Menteri Perdagangan Enggartiasto Lukita mengecek kualitas beras di lapak Pasar Beras Induk Cipinang, Jakarta, 19 Februari 2018. Di Pasar Induk Beras Cipinang (PIBC), beras medium masih dipatok antara Rp 10.000-11.000 per kilogram (kg). Sedangkan harga eceran tertinggi (HET) beras medium Rp 9.450 per kg. TEMPO/Tony Hartawan
TEMPO.CO, Washington - Menteri Perdagangan Enggartiasto Lukita memimpin delegasi Indonesia ke Amerika Serikat pada 14-19 Januari 2019 untuk membahas sejumlah topik perdagangan.
"Kunjungan kerja ke AS ini merupakan salah satu strategi yang dilakukan untuk mencapai ekspor nonmigas yang ditargetkan naik 7,5 persen dibandingkan tahun lalu, atau sebesar 175,9 miliar dolar AS," kata Enggartiasto dalam keterangan tertulis yang diterima di Washington DC, Minggu waktu setempat atau Senin pagi WIB, 14 Januari 2019.
Menurut Enggartiasto, kunjungan kerja misi perdagangan itu adalah upaya untuk meningkatkan kinerja ekspor yang harus dilakukan sedini dan semaksimal mungkin di tengah kondisi pelambatan pertumbuhan ekonomi global.
Ia mengingatkan pada tahun ini, ekspor nonmigas ditargetkan naik menjadi US$ 175,9 miliar dibandingkan tahun lalu.
Pada periode Januari-November 2018 neraca perdagangan nonmigas tercatat surplus sebesar US$ 4,64 miliar.
Dalam periode tersebut, ekspor secara keseluruhan tumbuh positif sebesar 7,7 persen dengan nilai ekspor migas sebesar US$ 15,65 miliar dan ekspor nonmigas US$ 150,14 miliar.
Sebelumnya, Menteri Perindustrian Airlangga Hartarto mendorong agar produk hasil industri furnitur dapat diekspor ke Amerika Serikat, diikuti dengan peningkatan produksi agar lebih kompetitif.
"Pemerintah mendorong agar industri berorientasi ekspor seperti furnitur ini, produk sepenuhnya diekspor ke Amerika. Salah satu cara untuk meningkatkan ekspor adalah dengan kapasitas," kata Airlangga usai meresmikan Politeknik Industri Furnitur dan Pengolahan Kayu di Kawasan Industri Kendal (KIK) Jawa Tengah, Kamis, 10 Januari 2019.
Airlangga memaparkan pemerintah menargetkan peningkatan ekspor furnitur nasional mencapai lima miliar dolar AS dalam dua tahun ke depan.
Sementara itu, Guru Besar Universitas Brawijaya Candra Fajri Ananda menilai perjanjian maupun misi perdagangan yang dilakukan pemerintah telah membantu pelaksanaan kinerja ekspor maupun impor nasional pada 2018.
Candra dalam pernyataan yang diterima di Jakarta, Kamis (10/1), menyatakan upaya tersebut mampu meningkatkan nilai ekspor nonmigas serta menahan pelebaran defisit neraca perdagangan yang secara kumulatif Januari-November 2018 tercatat sebesar 7,52 miliar dolar AS.
"Perjanjian-perjanjian dagang itu meminimalkan ketidakpastian pasar. Walaupun memang untungnya tidak banyak, tetapi lebih terjamin pembelinya," katanya.