Sejumlah Anggota DPR Desak Pemerintah Tutup Lion Air

Kamis, 22 November 2018 15:33 WIB

Petugas Laboratorium Forensik Bareskrim Polri mengambil sampel roda pesawat Lion Air JT 610 di Jakarta Internasional Container Terminal, Tanjung Priok, Jakarta Utara, Senin, 5 November 2018. Hari ini, tim penyelam gabungan menemukan emergency locator transmitter (ELT), flight direction, dan roda pesawat Lion Air JT 610. TEMPO/Hilman Fathurrahman W

TEMPO.CO, Jakarta - Sejumlah anggota Dewan Perwakilan Rakyat atau DPR mendesak Kementerian Perhubungan untuk menutup maskapai Lion Air. Anggota DPR dari Komisi Perhubungan, Bambang Haryo, misalnya, mengatakan penutupan bisa dilakukan karena tidak adanya itikad baik dari perusahaan untuk memperbaiki kualitas pelayanan selama ini.

Baca: Rekam Jejak Musibah Lion Air Sebelum Insiden JT 610

Menurut Bambang, itikad buruk tersebut dilihat dari pernyataan pemilik PT Lion Mentari Airlines atau maskapai Lion Air yang sempat menyatakan di media bahwa maskapai miliknya merupakan yang terburuk. Karena itu, menurut dia, pihak maskapai perlu mengklarifikasi mengenai hal ini.

"Kalau ada airlines seperti ini menurut saya, lebih baik tutup saja perusahaan. Karena tidak memiliki komitmen yang baik dan ini bisa mengakibatkan citra buruk terhadap penerbangan Indonesia di mata dunia internasional," kata Bambang Haryo di Ruang Rapat Komisi V, Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta Selatan, Kamis, 22 November 2018.

DPR hari ini mengelar rapat kerja dengan pemerintah. Rapat ini dilakukan untuk membahas peristiwa jatuhnya pesawat Lion Air dengan kode penerbangan JT610 dengan nomor lambung PK-LQP tujuan Jakarta-Pangkalpinang pada Senin, 29 Oktober 2018.

Advertising
Advertising

Adapun dalam rapat tersebut hadir di antaranya, Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi, Kepala Basarnas, Kepala KNKT Soerjanto Tjahjono dan Marsekal Madya M Syaugi. Selain itu, hadir dalam rapat kerja ini adalah Kepala BMKG Dwikorita Karnawati dan juga Direktur Utama Jasa Raharja Budi Rahardjo.

Lebih jauh, Bambang yang merupakan politikus Partai Gerindra ini juga mengatakan bahwa selama ini telah beredar pula pernyataan bahwa pesawat tersebut sebelumnya telah mengalami masalah teknis pada indikator digital. Terutama sehari sebelum pesawat dengan nomor lambung PK-LQP dengan nomor penerbangan JT610 itu digunakan untuk penerbangan dari Jakarta menuju Pangkalpinang.

Karena itu, Bambang mempertanyakan mengapa dengan kondisi demikian pihak Lion Air masih memperbolehkan pesawat tersebut digunakan untuk terbang. "Kami tidak tahu kenapa Lion Air dengan keadaan seperti itu masih dipaksa terbang? Dan kejadian ini sudah keberapa kali? Kalau angkutan bus sudah dicabut izinnya," kata Bambang.

Senada dengan Bambang, Anggota DPR dari Fraksi Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan Rendy Affandy Lamadjido juga mempertanyakan sikap tegas pemerintah mengenai sanksi yang diberikan kepada maskapai. Menurut penilaian Rendy, selama ini sudah banyak keluhan dari para pelanggan terhadap maskapai Lion Air mulai dari keterlambatan hingga kecelakaan kecil yang terjadi.

"Saya catat ada hampir 20 kali kejadian menurut pengamatan saya, tapi tidak ada hal yang diambil dengan tindakan tegas dari pasal 53 (Udang-Undang Penerbangan). Saya berharap banyak pemerintah untuk melakukan langkah konkret," kata Rendy.

Baca: 5 Istri Korban Berebut Uang Asuransi, Lion Air Tawarkan Dua Opsi

Menurut Rendy, langkah tegas pemerintah untuk memberikan sanksi terhadap Lion Air sebenarnya sudah termaktub dalam dalam Undang-Undang Nomor 1 Tahun Tahun 2009 tentang Penerbangan. Dalam Pasal 53 undang-undang penerbangan disebutkan bahwa setiap orang yang menerbangkan atau mengoperasikan pesawat udara dan membahayakan keselamatan penumpang atau barang bisa dikenai sanksi administratif berupa pembekuan sertifikat atau pencabutan sertifikat.

Berita terkait

Safari Politik Prabowo Usai KPU Menetapkan sebagai Presiden Terpilih

3 jam lalu

Safari Politik Prabowo Usai KPU Menetapkan sebagai Presiden Terpilih

Ketua Umum Partai Gerindra Prabowo Subianto melakukan safari politik setelah ditetapkan KPU sebagai presiden terpilih Pilpres 2024. Ke mana saja?

Baca Selengkapnya

Peneliti BRIN Bilang Oposisi Tetap Dibutuhkan di Pemerintahan Prabowo-Gibran, Ini Alasannya

3 jam lalu

Peneliti BRIN Bilang Oposisi Tetap Dibutuhkan di Pemerintahan Prabowo-Gibran, Ini Alasannya

PKS belum membuat keputusan resmi akan bergabung dengan pemerintahan Prabowo atau menjadi oposisi.

Baca Selengkapnya

Kecuali Partai Gelora, Gerindra-Golkar-PAN-Demokrat Buka Peluang PKS Gabung ke Prabowo

4 jam lalu

Kecuali Partai Gelora, Gerindra-Golkar-PAN-Demokrat Buka Peluang PKS Gabung ke Prabowo

Sejumlah partai politik yang tergabung dalam KIM membuka peluang PKS untuk bergabung ke Prabowo, kecuali Gelora. Apa alasan Gelora menolak PKS?

Baca Selengkapnya

PDIP Minta Suara PSI di Papua Tengah Jadi Nol, Hakim Guntur Hamzah: Tunjukkan Buktinya

6 jam lalu

PDIP Minta Suara PSI di Papua Tengah Jadi Nol, Hakim Guntur Hamzah: Tunjukkan Buktinya

Hakim MK Guntur Hamzah menyoroti petitum atau permohonan PDIP yang ingin menjadikan perolehan suara PSI di DPRD Provinsi Papua Tengah menjadi nol.

Baca Selengkapnya

PDIP Minta Perolehan Suara PSI dan Demokrat di DPRD Papua Tengah Dinihilkan

6 jam lalu

PDIP Minta Perolehan Suara PSI dan Demokrat di DPRD Papua Tengah Dinihilkan

PDIP meminta kepada MK agar perolehan suara PSI dan Partai Demokrat dalam pemilihan DPRD Provinsi Papua Tengah dijadikan nol.

Baca Selengkapnya

Pakar Sebut Ahok Masih Berminat Maju di Pilkada Jakarta, Apa Alasannya?

8 jam lalu

Pakar Sebut Ahok Masih Berminat Maju di Pilkada Jakarta, Apa Alasannya?

Ahok akan bersaing dengan sejumlah nama populer dalam Pilkada Jakarta 2024.

Baca Selengkapnya

Kala Jokowi dan Gibran Disebut sebagai Bagian dari Keluarga Besar Golkar dan PAN

9 jam lalu

Kala Jokowi dan Gibran Disebut sebagai Bagian dari Keluarga Besar Golkar dan PAN

Ini alasan Partai Golkar dan PAN menyebut Jokowi dan Gibran sebagai bagian dari keluarga besar partainya.

Baca Selengkapnya

Respons Gerindra hingga Golkar Soal Kabinet Pemerintahan Prabowo-Gibran

10 jam lalu

Respons Gerindra hingga Golkar Soal Kabinet Pemerintahan Prabowo-Gibran

Gerindra menegaskan Prabowo belum pernah mengeluarkan susunan kabinet resmi pemerintahan Prabowo-Gibran.

Baca Selengkapnya

PAN Mau Terima Jokowi dan Gibran Setelah Dipecat PDIP

11 jam lalu

PAN Mau Terima Jokowi dan Gibran Setelah Dipecat PDIP

Ketua Umum PAN Zulkifli Hasan sebelumnya mengaku dirinya sudah berulang kali menyampaikan bahwa PAN membuka pintu untuk Jokowi dan Gibran.

Baca Selengkapnya

Ini 17 Bandara Internasional dan 17 Bandar Udara yang Turun Status

11 jam lalu

Ini 17 Bandara Internasional dan 17 Bandar Udara yang Turun Status

Kementerian Perhubungan memutuskan hanya ada 17 bandar udara yang berstatus bandara internasional dari semula 34 buah.

Baca Selengkapnya