Berikut Rencana Bisnis Merpati Jika Bisa Terbang Lagi
Reporter
Yohanes Paskalis
Editor
Ali Akhmad Noor Hidayat
Selasa, 13 November 2018 07:37 WIB
TEMPO.CO, Jakarta - Maskapai Merpati milik PT Merpati Nusantara Airlines (MNA) sudah mengincar rute penerbangan wisata domestik, jika kembali mendapat izin mengudara. Presiden Direktur PT MNA, Asep Ekanugraha, membenarkan rencana pengadaan lebih dari 25 unit pesawat untuk mendukung kegiatan maskapai.
Simak: Ini Ide Sri Mulyani Soal Restrukturisasi Merpati Arilines
"Sesuai rencana bisnis, kami akan mulai dengan pesawat NC-212," kata Asep kepada Tempo, Selasa 13 November 2018.
Meski tak merinci, Asep menyebut pesawat dibeli dari produsen asal Rusia, secara bertahap. Maskapai, kata dia, harus menyediakan paling sedikit 10 unit armada untuk mendapat izin operasi (Air Operators Certificate), sesuai ketentuan Undang Undang Nomor 1 Tahun 2009 tentang Penerbangan. "Tentu pengadaan disesuaikan dengan kesiapan rute, slot, dan kru kami. Ada timing untuk tahap pembelian."
Merpati berancang-ancang kembali ke dunia aviasi domestik pasca meneken Perjanjian Transaksi Penyertaan Modal Bersyarat dengan PT Intra Asia Corpora, pada akhir Agustus lalu. Suntikan dana segar mencapai Rp 6,4 triliun pun diproyeksi bisa mengganti armada lama Merpati, yang sudah tak layak terbang.
Kendati begitu, perseroan harus menunggu hasil sidang Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang (PKPU) yang dijadwalkan pada besok Rabu. Izin penerbangan baru bisa didapat Merpati, jika sudah mengatasi persoalan utang yang nilainya menyundul Rp 10,72 triliun.
Jika masa vakum bisa diakhiri, tutur Asep, Merpati akan masuk di lokasi padat wisatawan, dengan konsep full-service. Sepuluh destinasi 'Bali Baru', seperti Danau Toba di Sumatera Utara, dan Tanjung Lesung di Banten, sudah dibidik sebagai rute potensian.
"Kami belum masuk segmen penerbangan murah. Ada pertimbangan bisnis untuk itu," tutur Asep, menolak menjelaskan lebih lanjut.
Maskapai yang terakhir beroperasi pada 2013 itu pun mengincar pasar penumpang asing, khususnya di Indonesia Timur. Kepemilikan basis di Makassar dan Biak, ucap Asep, akan diandalkan Merpati. "Kami berpengalaman di sana."
Dia menyatakan Merpati masih harus menyelesaikan berbagai ketentuan terkait izin di sejumlah kementerian dan lembaga. "Regulator yang tahu berapa lama prosesnya, kami akan memenuhi persyaratan."
Hingga berita ini ditulis, Tempo belum mendapat tanggapan dari Kementerian Perhubungan, mengenai rencana kembalinya maskapai Merpati. Kepala Bagian Hubungan Masyarakat Direktorat Jenderal Perhubungan Udara, Sindu Rahayu, menyatakan harus memeriksa informasi yang ada. "Saya cek besok pagi (hari ini)," ujarnya.
Adapun Staf Khusus Menteri Pariwisata Bidang Aksesibilitas, Judi Rifajantoro, menilai penggunaan NC-212 akan difokuskan di rute lepas pantai, seperti antar pulau Wakatobi (Sulawesi Tenggara), atau Ambon (Maluku). "Bandara-bandara kecil di sana cocok untuk pesawat itu," ucap Judi.
Apalagi, dia berpendapat, daya angkut pesawat yang juga diproduksi PT Dirgantara Indonesia (persero) dengan lisensi khusus itu cukup kecil, hanya untuk 28 penumpang. "Orientasinya tentunya bukan untuk mass tourism."
Simak berita tentang Merpati hanya di Tempo.co
YOHANES PASKALIS PAE DALE | EGI ADYATAMA