Inflasi Januari 2019 0,32 Persen, Menteri Darmin: Cukup Oke

Jumat, 1 Februari 2019 15:51 WIB

Inflasi Ramadan-Idul Fitri Terendah dalam Tiga Tahun

TEMPO.CO, Jakarta - Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Darmin Nasution menilai tingkat inflasi Januari 2019 masih cukup baik. Terlebih bila dibanding periode yang sama pada tahun sebelumnya, inflasi tahun ini lebih rendah.

Baca juga: Menhub Budi Akui Penerapan Bagasi Berbayar Picu Inflasi

"Tahun lalu itu tinggi karena beras bergejolak, tahun ini enggak," ujar Darmin di Kantor Kementerian Koordinasi Bidang Perekonomian, Jakarta, Jumat, 1 Februari 2019.

Pada tahun ini, menurut Darmin, harga pangan yang naik adalah jagung, telur dan daging ayam. Adapun bahan pangan, kata dia, memang kelompok barang yang paling tinggi inflasinya. "Jadi secara ini oke untuk bulanan yang biasanya agak tinggi ini lumayan."

Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat inflasi Januari 2019 sebesar 0,32 persen. Angka itu relatif rendah dibandingkan periode sama dalam dua tahun terakhir, yaitu Januari 2018 sebesar 0,62 persen dan Januari 2017 sebesar 0,97 persen. Kenaikan harga ikan segar, beras, dan komoditas sayuran menjadi pemicu terjadinya inflasi tersebut.

"Inflasi Januari dipengaruhi oleh harga ikan segar, beras, dan komoditas sayuran," kata Kepala BPS Suhariyanto dalam jumpa pers di Jakarta.

Suhariyanto mengatakan kenaikan harga tersebut memberikan kontribusi kepada inflasi bahan makanan yang dalam periode tercatat sebesar 0,92 persen.

"Ikan segar mengalami inflasi 0,06 persen dan beras 0,04 persen dengan catatan, sebenarnya kenaikan harga beras biasa-biasa saja di beberapa kota, karena relatif stabil," ujarnya.

Selain itu, kata dia, harga komoditas lainnya juga naik dalam periode ini yaitu daging ayam ras dan telur ayam ras.

Kelompok pengeluaran yang juga mengalami inflasi adalah kelompok sandang 0,47 persen, kelompok perumahan, air, listrik, gas dan bahan bakar 0,28 persen dan kelompok makanan jadi, minuman, rokok dan tembakau 0,27 persen.

Selain itu, kelompok kesehatan juga tercatat inflasi 0,27 persen dan kelompok pendidikan, rekreasi dan olahraga 0,24 persen.

Kelompok transportasi, komunikasi dan jasa keuangan dalam periode ini mengalami deflasi sebesar 0,16 persen sehingga mampu menahan pergerakan inflasi.

"Deflasi transportasi disumbangkan oleh andil dari bensin 0,04 persen karena turunnya harga bensin jenis Pertalite, Pertamax, dan Pertamax Turbo, serta tarif kereta api 0,02 persen," ujarnya.

Meski demikian, tarif angkutan udara pada Januari 2019 justru menyumbang inflasi 0,02 persen karena tingginya harga tiket pesawat udara.

"Tahun lalu, tarif angkutan udara menyumbang deflasi, tapi harga tiket sekarang masih mahal," kata Suhariyanto.

Simak berita tentang inflasi hanya di Tempo.co

CAESAR AKBAR | ANTARA

Berita terkait

Lagi-lagi Melemah, Kurs Rupiah Hari Ini di Level Rp 16.259 per Dolar AS

1 hari lalu

Lagi-lagi Melemah, Kurs Rupiah Hari Ini di Level Rp 16.259 per Dolar AS

Kurs rupiah dalam perdagangan hari ini ditutup melemah 4 poin ke level Rp 16.259 per dolar AS.

Baca Selengkapnya

Sri Mulyani Beberkan Efek Konflik Timur Tengah ke Indonesia, Mulai dari Lonjakan Harga Minyak hingga Inflasi

5 hari lalu

Sri Mulyani Beberkan Efek Konflik Timur Tengah ke Indonesia, Mulai dari Lonjakan Harga Minyak hingga Inflasi

Menteri Keuangan Sri Mulyani mengatakan tensi geopolitik di Timur Tengah cenderung meningkat dan menjadi fokus perhatian para pemimpin dunia. Ia menegaskan kondisi ini mempengaruhi beberapa dampak ekonomi secara signifikan.

Baca Selengkapnya

Sehari Usai BI Rate Naik, Dolar AS Menguat dan Rupiah Lesu ke Level Rp 16.187

6 hari lalu

Sehari Usai BI Rate Naik, Dolar AS Menguat dan Rupiah Lesu ke Level Rp 16.187

Nilai tukar rupiah ditutup melemah 32 poin ke level Rp 16.187 per dolar AS dalam perdagangan hari ini.

Baca Selengkapnya

BI Naikkan Suku Bunga Acuan Jadi 6,25 Persen, Perry Warjiyo: Untuk Perkuat Stabilitas Rupiah

7 hari lalu

BI Naikkan Suku Bunga Acuan Jadi 6,25 Persen, Perry Warjiyo: Untuk Perkuat Stabilitas Rupiah

BI akhirnya menaikkan suku bunga acuan atau BI Rate menjadi 6,25 persen. Apa alasan bank sentral?

Baca Selengkapnya

Nilai Rupiah Ditutup Menguat pada Perdagangan Akhir Pekan

8 hari lalu

Nilai Rupiah Ditutup Menguat pada Perdagangan Akhir Pekan

PT Laba Forexinfo Berjangka Ibrahim Assuaibi mencatat, mata uang rupiah ditutup menguat dalam perdagangan akhir pekan.

Baca Selengkapnya

Rektor Paramadina Ingatkan Pemerintah Tak Remehkan Dampak Konflik Iran-Israel

9 hari lalu

Rektor Paramadina Ingatkan Pemerintah Tak Remehkan Dampak Konflik Iran-Israel

Didik mengingatkan agar pemerintah tidak menganggap enteng konflik Iran-Israel. Kebijakan fiskal dan moneter tak boleh menambah tekanan inflasi.

Baca Selengkapnya

Menkeu Sri Mulyani Siapkan Strategi Jaga Rupiah di Tengah Konflik Iran-Israel

10 hari lalu

Menkeu Sri Mulyani Siapkan Strategi Jaga Rupiah di Tengah Konflik Iran-Israel

Menteri Keuangan atau Menkeu Sri Mulyani Indrawati menyiapkan strategi untuk menjaga nilai tukar rupiah di tengah konflik Iran-Israel.

Baca Selengkapnya

Indeks Pembangunan Manusia Jakarta 2023 Meningkat, Angka Harapan Hidup 75,81 Tahun

13 hari lalu

Indeks Pembangunan Manusia Jakarta 2023 Meningkat, Angka Harapan Hidup 75,81 Tahun

Penjabat Gubernur DKI Jakarta Heru Budi Hartono menyebut Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Jakarta menjadi yang tertinggi di Indonesia.

Baca Selengkapnya

Penjualan Eceran Maret Meningkat, Indeks Penjualan Riil Tumbuh 3,5 Persen

13 hari lalu

Penjualan Eceran Maret Meningkat, Indeks Penjualan Riil Tumbuh 3,5 Persen

BI memprediksi kinerja penjualan eceran bulan Maret 2024 tetap tumbuh. Indeks Penjualan Riil Maret 2024 tercatat sebesar 222,8 atau tumbuh 3,5 persen secara tahunan.

Baca Selengkapnya

Rupiah Tergelincir, Analis: Perputaran Besar saat Ramadan dan Idul Fitri Tak Mampu Membendung Dolar AS

14 hari lalu

Rupiah Tergelincir, Analis: Perputaran Besar saat Ramadan dan Idul Fitri Tak Mampu Membendung Dolar AS

Rupiah tergelincir 76 poin atau 0,47 persen menjadi Rp16.252 per dolar AS dari sebelumnya sebesar Rp16.176 per dolar AS.

Baca Selengkapnya