Komite Ekonomi Targetkan 5 Persen Penduduk Jadi Pengusaha
Reporter
Parliza Hendrawan (Kontributor)
Editor
Rahma Tri
Minggu, 31 Maret 2019 09:53 WIB
TEMPO.CO, Palembang - Ketua Komite Ekonomi dan Industri Nasional (KEIN) Soetrisno Bachir optimistis jumlah pengusaha nasional terus bergerak naik dalam beberapa tahun ke depan ini. Berbicara dalam Dialog Ekonomi Umat : Tantangan Berwirausaha di Era Industri 4.0, dia mengajak seluruh kalangan untuk mendongkrak jumlah pengusaha hingga 5 persen dari total penduduk nasional.
BACA: Tingkatkan Daya Saing, Jokowi Ingin Ada Penurunan Pajak Korporasi
"Saya mengajak organisasi kepemudaan di Indonesia meningkatkan semangat entrepreneurship di kalangan anggotanya,” kata Soetrisno di Palembang, Sabtu, 5 Maret 2019. Pada umumnya, menurut dia, organisasi kepemudaan (OKP) berkecimpung di bidang sosial, keagamaan, dan politik. Kali ini dia mengajak seluruh OKP di Indonesia meningkatkan semangat entrepreneurship di kalangan anggotanya.
Menurut Soetrisno, jumlah OKP mencapai ratusan organisasi dengan puluhan juta anggota yang berusia produktif, yaitu antara 15-40 tahun. Mereka fokus pada pemberdayaan pemuda pada bidang pelajar dan mahasiswa, kepemudaan, keagamaan, dan nasional. Ini merupakan potensi yang perlu ditingkatkan pemberdayaannya melalui agenda program kewirausahaan dari masing-masing organisasi kepemudaan tersebut.
Dia menambahkan program kerja kewirausahaan di kalangan OKP dapat disinergikan dengan program kerja kewirausahaan di kementerian/lembaga dan BUMN (Badan Usaha Milik Negara). Dengan begitu, sinergi ini diharapkan dapat menumbuhkan semangat kewirausahaan di kalangan pemuda sehingga akan lahir pengusaha-pengusaha baru di masa depan. “Keyakinan saya, anak-anak muda sekarang sudah makin cerdas karena pendidikannya makin baik. Tinggal diasah mental entrepreneurship-nya akan menjadi pengusaha andal,” kata Soetrisno.
Ia mengingatkan agar para pemuda yang tergabung dalam OKP mampu menciptakan industri ekstraktif, nonekstraktif, dan fasilitatif. Sebab industri mampu membuka banyak lapangan kerja dan penciptaan produk barang dan jasa yang bernilai tambah. Namun demikian, bukan berarti dirinya melarang para pemuda menekuni dunia perdagangan. Apalagi saat ini makin merebak perdagangan elektronik (e-commerce), yang mustahil dibendung.
PARLIZA HENDRAWAN