Gubernur BI Perry Warjiyo (dua dari kiri) bersama jajarannya memberikan keterangan kepada wartawan saat Rapat Dewan Gubernur Bank Indonesia di Jakarta, Rabu, 15 Agustus 2018. BI juga menaikkan suku bunga deposit facility 25 bps menjadi 4,75 persen dan suku bunga lending facility 25 bps menjadi 6,25 persen. TEMPO/Tony Hartawan
TEMPO.CO, Jakarta - Ekonom dari Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Bhima Yudhistira Adhinegara memprediksi Bank Indonesia akan mempertahankan suku bunga acuan atau BI 7 Day Repo Rate. Menurut Bhima hasil Rapat Dewan Gubernur BI akan memutuskan tetap mempertahankan suku bunga acuan sebesar 5,75 persen.
"Faktornya melihat cadangan devisa yang naik ke US$ 115 miliar," kata Bhima saat dihubungi, Rabu, 14 November 2018.
Menurut Bhima BI akan menggunakan cadangan devisa sebagai instrumen stabilisasi rupiah dibanding mennaikan lagi suku bunga acuan. Bhima menilai kurs rupiah saat ini relatif bisa terjaga di bawah 15 ribu.
"Kepercayaan diri pelaku pasar khususnya asing naik dan mulai masuk lagi ke pasar domestik, Satu bulan terakhir net buy asing di pasar modal mencapai Rp 8,14 triliun. Ini sinyal positif," kata Bhima.
Bhima mengatakan BI seharusnya lebih berani untuk ahead the curves, di mana sebelum bank sentral AS The Fed menaikkan suku bunga acuan pada Desember setidaknya ada penyesuaian 25 bps. Hal itu, kata Bhima, diperlukan untuk mencegah capital reversal Desember mendatang.
"Antisipasi juga penting di tengah tren normalisasi moneter yang diperkirakan akan berlanjut hingga 2019. Bank Sentral G4 yakni ECB, BoJ, dan Bank of Canada kemungkinan mengikuti langkah Fed untuk naikan bunga acuan tahun depan," ujar Bhima.
Di kesempatan yang berbeda, head of macro study LPEM Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, Febrio Kacaribu juga memperkirakan BI baru akan menaikkan suku bunga acuan pada Desember 2018.
"Desember pasti naik. Kalau FOMC menaikkan 25 basis poin, BI harus naikkan 25 basis poin. Itu seakan-akan menjadi 0 bagi BI untuk ahead of the curve, tidak mau didikte oleh pasar global," kata Febrio saat ditemui usai menjadi pembicara di kampus FEB UI, Depok, Senin, 12 November 2018.
Menurut Febrio saat ini BI belum perlu menaikkan suku bunga acuan, karena sudah mulai stabil kondisi tekanan eksternal. Febrio menilai yang dibutuhkan BI sekarang adalah dengan capital reversal, untuk memulai beli dolar lagi untuk menambah cadangan devisa.
"Kemarin sudah naik sekitar US$ 200an juta, kalau pun memang ada capital inflow, jangan melihat rupiah akan menguat di Rp 13 ribu, karena bank Indonesia masih perlu memperkuat cadangan devisanya dengan membeli dolar yang masuk," kata Febrio.