TEMPO.CO, Yogyakarta -Para pengusaha mebel dan kerajinan yang tergabung dalam Asosiasi Pengusaha Mebel dan Kerajinan Indonesia (Asmindo) se- Jawa-Bali bakal menggelar Jogja International Furniture and Craft Fair (JIFFINA) yang berlangsung 13-16 Maret 2019 di gedung Jogja Expo Center (JEC) Yogyakarta.
BACA: Jenazah Korban Mutilasi di Malaysia Dipulangkan Rabu Pekan Ini
Melalui JIFFINA kali ini kalangan pengusaha membidik potensi pasar ekspor baru, yang selama ini masih bergantung pada Eropa Barat dan Amerika Serikat.
"Beberapa waktu terakhir kami melihat peluang pasar baru untuk mebel dan kerajinan itu tumbuh di beberapa negara Afrika, negara bekas Uni Soviet, juga Eropa Timur, potensi ini kami garap," Ketua JIFFINA 2019, Endro Wardoyo di Yogyakarta Senin 11 Maret 2019.
Dalam JIFFINA kali ini, setidaknya sudah ada 910 buyer dari luar negeri yang mendaftarkan diri akan datang ke Yogyakarta.
Dalam acara kali ini setidaknya ada 300 pengusaha mebel dan kerajinan yang turut serta. Jumlah tersebut sedikit meningkat dibanding dengan jumlah pengusaha dalam JIFFINA sebelumnya hanya sekitar 280 orang.
BACA: Jamin Pilpres Aman, Jusuf Kalla: Pengusaha Tak Perlu ke Singapura
Tak hanya itu, pada gelaran kali ini ada sekitar 1200 pengusaha lokal berbagai daerah di Indonesia menyatakan akan hadir.
Endro mengatakan selama ini ekspor mebel dan kerajinan yang berasal dari DI Yogyakarta masih bergantung pada pasar tradisional yaitu Amerika Serikat dan Eropa.
Hal ini terlihat dari permintaan tahun 2018 lalu. Selain Amerika Serikat, pasar ekspor seperti ke Belanda kemudian ke Jerman, Perancis, Inggris, juga Italia paling menggeliat.
"Pasar ekspor paling besar Indonesia masih ke Eropa dan Amerika Serikat karena memang menjanjikan. Pasar Amerika Serikat adalah perusahaan-perusahaan besar yang sudah kontrak dan mereka juga tidak perlu pameran seperti JIFFINA ini," ujarnya.
Padahal, ujar Endro, beberapa negara yang di kawasan Asia seperti Korea dan Jepang yang mulai tumbuh permintaannya. Korea dan Jepang terlihat mulai tumbuh menjadi pasar potensial seiring membaiknya kondisi perekonomiannya.
"Calon pembeli beberapa negara seperti Burundi, Skotlandia dan bekas Uni Soviet juga ikut mendaftarkan diri dalam pameran JIFFINA 2019 ini, sehingga harapannya terjadi transaksi yang mampu mengalihkan pasar tradisional," ujarnya.
Endro mengatakan pihaknya menargetkan transaksi sebesar 80 juta US Dollar selama pameran berlangsung. Target tersebut meningkat dibanding dengan nilai transaksi pada hajatan tahun lalu yaitu sebesar 64 juta US Dollar.
Baca berita tentang Pengusaha lainnya di Tempo.co.