Bank Indonesia : RI Tak Kena Dampak Krisis Ekonomi Turki
Reporter
Bisnis.com
Editor
Rahma Tri
Jumat, 29 Maret 2019 16:40 WIB
TEMPO.CO, Jakarta - Bank Indonesia memastikan bahwa Indonesia aman dari paparan dampak sistemik krisis ekonomi Turki, Argentina, hingga perlambatan ekonomi yang terjadi di sejumlah negara maju. Deputi Gubernur BI, Dody Budi Waluyo, menuturkan berdasarkan simulasi yang dilakukan Komite Stabilitas Sistem Keuangan (KSSK), sistem keuangan Indonesia berada di level yang aman.
Baca: Krisis Turki, Hubungan Dagang Turki dan Indonesia Terimbas?
"Aman, kan kita kan selalu lakukan simulasi setiap saat, dan selalu bertemu dalam forum KSSK dan kita selalu amati dampak global, dampak nilai tukar, suku bunga terhadap stabilitas sistem keuangan," ujar Dody di Jakarta , Jumat 29 Maret 2019.
Kondisi ini juga diperkuat dari data-data keuangan terkait dengan permodalan, return on equity (ROE) serta return on assets (ROA) perbankan di dalam negeri, dan profit perbankan. "Itu semua terdorong," kata Dody.
Menurut Dody, tugas KSSK adalah mengawasi dan memantau sejumlah aspek sistem keuangan di dalam negeri dari mulai perkembangan ekonomi, moneter, fiskal, pasar keuangan, lembaga jasa keuangan hingga penjamin simpanan. Adapun anggota KSSK yang terdiri atas Kementerian Keuangan, Bank Indonesia (BI), Otoritas Jasa Keuangan (OJK), dan Lembaga Penjamin Simpanan (LPS). KSSK merilis hasil rapat reguler setiap tiga bulan sekali.
Bank Indonesia melihat masalah krisis di Turki dan Argentina serta perlambatan ekonomi di Eropa, AS memang berpengaruh terhadap pasar keuangan global. Dody menuturkan, melihat kondisi ini, Indonesia memang harus waspada dengan perkembangan di Turki, Argentina, Eropa dan negara lainnya.
Namun, dia menegaskan sentimen investor terhadap pasar Indonesia cukup baik. "Sentimen investor terhadap Indonesia masih sangat positif," Dody menjamin.
Baca: Indonesia Diminta Terlibat Panel Pembangunan Ekonomi Kelautan
Sejak Turki krisis, Rupiah ikut mengalami depresiasi selama seminggu terahir sebesar 0,5 persen. Namun secara tahun kalender, rupiah masih berada di posisi menguat sebesar 0,9 persen. BI melihat sentimen investor terhadap Indonesia masih sangat positif. Hal ini terlihat dari aliran modal masuk ke dalam negeri, termasuk ke pasar surat berharga negara (SBN), Sertifikat Bank Indonesia (SBI) dan saham.
Sepanjang minggu lalu, setelah krisis Turki, aliran modal ke dalam negeri tercatat mencapai Rp15 -16 triliun. Dengan aliran dana tersebut, total aliran dana secara tahun kalender hingga akhir minggu lalu mencapai sekitar Rp90 triliun.