Dolar AS Melemah Menyusul Inflasi Upah Sangat Rendah

Reporter

Antara

Sabtu, 2 Februari 2019 08:26 WIB

Ilustrasi mata uang dolar AS. ANTARA/Andika Wahyu

TEMPO.CO, Jakarta - Kurs dolar AS melemah pada akhir perdagangan Jumat waktu setempat atau Sabtu pagi WIB. Menyusul laporan penggajian non pertanian AS untuk Januari menunjukkan inflasi upah sangat rendah. Hal ini menegaskan sikap sabar Federal Reserve pada kenaikan suku bunga lebih lanjut.

BACA:Darmin Nasution: Rupiah Masih Bisa Lebih Kuat

Greenback memang melesat lebih tinggi setelah rilis kenaikan lapangan kerja yang kuat, tetapi dengan cepat kembali ke levelnya sebelum data, dengan para analis mengutip angka pendapatan rata-rata per jam, yang naik hanya 0,1 persen, dibandingkan dengan ekspektasi untuk 0,3 persen.

Di luar berita utama kenaikan lapangan pekerjaan, dolar AS menjadi lebih sensitif terhadap inflasi upah selama setahun terakhir.

Laporan tersebut menunjukkan ekonomi AS menciptakan 304.000 pekerjaan baru, tertinggi dalam 11 bulan, melampaui perkiraan 165.000 pekerjaan. Namun demikian, tingkat pengangguran naik ke tertinggi tujuh bulan sebesar 4,0 persen.

"Kami mengalami kenaikan tajam dalam dolar AS berdasarkan kenaikan kuat dalam daftar gaji serta laporan keseluruhan yang solid," kata Eric Viloria, ahli strategi FX di Credit Agricole.

"Tetapi kehilangan upah mungkin memperkuat pendekatan sabar oleh Fed dan itu telah menahan dolar," tambahnya.

Kontrak-kontrak yang terkait dengan kebijakan suku bunga The Fed telah mengacu pada setiap peluang kenaikan suku bunga 2019, setelah Ketua Fed Jerome Powell pada Rabu, 30 Januari 2019 mengatakan kasus kenaikan suku bunga telah melemah, dan memperkirakan sekitar satu dari tiga peluang penurunan suku bunga pada akhir tahun.

Tetapi setelah data pekerjaan, pedagang mengurangi spekulasi penurunan suku bunga, meskipun mereka terus bertaruh terhadap kenaikan suku bunga.

Indeks dolar AS, yang mengukur greenback terhadap enam mata uang utama lainnya, turun 0,01 persen menjadi 95,5705 pada pukul 03.00 (20.00 GMT).

Euro, sementara itu, naik 0,2 persen menjadi 1,1471 dolar AS, sementara dolar AS naik 0,2 persen terhadap yen menjadi 109,02 yen.

Sentimen risiko yang lebih luas tetap agak kuat setelah negosiator terkemuka AS pada Kamis, 31 Januari 2019 melaporkan "kemajuan substansial" dalam dua hari pembicaraan tingkat tinggi tentang perdagangan dengan China.

Dolar AS secara luas diperkirakan akan melemah tahun ini karena Federal Reserve berubah lebih berhati-hati tentang kenaikan suku bunganya.

"Prospek untuk aset-aset AS tetap relatif tidak menarik dan investor harus berbelanja di tempat lain," kata Hans Redeker, kepala strategi mata uang global di Morgan Stanley di London.

"Prospek pasar ekuitas AS yang lemah akan menjaga pemberi imbal hasil rendah seperti yen dan crown Swedia didukung," tambahnya.

Baca berita tentang Dolar AS lainnya di Tempo.co.


Berita terkait

Rupiah Ditutup Menguat ke Level Rp16.185, Analis: The Fed Membatalkan Kenaikan Suku Bunga

14 jam lalu

Rupiah Ditutup Menguat ke Level Rp16.185, Analis: The Fed Membatalkan Kenaikan Suku Bunga

Data inflasi bulan April dinilai bisa memberikan sentimen positif untuk rupiah bila hasilnya masih di kisaran 3,0 persen year on year.

Baca Selengkapnya

BPS: Inflasi Indonesia Mencapai 3 Persen di Momen Lebaran, Faktor Mudik

15 jam lalu

BPS: Inflasi Indonesia Mencapai 3 Persen di Momen Lebaran, Faktor Mudik

Badan Pusat Statistik mencatat tingkat inflasi pada momen Lebaran atau April 2024 sebesar 3 persen secara tahunan.

Baca Selengkapnya

Lagi-lagi Melemah, Kurs Rupiah Hari Ini di Level Rp 16.259 per Dolar AS

2 hari lalu

Lagi-lagi Melemah, Kurs Rupiah Hari Ini di Level Rp 16.259 per Dolar AS

Kurs rupiah dalam perdagangan hari ini ditutup melemah 4 poin ke level Rp 16.259 per dolar AS.

Baca Selengkapnya

Nilai Tukar Rupiah Makin Merosot, Rp 16.255 per USD

3 hari lalu

Nilai Tukar Rupiah Makin Merosot, Rp 16.255 per USD

Nilai tukar rupiah ditutup melemah 45 poin ke level Rp 16.255 per USD dalam perdagangan hari ini.

Baca Selengkapnya

Ekonom BCA Ungkap Peluang Penguatan Rupiah di Bawah Rp 16.000 per Dolar AS

4 hari lalu

Ekonom BCA Ungkap Peluang Penguatan Rupiah di Bawah Rp 16.000 per Dolar AS

Ketegangan di Timur Tengah yang perlahan mereda menjadi salah satu faktor peluang menguatnya rupiah.

Baca Selengkapnya

Masih Loyo, Nilai Tukar Rupiah Melemah ke Level Rp 16.210 per Dolar AS

6 hari lalu

Masih Loyo, Nilai Tukar Rupiah Melemah ke Level Rp 16.210 per Dolar AS

Pada perdagangan Kamis, kurs rupiah ditutup melemah pada level Rp 16.187 per dolar AS.

Baca Selengkapnya

Sri Mulyani Beberkan Efek Konflik Timur Tengah ke Indonesia, Mulai dari Lonjakan Harga Minyak hingga Inflasi

6 hari lalu

Sri Mulyani Beberkan Efek Konflik Timur Tengah ke Indonesia, Mulai dari Lonjakan Harga Minyak hingga Inflasi

Menteri Keuangan Sri Mulyani mengatakan tensi geopolitik di Timur Tengah cenderung meningkat dan menjadi fokus perhatian para pemimpin dunia. Ia menegaskan kondisi ini mempengaruhi beberapa dampak ekonomi secara signifikan.

Baca Selengkapnya

Ekonom Ideas Ingatkan 3 Tantangan RAPBN 2025

6 hari lalu

Ekonom Ideas Ingatkan 3 Tantangan RAPBN 2025

Direktur Institute for Demographic and Poverty Studies (Ideas) Yusuf Wibisono menyebut RAPBN 2025 akan sejumlah tantangan berat.

Baca Selengkapnya

Setelah Kemarin Melemah, Kurs Rupiah Hari Ini Diprediksi Menguat

6 hari lalu

Setelah Kemarin Melemah, Kurs Rupiah Hari Ini Diprediksi Menguat

Analis Ibrahim Assuaibi, memperkirakan rupiah hari ini fluktuatif dan akan ditutup menguat pada rentang Rp 16.150 sampai Rp 16.220 per dolar AS.

Baca Selengkapnya

Zulhas Tak Khawatir Rupiah Melemah, BI Mampu Hadapi

7 hari lalu

Zulhas Tak Khawatir Rupiah Melemah, BI Mampu Hadapi

Zulhas percaya BI sebagai otoritas yang memiliki kewenangan akan mengatur kebijakan nilai tukar rupiah dengan baik di tengah gejolak geopolitik.

Baca Selengkapnya