Proyek Kereta Cepat Jakarta-Bandung Ditargetkan Rampung 2021

Reporter

Bisnis.com

Kamis, 13 Desember 2018 08:02 WIB

Maket kereta cepat di proyek Tunnel Section 1 Kereta Cepat Jakarta - Bandung di Kawasan Halim, Jakarta, Kamis 29 November 2018. Selebihnya, sisa lahan sepanjang 29,3 km akan segera dibebaskan dan dioptimalkan bagi fasilitas umum dan sosial. Tempo/Tony Hartawan

TEMPO.CO, Jakarta - PT Wijaya Karya Tbk. akan mempercepat pembebasan lahan proyek Kereta Cepat Jakarta-Bandung sepanjang 142,30 kilometer agar selesai akhir tahun ini. Percepatan itu dilakukan guna mengejar penyelesaian megaproyek tersebut dari pada akhir 2021 dari target awal medio 2022.

Baca juga: Jika Lahan Rampung, Kereta Cepat Jakarta-Bandung Selesai 3 Tahun

Direktur Operasi I PT Wijaya Karya Tbk. (WIKA) Agung Budi Waskito mengatakan saat ini pembebasan lahan sudah mencapai 86 persen dan diharapkan dapat selesai seluruhnya sampai akhir tahun ini. Beberapa wilayah yang belum dibebaskan lahannya merupakan lahan fasilitas umum dan fasilitas sosial.

“Yang belum itu di daerah Karawang dan Walini, total yang belum bebas sudah 14 persen mudah-mudahan bisa tahun ini selesai,” kata Agung, Selasa, 11 Desember 2018.

Kendati pembebasan lahan belum sepenuhnya selesai, menurut Agung, pekerjaan struktur dan fisik proyek dilakukan secara masif.

Dia mengakui bahwa realisasi konstruksi masih rendah yakni 3,62 persen dari target 6,23 persen per November karena sebelumnya terhalang pembebasan lahan.

Saat ini, tuturnya, pengerjaan konstruksi mulai masif dilakukan di wilayah yang sudah bebas sembari menunggu pembebasan lahan yang belum rampung. Beberapa pengerjaan yang sudah dilakukan, misalnya, untuk pembangunan terowongan.

“Sebelumnya kami ingin start bulan Agustus, tetapi baru mulai September. Oktober—November persiapan dan memulai fisik, Desember gencar konstruksi kami lakukan di semua lokasi,” papar Agung.

Dia menjelaskan bahwa kendati sempat meleset dari target, lini masa pengerjaan saat ini masih sesuai dengan target.

Pengerjaan proyek seharusnya selesai pada pertengahan 2022, tetapi WIKA berupaya mempercepat penyelesaian sampai akhir 2021.

PT Kereta Cepat Indonesia China (KCIC) merupakan investor dalam proyek Kereta Cepat Jakarta—Bandung. Sebanyak 60 persen kepemilikan saham perusahaan dimiliki oleh konsorsium lokal melalui PT Pilar Sinergi BUMN Indonesia, sedangkan 40 persen sisanya dimiliki oleh konsorsium Cina, yakni Beijing Yawan HSR Co. Ltd.

Dari kepemilikan konsorsium lokal tersebut, WIKA menguasai saham terbesar yakni 38 persen, diikuti oleh PT Kereta Api Indonesia sebesar 25 persen, PT Perkebunan Nusantara VIII sebesar 25 persen, dan PT Jasa Marga Tbk. sebesar 12 persen.

Nilai investasi proyek Kereta Cepat Jakarta-Bandung tersebut sekitar Rp 80 triliun dengan pemenuhan pembiayaan sebanyak 75 persen atau Rp 60 triliun dipenuhi dari utang melalui China Development Bank. Sebanyak 25 persen sisanya yakni Rp20 triliun dipenuhi dari ekuitas KCIC.

BISNIS

Berita terkait

Samuel Sekuritas: IHSG Menguat di Sesi I Perdagangan Hari Ini, Saham WIKA Paling Aktif Diperdagangkan

38 hari lalu

Samuel Sekuritas: IHSG Menguat di Sesi I Perdagangan Hari Ini, Saham WIKA Paling Aktif Diperdagangkan

Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) menguat 0,62 persen ke level 7.343,1 di sesi pertama perdagangan Selasa, 12 Agustus 2024.

Baca Selengkapnya

4,2 Juta Tiket Kereta Cepat Whoosh Telah Terjual Hingga Akhir Juli 2024

58 hari lalu

4,2 Juta Tiket Kereta Cepat Whoosh Telah Terjual Hingga Akhir Juli 2024

Kereta cepat Whoosh telah melayani 4,2 juta penumpang hingga akhir Juli. Berikut perjalanannya

Baca Selengkapnya

Whoosh Dituding Bikin Rugi, Erick Thohir Membela dan Jokowi ke Bandung Naik Kereta Cepat

21 Juli 2024

Whoosh Dituding Bikin Rugi, Erick Thohir Membela dan Jokowi ke Bandung Naik Kereta Cepat

Setelah Proyek Whoosh dituding sebagai penyebab kerugian PT Wijaya Karya, Kementerian BUMN membela kereta cepat Jakarta-Bandung itu.

Baca Selengkapnya

Duduk Perkara Kereta Cepat Whoosh Dituding Jadi Penyebab Wika Merugi Rp7,12 triliun

17 Juli 2024

Duduk Perkara Kereta Cepat Whoosh Dituding Jadi Penyebab Wika Merugi Rp7,12 triliun

Proyek Kereta Cepat Jakarta-Bandung, Whoosh dianggap telah merugikan Wika.

Baca Selengkapnya

BUMN Rugi karena Kereta Cepat Whoosh, Faisal Basri: Bom Waktu untuk Pemerintahan Prabowo

17 Juli 2024

BUMN Rugi karena Kereta Cepat Whoosh, Faisal Basri: Bom Waktu untuk Pemerintahan Prabowo

Faisal Basri mengkritik proyek ambisius pemerintah yakni kereta cepat Jakarta-Bandung atau Whoosh yang akhirnya membuat BUMN merugi.

Baca Selengkapnya

Terpopuler: Sri Mulyani Prediksi Subsidi Energi 2024 bakal Membengkak, PT Pos Indonesia Bantah PHK Karyawan

9 Juli 2024

Terpopuler: Sri Mulyani Prediksi Subsidi Energi 2024 bakal Membengkak, PT Pos Indonesia Bantah PHK Karyawan

Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati memperkirakan realisasi subsidi dan kompensasi energi tahun 2024 akan membengkak.

Baca Selengkapnya

Wijaya Karya Ajukan PMN 2025 Rp 2 Triliun, Dialokasikan untuk 2 Proyek di IKN

8 Juli 2024

Wijaya Karya Ajukan PMN 2025 Rp 2 Triliun, Dialokasikan untuk 2 Proyek di IKN

PT Wijaya Karya (Persero) Tbk. atau WIKA mengusulkan Penyertaan Modal Negara (PMN) 2025 Rp 2 triliun untuk membantu penguatan modal kerja.

Baca Selengkapnya

Anak Perusahaan WIKA, WIKA IKON Hadapi Gugatan PKPU

26 Juni 2024

Anak Perusahaan WIKA, WIKA IKON Hadapi Gugatan PKPU

Emiten BUMN Konstruksi PT Wijaya Karya Tbk (WIKA) kembali terkena gugatan PKPU, khususnya terhadap anak perusahaannya, PT Wijaya Karya Industri dan Konstruksi (WIKAIKON)

Baca Selengkapnya

Dalam Sehari, Jokowi Gelontorkan PMN Rp9,5 Triliun untuk 2 BUMN

1 April 2024

Dalam Sehari, Jokowi Gelontorkan PMN Rp9,5 Triliun untuk 2 BUMN

Presiden Jokowi mengucurkan Penyertaan Modal Negara (PMN) sebanyak Rp9,5 triliun untuk dua BUMN, yaitu Wijaya Karya dan IFG Life.

Baca Selengkapnya

Jokowi Suntikan Rp 6 Triliun ke PT Wijaya Karya untuk Selesaikan PSN

1 April 2024

Jokowi Suntikan Rp 6 Triliun ke PT Wijaya Karya untuk Selesaikan PSN

Presiden Jokowi menyetujui Penyertaan Modal Pemerintah (PMN) sebesar Rp 6 triliun untuk PT Wijaya Karya (Persero) Tbk. atau WIKA.

Baca Selengkapnya