2019, Moody's Prediksi Industri Baja Bakal Tumbuh Stabil

Kamis, 29 November 2018 18:02 WIB

Aktifitas pekerja di industri baja PT Gunung Steel Group di Cikarang, Bekasi, Jawa Barat, 26 Februari 2015. Jumlah industri baja nasional saat ini sebanyak 352 perusahaan tersebar di pulau Jawa, Sumatera, Kalimantan dan Sulawesi. TEMPO/Tony Hartawan

TEMPO.CO, Jakarta - Lembaga rating Moody’s memperkirakan industri baja di Asia akan berada di kondisi stabil pada tahun depan. Hal ini disampaikan oleh Vice President dan Senior Credit Officer Moody’s Kaustubh Chaubal setelah melihat adanya pertumbuhan tinggi industri tersebut pada 2018.

Baca: Asosiasi: Impor Baja Meroket, Produsen Lokal Tersungkur

“Untuk laba, produsen baja Asia yang kami pantau akan mengalami penurunan level profitabilitas karena tingkat permintaan dari China berkurang, meski secara keseluruhan tetap kuat,” kata Chaubal dalam keterangan resmi, Kamis, 29 November 2018.

Walaupun ada pemangkasan kapasitas dan pengetatan perlindungan terhadap lingkungan di Cina, menurut Chaubal, besarnya permintaan dari Asia Selatan dan Asia Tenggara diperkirakan akan tetap mendukung kinerja laba.

Advertising
Advertising

Seperti diketahui Pemerintah Cina telah menyampaikan produksi baja nasional akan turun menjadi 861 juta ton pada 2019 dan 842 juta ton pada 2020, dari 886 juta ton pada 2018. Penurunan itu turut terkait dengan polusi udara parah yang melanda sebagian wilayah negara tersebut.

Cina selama ini dikenal sebagai produsen dan konsumen baja terbesar di Asia. Walhasil produksi dan permintaan dari Negeri Panda tersebut bakal berpengaruh pada pertumbuhan industri global.

Senior Vice President Moody’s Kai Hu menyatakan pihaknya memproyeksi permintaan baja dari Cina bakal stagnan. Hal ini menggambarkan banyaknya faktor yang mempengaruhi, yakni adanya anggaran infrastruktur yang lebih besar yang akan membatasi pengaruh negatif perang dagang AS-Cina serta melambatnya pertumbuhan investasi di sektor real estate Cina.

Secara keseluruhan, perang dagang dinilai tidak akan berpengaruh banyak terhadap pasar baja Asia, didukung dampak tidak langsung yang relatif moderat. Meski demikian, efek sampingnya bisa lebih besar serta ada potensi tarif impor otomotif dari AS meningkatkan risiko terhadap produsen baja Jepang dan Korea Selatan (Korsel).

Baca: Kebijakan Tarif Impor Baja Trump, Baja Cina Dikhawatirkan Serbu Indonesia

Produsen baja Jepang diproyeksi akan membukukan laba yang positif, tapi produsen Korsel seperti POSCO dan Hyundai Steel Company diperkirakan mengalami penurunan pada 2019. Sementara itu, di India, konsolidasi di sektor baja dan besarnya permintaan untuk komoditas ini bakal mendukung kinerja laba Tata Steel Ltd. dan JSW Steel Limited.

BISNIS

Berita terkait

Terpopuler Bisnis: Zulhas Ungkap Asal Mula Ditemukannya Baja Ilegal, Promo Gajian hingga Sindiran Komikus Jepang

6 hari lalu

Terpopuler Bisnis: Zulhas Ungkap Asal Mula Ditemukannya Baja Ilegal, Promo Gajian hingga Sindiran Komikus Jepang

Zulkifli Hasan mengungkap asal mula ditemukannya baja ilegal produksi pabrik milik Cina.

Baca Selengkapnya

Terkini Bisnis: Promo Gajian di Sejumlah Merchant Makanan, 11 Kereta Dihentikan saat Gempa Garut

6 hari lalu

Terkini Bisnis: Promo Gajian di Sejumlah Merchant Makanan, 11 Kereta Dihentikan saat Gempa Garut

Sejumlah merchant makanan menawarkan ragam promo di pekan terakhir April 2024.

Baca Selengkapnya

Zulhas Ungkap Asal Mula Ditemukannya Baja Ilegal Produksi Pabrik Milik Cina

7 hari lalu

Zulhas Ungkap Asal Mula Ditemukannya Baja Ilegal Produksi Pabrik Milik Cina

Sebuah pabrik baja Cina, PT Hwa Hok Steel, terungkap memproduksi baja tulangan beton tidak sesuai SNI sehingga produk mereka dinyatakan ilegal.

Baca Selengkapnya

Terpopuler Bisnis: 40 Pabrik Baja Ilegal hingga 'Karpet Merah' Jokowi untuk Program Makan Siang Gratis

8 hari lalu

Terpopuler Bisnis: 40 Pabrik Baja Ilegal hingga 'Karpet Merah' Jokowi untuk Program Makan Siang Gratis

Zulhas mengatakan ada 40 pabrik yang memproduksi baja ilegal atau tidak memenuhi ketentuan Standar Nasional Indonesia (SNI).

Baca Selengkapnya

Zulkifli Hasan Ungkap 40 Pabrik Asal Tiongkok Produksi Baja Ilegal di Tanah Air

8 hari lalu

Zulkifli Hasan Ungkap 40 Pabrik Asal Tiongkok Produksi Baja Ilegal di Tanah Air

Zulhas menyayangkan baja tak sesuai standar mutu masih diproduksi di Indonesia dengan alasan investasi.

Baca Selengkapnya

Zulkifli Hasan Sidak Pabrik Baja Ilegal di Cikande Serang, Tak Sesuai SNI Senilai Rp 257 Miliar

8 hari lalu

Zulkifli Hasan Sidak Pabrik Baja Ilegal di Cikande Serang, Tak Sesuai SNI Senilai Rp 257 Miliar

Zulhas menyebut pabrik itu memproduksi sebanyak 3.608.263 batang baja seberat 27.078 ton.

Baca Selengkapnya

Mengenal Moody's yang Memberi Indonesia Peringkat Kredit Baa2 dan Membuat Pemerintah Lega

15 hari lalu

Mengenal Moody's yang Memberi Indonesia Peringkat Kredit Baa2 dan Membuat Pemerintah Lega

Lembaga pemeringkat Moody's kembali mempertahankan Soverign Credit Rating (SCR) atau peringkat kredit Indonesia di Baa2

Baca Selengkapnya

Bank Sentral Israel Ingatkan Perekonomian Perlu Tindakan untuk Pulih dari Dampak Perang Gaza

12 Februari 2024

Bank Sentral Israel Ingatkan Perekonomian Perlu Tindakan untuk Pulih dari Dampak Perang Gaza

Gubernur Bank Israel mengatakan perekonomian negaranya butuh tindakan untuk pulih dari kemerosotan peringkat kredit imbas operasi militer di Gaza.

Baca Selengkapnya

Jembatan yang Kerap Dilintasi Truk Sampah Jakarta ke Bantargebang Bekasi Amblas Gara-gara Baut Dicuri

26 Januari 2024

Jembatan yang Kerap Dilintasi Truk Sampah Jakarta ke Bantargebang Bekasi Amblas Gara-gara Baut Dicuri

Jembatan yang kerap dilintasi truk sampah DKI Jakarta dari atau menuju TPST Bantargebang Bekasi itu pun ditutup sementara.

Baca Selengkapnya

Ekspor Nonmigas Desember 2023 Anjlok Terdalam, Kelapa Sawit Turun 28,73 Persen

15 Januari 2024

Ekspor Nonmigas Desember 2023 Anjlok Terdalam, Kelapa Sawit Turun 28,73 Persen

Badan Pusat Statistik atau BPS mengungkapkan pada Desember 2023, nilai ekspor nonmigas mengalami penurunan secara tahunan. Deputi Bidang Statistik dan Jasa BPS Puji Ismartini mengatakan penurunan terjadi pada semua sektor.

Baca Selengkapnya