Gencar Kritik Soal Swasembada Pangan, Ini 5 Program Prabowo
Reporter
Caesar Akbar
Editor
Ali Akhmad Noor Hidayat
Sabtu, 17 November 2018 09:23 WIB
TEMPO.CO, Jakarta - Sektor pangan menjadi salah satu titik yang acapkali menjadi sasaran kritik dari tim Calon Presiden dan Wakil Presiden Prabowo Subianto - Sandiaga Uno terhadap pemerintahan Presiden Joko Widodo.
Baca: Titiek Soeharto Kritik Janji-janji Swasembada Pangan Jokowi
"Sektor pangan adalah salah satu titik lemah yang insyaAllah akan diperbaiki Prabowo - Sandi," ujar Wakil Ketua Dewan Kehormatan Partai Amanat Nasional Dradjad Wibowo kepada Tempo, Jumat, 16 November 2018.
Untuk itu, Tim Prabowo - Sandiaga telah merumuskan sejumlah langkah untuk membenahi bidang pangan dan pertanian. Berikut ini adalah lima program yang dijanjikan pasangan nomor urut 02 guna mengatasi persoalan pangan dan pertanian.
- Realokasi dana infrastruktur
Salah satu program yang bakal dilakukan untuk menggenjot sektor pangan, kata Drajad adalah dengan menyisir kembali proyek-proyek infrastruktur. Nantinya, proyek yang dirasa belum terlalu mendesak bakal diundur. "Dana yg cukup besar akan kita realokasikan untuk peningkatan besar-besaran infrastruktur di pedesaan dan pertanian," kata Drajad.
Tujuannya adalah untuk menopang peningkatan produksi pertanian dan pangan, mulai dari irigasi, jalan, hingga ke fasilitas pengolahan dan penyimpanan. Di era Jokowi alokasi anggaran infrastruktur bisa menembus Rp 400 triliun.
- Pembenahan Perum Bulog
Drajad mengatakan program lainnya yang akan diupayakan adalah pembenahan Perum Badan Urusan Logistik alias Bulog. Menurut dia, Bulog mau tidak mau harus diperkuat dari sisi pendanaan maupun asetnya. "Selain itu juga harus dirombak tata kelolanya agar tidak menjadi sarang korupsi, termasuk dengan adanya pengawasan dari masyarakat."
Kata Drajad, pembenahan Bulog nantinya akan berdampak kepada nilai tukar petani. Sebab, ihwal NTP, ujar dia, ada kaitannya dengan harga dasar dan harga maksimal untuk komoditas tertentu yang dijaga oleh Bulog.
<!--more-->
- Mekanisasi sektor pertanian
Anggota tim kajian analisis Badan Pemenangan Nasional pasangan calon presiden dan wakil presiden Prabowo Subianto - Sandiaga Uno, Sapto Waluyo, mengatakan untuk memperkuat ketahanan pangan caranya adalah dengan meningkatkan produktivitas.
Caranya, dengan menggalakkan mekanisasi dalam sektor pertanian. Metode tersebut, menurut dia, sudah diterapkan di Jawa Barat kala Gubernur Ahmad Heryawan menjabat. Disamping itu, mekanisasi juga diikuti dengan pendampingan petani-petani.
"Dengan pembenahan sistem di dalamnya, produktifitas akan meningkat," kata Sapto. Dengan meningkatkan produktifitas, Sapto yakin kebutuhan nasional bisa dipenuhi. Sehingga alih-alih impor, Indonesia bisa menjadi negara pengekspor.
- Penerapan teknologi pada sistem pergudangan
Upaya lainnya untuk membenahi persoalan pertanian, ujar Sapto, adalah dengan memasang teknologi-teknologi anyar pada sistem pergudangan. Langkah ini dirasa perlu melihat studi kasus yang pernah terjadi di lapangan. "Di Nusa Tenggara Barat, kami lihat masalahnya adalah mereka tidak punya pergudangan yang memadai untuk menyimpan hasil panen," kata Sapto. Sehingga, hasil panen mudah busuk bila tidak segera dikirim.
<!--more-->
- Menggalakkan diversifikasi pangan
Sapto mengatakan saat ini impor pangan masih cukup tinggi, selain karena produksi di dalam negeri masih kurang, ada juga komoditas yang tidak diproduksi di dalam negeri. Untuk itu, menurut dia, solusinya dalah dengan menggalakkan diversifikasi pangan sesuai daerah masing-masing. Ia meyakini tidak seluruh wilayah di Indonesia mengonsumsi beras.
"Buktinya kata Pak Budi Waseso (Kepala Bulog), stok beras kan cukup, tapi semua minta begitu (impor), padahal belum tentu semua memakan beras," kata Sapto.
Perihal bahan pangan lain yang diimpor, misalnya gandum sebagai bahan baku terigu, menurut Sapto, juga bisa diganti. Ia berujar sempat ada riset yang membuktikan gandum dapat disubstitusi dengan sorgum. meski kualitasnya tidak sehalus terigu gandum.
"Enggak apa-apa, masyarakat harus dibiasakan hidup keras, jangan dimanjakan sementara negara menombok," ujar Sapto. "Di saat yang sama ada orang yang mengambil rente, itu kita lawan."