dan industri petrokimia.

"Kalau sudah investasi sektor hilir dan petrokimia, sudah dengan tutup mata, berikan saja," kata Jokowi. Khusus untuk investasi petrokimia, Jokowi menyebutkan impor produk petrokimia saat ini sangat besar sehingga kontribusinya kepada defisit neraca transaksi berjalan juga besar.

Bentuk insentif yang akan diberikan Jokowi pun adalah fasilitas libur pajak alias tax holiday. Dengan fasilitas ini, diharapkan akan makin banyak investasi petrokimia yang masuk ke Indonesia.

Baca: Prabowo Sebut Deindustrialisasi, Kemenperin: RI Ranking 5 di G20

Dengan demikian, Indonesia perlu memiliki industri yang dapat memproduksi produk substitusi bagi impor tersebut. "Subtitusi barang impor harus diberikan prioritas. Daripada kita impor, lebih baik mereka (investor) mendirikan (pabrik petrokimia) di sini," ujar Jokowi.

BISNIS

Berita terkait

Jokowi Sebut Izin Ekspor Konsentrat Tembaga Freeport Diperpanjang

1 hari lalu

Jokowi Sebut Izin Ekspor Konsentrat Tembaga Freeport Diperpanjang

Freeport beberapa kali menyuarakan harapan agar izin ekspor konsentrat tembaga tetap dibuka.

Baca Selengkapnya

Kepala Bea Cukai Purwakarta Dilaporkan ke KPK, Bermula dari Bisnis Ekspor Impor

1 hari lalu

Kepala Bea Cukai Purwakarta Dilaporkan ke KPK, Bermula dari Bisnis Ekspor Impor

Kepala Bea Cukai Purwakarta Rahmady Effendy Hutahaean dilaporkan ke KPK oleh pengacara bernama Andreas atas tuduhan tak lapor LHKPN secara benar.

Baca Selengkapnya

Perkumpulan Penyelenggara Jasa Boga Perjuangkan Pembuatan Produk Kuliner Khas Nusantara untuk Ekspor

1 hari lalu

Perkumpulan Penyelenggara Jasa Boga Perjuangkan Pembuatan Produk Kuliner Khas Nusantara untuk Ekspor

PPJI berharap ke depan ada produk-produk kuliner jenis lainnya yang bisa diekspor seperti halnya rendang.

Baca Selengkapnya

LPEI Ekspor sampai Belanda dan Korea Selatan lewat Desa Devisa Gula Aren Maros

1 hari lalu

LPEI Ekspor sampai Belanda dan Korea Selatan lewat Desa Devisa Gula Aren Maros

LPEI melalui Desa Devisa Gula Aren Maros mengekspor gula aren ke Belanda dan Korea Selatan.

Baca Selengkapnya

Jokowi Kesal Indonesia Banjir Impor Perangkat Teknologi: Kenapa Kita Diam?

1 hari lalu

Jokowi Kesal Indonesia Banjir Impor Perangkat Teknologi: Kenapa Kita Diam?

Jokowi mengatakan CEO dari perusahaan teknologi global, yakni Tim Cook dari Apple dan Satya Nadela dari Microsoft telah bertemu dengan dia di Jakarta.

Baca Selengkapnya

Jokowi Ungkap Pesan yang Terus Disampaikannya ke Bos Apple hingga Microsoft

2 hari lalu

Jokowi Ungkap Pesan yang Terus Disampaikannya ke Bos Apple hingga Microsoft

Presiden Jokowi juga menyayangkan perangkat teknologi dan alat komunikasi yang Indonesia pakai masih didominasi barang-barang impor.

Baca Selengkapnya

Jokowi Sebut Impor Produk Elektronik Bikin Defisit hingga Rp 30 Triliun Lebih

2 hari lalu

Jokowi Sebut Impor Produk Elektronik Bikin Defisit hingga Rp 30 Triliun Lebih

Jokowi menyayangkan perangkat teknologi dan alat komunikasi yang digunakan di Tanah Air saat ini masih didominasi oleh barang-barang impor.

Baca Selengkapnya

Kemenperin Jamin Pengetatan Impor Tidak Bebani Industri Manufaktur

2 hari lalu

Kemenperin Jamin Pengetatan Impor Tidak Bebani Industri Manufaktur

Aturan pengetatan impor dijamin tidak bebani industri manufaktur. Pelaku industri alas kaki menganggap aturan memperumit birokrasi dalam memperoleh bahan baku dari luar negeri.

Baca Selengkapnya

Mendag Zulhas Tegaskan Pelaku Usaha Jastip Wajib Ikut Aturan soal Barang Bawaan Impor

2 hari lalu

Mendag Zulhas Tegaskan Pelaku Usaha Jastip Wajib Ikut Aturan soal Barang Bawaan Impor

Menteri Perdagangan Zulkifli Hasan alias Zulhas mengatakan bakal menegakkan aturan soal pelaku usaha jasa titip atau jastip yang berbelanja barang titipan orang lain dari luar negeri. Ia meminta agar Bea Cukai menertibkan pelaku usaha jastip yang masih bandel terhadap aturan.

Baca Selengkapnya

Revisi Permendag 7/2024, Menteri Zulhas Pastikan Impor Tepung Terigu dan Pelumas Tidak Lagi Dibatasi

2 hari lalu

Revisi Permendag 7/2024, Menteri Zulhas Pastikan Impor Tepung Terigu dan Pelumas Tidak Lagi Dibatasi

Untuk beberapa komoditas bahan baku industri, aturan dikembalikan lagi ke Permendag 25/2022.

Baca Selengkapnya