Presiden Joko Widodo bersama Menteri Perindustrian Airlangga Hartarto saat acara Peresmian Pembukaan Indonesia Industrial Summit Tahun 2018 dan Peluncuran "Making Indonesia 4.0" di Cendrawasih Hall, JCC, Senayan, Jakarta, 4 April 2018. TEMPO/Subekti.
TEMPO.CO, Jakarta - Ketua Kamar Dagang dan Industri atau Kadin Indonesia Rosan P. Roeslani mengungkapkan ekonomi Indonesia masih harus menghadapi tantangan besar di era pengembangan industri 4.0 dan ekonomi digital. Tantangan itu kata Rosan adalah mengenai tingkat produktivitas yang masih rendah.
"Ada masalah tenaga kerja, konektivitas, dan kenaikan dari upah buruh yang pasti setiap tahun. Tapi kita tidak pernah memikirkan masalah kualitas dan bagaimana meningkatkan daya saing dari para pekerja," kata Rosan di acara Kadin Entrepreneurship di Hotel Shangri La, Rabu 27 Februari 2019.
Padahal Indonesia memiliki potensi pasar digital ekonomi pada 2025 hingga mencapai angka US$ 150 miliar atau kurang lebih Rp 2.000 triliun. Sedangkan jika dilihat pasar ekonomi digital di Asia Tenggara pada tahun 2025, kurang lebih bisa mencapai US$ 240 miliar.
Rosan menilai dengan kondisi angka-angka tersebut Indonesia akan menjadi pemimpin dari ekonomi digital di ASEAN. Kendati demikian, hal itu belum lah cukup jika ingin meningkatkan produktivitas.
Apalagi, ke depan Indonesia juga menghadapi banyak tantangan salah satunya dari adaya bonus demografi pada 2038-2040. Karena itu, seluruh pihak harus bisa mencari strategi terbaik untuk bisa memanfaatkan adanya potensi bonus demografi tersebut.
"Jangan sampai bonus demografi ini menjadi beban demografi di masa mendatang apabila kita tidak melakukan atau mengantisipasi dengan baik," kata Rosan.