Ekonom: Bank Indonesia Perlu Tahan Suku Bunga Acuan, Sebab...

Kamis, 21 Februari 2019 10:00 WIB

Gubernur BI Perry Warjiyo (dua dari kiri) bersama jajarannya memberikan keterangan kepada wartawan saat Rapat Dewan Gubernur Bank Indonesia di Jakarta, Rabu, 15 Agustus 2018. BI juga menaikkan suku bunga deposit facility 25 bps menjadi 4,75 persen dan suku bunga lending facility 25 bps menjadi 6,25 persen. TEMPO/Tony Hartawan

TEMPO.CO, Jakarta - Head of Macro Study LPEM Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, Febrio Kacaribu menilai Bank Indonesia perlu menahan suku bunga kebijakan pada bulan ini. Hal itu, kata dia, melihat ekonomi tumbuh sedikit di atas ekspektasi di tengah ketidakpastian global sepanjang tahun 2018. Pada tahun lalu itu, pertumbuhan ekonomi tercatat tertinggi sejak tahun 2014 sebesar 5,17 persen (yoy).

BACA: Standard Chartered Sebut Tren Reksa Dana Bakal Positif pada 2019

"Kuatnya kondisi fundamental juga terlihat pada inflasi yang rendah dan stabil," kata Febrio dalam keterangan tertulis, Kamis, 21 Februari 2019.

Menurut dia, tren apresiasi rupiah, yang sempat di bawah Rp 14 ribu di awal Februari, didorong oleh derasnya arus modal masuk sejak Oktober 2018. Febrio melihat tekanan eksternal yang sebelumnya mengancam pasar perlahan-lahan mereda.

Redanya ancaman itu, kata dia, seiring dengan pelemahan global yang sudah hampir pasti terjadi dalam dua tahun ke depan, di mana ini akan berkontribusi terhadap pelemahan harga komoditas. Tren ini menciptakan tantangan dari neraca perdagangan dalam beberapa waktu mendatang.

Advertising
Advertising

Di sisi lain, kata Febrio, harga minyak mentah akan terus menjadi sumber ketidakpastian bagi rupiah di 2019. Harga minyak mentak, menurut dia, telah menyentuh tertinggi dalam tiga bulan terakhir karena pengurangan pasokan oleh produsen.

"Secara keseluruhan, kami memandang bahwa BI perlu mempertahankan suku bunga kebijakannya pada Rapat Dewan Gubernur bulan ini," ujar dia.

BACA: Komnas HAM Minta OJK Atur Batas Bunga Fintech Pinjaman Online

Rapat Dewan Gubernur atau RDG BI pada 16-17 Januari 2019 memutuskan untuk mempertahankan BI7DRR sebesar 6,00 persen, suku bunga Deposit Facility sebesar 5,25 persen, dan suku bunga Lending Facility sebesar 6,75 persen. Gubernur BI Perry Warjiyo meyakini bahwa tingkat suku bunga kebijakan tersebut masih konsisten dengan upaya menurunkan defisit transaksi berjalan ke dalam batas yang aman.

"Dan mempertahankan daya tarik aset keuangan domestik. Termasuk telah mempertimbangkan tren pergerakan suku bunga global dalam beberapa bulan ke depan," kata Perry di komplek gedung BI, Jakarta, Kamis, 17 Januari 2019.

Hari ini Perry Warjiyo bersama Anggota Dewan Gubernur BI akan mengumumkan hasil Rapat Dewan Gubernur BI Februari 2019. RDG itu mencakup asesmen perekonomian Triwulan IV-2018.

Baca berita tentang suku bunga lainnya di Tempo.co.

Berita terkait

Bandara AH Nasution Sumut Senilai Rp 434,5 Miliar Rampung Dibangun, Menhub: Bisa Tingkatkan Ekonomi Daerah

2 jam lalu

Bandara AH Nasution Sumut Senilai Rp 434,5 Miliar Rampung Dibangun, Menhub: Bisa Tingkatkan Ekonomi Daerah

Proyek pembangunan bandara AH Nasution ini mulai dibangun pada 2020 dengan anggaran sebesar Rp 434,5 miliar.

Baca Selengkapnya

Tak Hanya India, Jepang Juga Kecewa Atas Komentar Joe Biden tentang Xenofobia

15 jam lalu

Tak Hanya India, Jepang Juga Kecewa Atas Komentar Joe Biden tentang Xenofobia

Pemerintah Jepang menanggapi komentar Presiden AS Joe Biden bahwa xenofobia menjadi faktor penghambat pertumbuhan ekonomi di Cina, India dan Jepang.

Baca Selengkapnya

Menlu India Tak Terima Komentar Joe Biden tentang Xenofobia

20 jam lalu

Menlu India Tak Terima Komentar Joe Biden tentang Xenofobia

Menteri Luar Negeri India menolak komentar Presiden AS Joe Biden bahwa xenofobia menjadi faktor yang menghambat pertumbuhan ekonomi negaranya.

Baca Selengkapnya

LPEM FEB UI Perkirakan Pertumbuhan Ekonomi Kuartal Pertama 5,15 Persen

1 hari lalu

LPEM FEB UI Perkirakan Pertumbuhan Ekonomi Kuartal Pertama 5,15 Persen

Pemilu dan beberapa periode libur panjang seperti lebaran berpotensi mendorong konsumsi dan pertumbuhan ekonomi pada kuartal pertama 2024.

Baca Selengkapnya

Tak Hanya Naikkan BI Rate, BI Rilis 5 Kebijakan Moneter Ini untuk Jaga Stabilitas Rupiah

1 hari lalu

Tak Hanya Naikkan BI Rate, BI Rilis 5 Kebijakan Moneter Ini untuk Jaga Stabilitas Rupiah

Gubernur BI Perry Warjiyo membeberkan lima aksi BI untuk menjaga stabilitas nilai tukar rupiah di tengah ketidakpastian pasar keuangan global.

Baca Selengkapnya

17 Bandara Internasional Dipangkas, Bagaimana Dampaknya ke Pertumbuhan Ekonomi Daerah?

1 hari lalu

17 Bandara Internasional Dipangkas, Bagaimana Dampaknya ke Pertumbuhan Ekonomi Daerah?

Direktur Utama InJourney Airports, Faik Fahmi mengatakan pemangkasan jumlah bandara internasional tidak bepengaruh signifikan ke ekonomi daerah.

Baca Selengkapnya

Bos BI Yakin Rupiah Terus Menguat hingga Rp 15.800 per Dolar AS, Ini 4 Alasannya

1 hari lalu

Bos BI Yakin Rupiah Terus Menguat hingga Rp 15.800 per Dolar AS, Ini 4 Alasannya

Gubernur BI Perry Warjiyo yakin nilai tukar rupiah terhadap dolar AS akan menguat sampai akhir tahun ke level Rp 15.800 per dolar AS.

Baca Selengkapnya

Sri Mulyani Sebut Pertumbuhan Ekonomi Global Bakal Stagnan di 3,2 Persen, Bagaimana Dampaknya ke RI?

1 hari lalu

Sri Mulyani Sebut Pertumbuhan Ekonomi Global Bakal Stagnan di 3,2 Persen, Bagaimana Dampaknya ke RI?

Sri Mulyani menyebut perkiraan pertumbuhan ekonomi global pada tahun ini bakal relatif stagnan dengan berbagai risiko dan tantangan yang berkembang.

Baca Selengkapnya

Inflasi April Hanya 0,25 Persen, BI Ungkap Pemicunya

1 hari lalu

Inflasi April Hanya 0,25 Persen, BI Ungkap Pemicunya

BI menyebut inflasi IHK pada April 2024 tetap terjaga dalam kisaran sasaran 2,51 persen, yakni 0,25 persen mtm.

Baca Selengkapnya

Rupiah Ditutup Menguat ke Level Rp16.185, Analis: The Fed Membatalkan Kenaikan Suku Bunga

2 hari lalu

Rupiah Ditutup Menguat ke Level Rp16.185, Analis: The Fed Membatalkan Kenaikan Suku Bunga

Data inflasi bulan April dinilai bisa memberikan sentimen positif untuk rupiah bila hasilnya masih di kisaran 3,0 persen year on year.

Baca Selengkapnya