Bank Indonesia : RI Tak Kena Dampak Krisis Ekonomi Turki

Reporter

Bisnis.com

Editor

Rahma Tri

Jumat, 29 Maret 2019 16:40 WIB

Ilustrasi mata uang Turki Lira pada 10 Oktober 2017.[REUTERS/Murad Sezer]

TEMPO.CO, Jakarta - Bank Indonesia memastikan bahwa Indonesia aman dari paparan dampak sistemik krisis ekonomi Turki, Argentina, hingga perlambatan ekonomi yang terjadi di sejumlah negara maju. Deputi Gubernur BI, Dody Budi Waluyo, menuturkan berdasarkan simulasi yang dilakukan Komite Stabilitas Sistem Keuangan (KSSK), sistem keuangan Indonesia berada di level yang aman.

Baca: Krisis Turki, Hubungan Dagang Turki dan Indonesia Terimbas?

"Aman, kan kita kan selalu lakukan simulasi setiap saat, dan selalu bertemu dalam forum KSSK dan kita selalu amati dampak global, dampak nilai tukar, suku bunga terhadap stabilitas sistem keuangan," ujar Dody di Jakarta , Jumat 29 Maret 2019.

Kondisi ini juga diperkuat dari data-data keuangan terkait dengan permodalan, return on equity (ROE) serta return on assets (ROA) perbankan di dalam negeri, dan profit perbankan. "Itu semua terdorong," kata Dody.

Menurut Dody, tugas KSSK adalah mengawasi dan memantau sejumlah aspek sistem keuangan di dalam negeri dari mulai perkembangan ekonomi, moneter, fiskal, pasar keuangan, lembaga jasa keuangan hingga penjamin simpanan. Adapun anggota KSSK yang terdiri atas Kementerian Keuangan, Bank Indonesia (BI), Otoritas Jasa Keuangan (OJK), dan Lembaga Penjamin Simpanan (LPS). KSSK merilis hasil rapat reguler setiap tiga bulan sekali.

Advertising
Advertising

Bank Indonesia melihat masalah krisis di Turki dan Argentina serta perlambatan ekonomi di Eropa, AS memang berpengaruh terhadap pasar keuangan global. Dody menuturkan, melihat kondisi ini, Indonesia memang harus waspada dengan perkembangan di Turki, Argentina, Eropa dan negara lainnya.

Namun, dia menegaskan sentimen investor terhadap pasar Indonesia cukup baik. "Sentimen investor terhadap Indonesia masih sangat positif," Dody menjamin.

Baca: Indonesia Diminta Terlibat Panel Pembangunan Ekonomi Kelautan

Sejak Turki krisis, Rupiah ikut mengalami depresiasi selama seminggu terahir sebesar 0,5 persen. Namun secara tahun kalender, rupiah masih berada di posisi menguat sebesar 0,9 persen. BI melihat sentimen investor terhadap Indonesia masih sangat positif. Hal ini terlihat dari aliran modal masuk ke dalam negeri, termasuk ke pasar surat berharga negara (SBN), Sertifikat Bank Indonesia (SBI) dan saham.

Sepanjang minggu lalu, setelah krisis Turki, aliran modal ke dalam negeri tercatat mencapai Rp15 -16 triliun. Dengan aliran dana tersebut, total aliran dana secara tahun kalender hingga akhir minggu lalu mencapai sekitar Rp90 triliun.

Berita terkait

Bendesa Adat Diduga Peras Pengusaha Rp 10 Miliar, Seperti Apa Perannya dalam Izin Investasi di Bali?

5 jam lalu

Bendesa Adat Diduga Peras Pengusaha Rp 10 Miliar, Seperti Apa Perannya dalam Izin Investasi di Bali?

Kejaksaan Tinggi Bali menangkap seorang Bendesa Adat karena diduga telah memeras seorang pengusaha untuk rekomendasi izin investasi.

Baca Selengkapnya

Tak Hanya Naikkan BI Rate, BI Rilis 5 Kebijakan Moneter Ini untuk Jaga Stabilitas Rupiah

17 jam lalu

Tak Hanya Naikkan BI Rate, BI Rilis 5 Kebijakan Moneter Ini untuk Jaga Stabilitas Rupiah

Gubernur BI Perry Warjiyo membeberkan lima aksi BI untuk menjaga stabilitas nilai tukar rupiah di tengah ketidakpastian pasar keuangan global.

Baca Selengkapnya

Bos BI Yakin Rupiah Terus Menguat hingga Rp 15.800 per Dolar AS, Ini 4 Alasannya

19 jam lalu

Bos BI Yakin Rupiah Terus Menguat hingga Rp 15.800 per Dolar AS, Ini 4 Alasannya

Gubernur BI Perry Warjiyo yakin nilai tukar rupiah terhadap dolar AS akan menguat sampai akhir tahun ke level Rp 15.800 per dolar AS.

Baca Selengkapnya

Basuki Hadimuljono Pastikan Groundbreaking Keenam di IKN Setelah World Water Forum 2024 Digelar

1 hari lalu

Basuki Hadimuljono Pastikan Groundbreaking Keenam di IKN Setelah World Water Forum 2024 Digelar

Menteri PUPR Basuki Hadimuljono mengatakan groundbreaking keenam di IKN dilakukan akhir Mei atau awal Juni 2024.

Baca Selengkapnya

Inflasi April Hanya 0,25 Persen, BI Ungkap Pemicunya

1 hari lalu

Inflasi April Hanya 0,25 Persen, BI Ungkap Pemicunya

BI menyebut inflasi IHK pada April 2024 tetap terjaga dalam kisaran sasaran 2,51 persen, yakni 0,25 persen mtm.

Baca Selengkapnya

Delegasi Uni Eropa Kunjungi IKN untuk Jajaki Peluang Investasi

1 hari lalu

Delegasi Uni Eropa Kunjungi IKN untuk Jajaki Peluang Investasi

Delegasi Uni Eropa mengunjungi Ibu Kota Nusantara (IKN) untuk penjajakan peluang investasi.

Baca Selengkapnya

Bahlil Bantah Cina Kuasai Investasi di Indonesia, Ini Faktanya

1 hari lalu

Bahlil Bantah Cina Kuasai Investasi di Indonesia, Ini Faktanya

Menteri Bahlil membantah investasi di Indonesia selama ini dikuasai oleh Cina, karena pemodal terbesar justru Singapura.

Baca Selengkapnya

Kejati Bali Lakukan OTT Anggota Bendesa Adat yang Diduga Lakukan Pemerasan Investasi

1 hari lalu

Kejati Bali Lakukan OTT Anggota Bendesa Adat yang Diduga Lakukan Pemerasan Investasi

Kejati Bali melakukan operasi tangkap tangan (OTT) terhadap oknum Bendesa Adat di Bali. Bendesa itu diduga melakukan pemerasan investasi.

Baca Selengkapnya

Apple dan Microsoft Bilang ke Jokowi Mau Investasi di Indonesia, Ahli ICT Beri Catatan Ini

1 hari lalu

Apple dan Microsoft Bilang ke Jokowi Mau Investasi di Indonesia, Ahli ICT Beri Catatan Ini

Ahli ini menyatakan tak anti investasi asing, termasuk yang dijanjikan datang dari Apple dan Microsoft.

Baca Selengkapnya

Rencana Investasi Microsoft Senilai Rp 27,6 Triliun, Pengamat: Harus Jelas Pembuktiannya

2 hari lalu

Rencana Investasi Microsoft Senilai Rp 27,6 Triliun, Pengamat: Harus Jelas Pembuktiannya

Rencana investasi Microsoft itu diumumkan melalui agenda Microsoft Build: AI Day yang digelar di Jakarta.

Baca Selengkapnya