BI Bantah Kenaikan Suku Bunga Jadi Hambatan Pertumbuhan Ekonomi

Jumat, 2 November 2018 17:21 WIB

Gubernur BI Perry Warjiyo (tengah) seusai Rapat Dewan Gubernur Bank Indonesia di Jakarta, Rabu, 15 Agustus 2018. Kenaikan BI 7-Day Repo Rate ini sebagai langkah penguatan kerangka operasi moneter. TEMPO/Tony Hartawan

TEMPO.CO, Jakarta - Gubenur Bank Indonesia atau BI, Perry Wajiyo membantah kenaikan suku bunga menjadi penghambat pertumbuhan ekonomi. Menurut Perry, pelambatan laju pertumbuhan ekonomi lebih banyak disebabkan oleh faktor net exsternal demand. Atau karena nilai impornya jauh lebih tinggi dibandingkan ekspornya.

Baca: OJK dan BI Janji Tidak Ada Perang Suku Bunga Dana

"Kita sebut net exsternal demand. Jadi kalau konsumsi plus investasi itu domestic demand, itu bagus. Tapi ekspor dikurangi impornya ini yang negatifnya lebih tinggi," kata Perry ditemui usai mengikuti salat Jumat di kantor Bank Indonesia, Jakarta Pusat, Jumat, 2 November 2018.

Sebelumnya, BI memperkirakan pertumbuhan ekonomi Indonesia hingga akhir 2018 ini hanya mencapai 5,2 persen saja atau di bawah titik tengah dari target tahun ini sebesar 5 hingga 5,4 persen.

"Tapi bukan berarti pertumbuhan ekonomi kita itu jelek," kata Gubernur BI Perry Warjiyo di Kantor BI, Jakarta Pusat, Jumat, 26 Oktober 2018.

Advertising
Advertising

Sejak 6 Agustus 2018, Badan Pusat Statistik (BPS) mengumumkan pertumbuhan ekonomi kuartal II 2018 mencapai angka 5,27 persen atau lebih tinggi dari kuartal I 2018 yang hanya 5,06 persen. Angka 5,27 persen meleset dari target atau asumsi makro 2018 pemerintah yang menyebutkan pertumbuhan sepanjang tahun 2018 akan mencapai 5,4 persen.

Sejauh ini, lanjut Perry, faktor-faktor yang menjadi pendongkrak ekonomi masih cukup bagus. Menurut Perry konsumsi masih terlihat bagus karena bisa mencapai di atas 5 persen. Dari sisi investasi juga lebih bagus, karena diperkirakan bisa mencapai 7 persen.

Karena itu, Perry menekankan saat ini sumber-sumber pertumbuhan domestik seperti konsumsi dan investasi saat ini masih berada dalam kondisi yang bagus. Hal ini ditunjukan lewat masih kuatnya ekspor meskipun kebutuhan akan ekspor tersebut harus melalui impor terlebih dahulu.

Perry mengatakan untuk langkah-langkah yang selama ini telah dikeluarkan oleh pemerintah memang memerlukan waktu untuk secara signifikan mengurangi impor. Karena itu, langkah-langkah mengurangi impor ini baru akan terlihat dampaknya pada triwulan empat.

"Dengan demikian net external demandnya bisa lebih baik," kata Perry.

Simak berita tentang suku bunga hanya di Tempo.co

Berita terkait

Kenaikan BI Rate Berpotensi Tekan Penyaluran Kredit

33 menit lalu

Kenaikan BI Rate Berpotensi Tekan Penyaluran Kredit

Kenaikan suku bunga acuan Bank Indonesia (BI Rate) menjadi 6,25 persen bisa berdampak pada penyaluran kredit.

Baca Selengkapnya

Hadiri WEF, Airlangga Beberkan Tantangan RI Ciptakan Lapangan Kerja

54 menit lalu

Hadiri WEF, Airlangga Beberkan Tantangan RI Ciptakan Lapangan Kerja

Menko Perekonomian Airlangga Hartarto bicara besarnya tantangan Indonesia di bidang tenaga kerja, khususnya dalam hal penciptaan lapangan kerja.

Baca Selengkapnya

BI Perluas Cakupan Sektor Prioritas KLM untuk Dukung Pertumbuhan Kredit

2 jam lalu

BI Perluas Cakupan Sektor Prioritas KLM untuk Dukung Pertumbuhan Kredit

BI mempersiapkan perluasan cakupan sektor prioritas Kebijakan Insentif Likuiditas Makroprudensial (KLM).

Baca Selengkapnya

BI Optimistis Pertumbuhan Ekonomi Naik 4,7-5,5 Persen Tahun Ini

15 jam lalu

BI Optimistis Pertumbuhan Ekonomi Naik 4,7-5,5 Persen Tahun Ini

BI sedang mempersiapkan instrumen insentif agar mendorong pertumbuhan ekonomi.

Baca Selengkapnya

BI Catat Rp 2,47 T Modal Asing Tinggalkan RI Pekan Ini

1 hari lalu

BI Catat Rp 2,47 T Modal Asing Tinggalkan RI Pekan Ini

BI mencatat aliran modal asing yang keluar pada pekan keempat April 2024 sebesar Rp 2,47 triliun.

Baca Selengkapnya

Sri Mulyani Beberkan Efek Konflik Timur Tengah ke Indonesia, Mulai dari Lonjakan Harga Minyak hingga Inflasi

2 hari lalu

Sri Mulyani Beberkan Efek Konflik Timur Tengah ke Indonesia, Mulai dari Lonjakan Harga Minyak hingga Inflasi

Menteri Keuangan Sri Mulyani mengatakan tensi geopolitik di Timur Tengah cenderung meningkat dan menjadi fokus perhatian para pemimpin dunia. Ia menegaskan kondisi ini mempengaruhi beberapa dampak ekonomi secara signifikan.

Baca Selengkapnya

Ekonom Ideas Ingatkan 3 Tantangan RAPBN 2025

3 hari lalu

Ekonom Ideas Ingatkan 3 Tantangan RAPBN 2025

Direktur Institute for Demographic and Poverty Studies (Ideas) Yusuf Wibisono menyebut RAPBN 2025 akan sejumlah tantangan berat.

Baca Selengkapnya

Setelah Kemarin Melemah, Kurs Rupiah Hari Ini Diprediksi Menguat

3 hari lalu

Setelah Kemarin Melemah, Kurs Rupiah Hari Ini Diprediksi Menguat

Analis Ibrahim Assuaibi, memperkirakan rupiah hari ini fluktuatif dan akan ditutup menguat pada rentang Rp 16.150 sampai Rp 16.220 per dolar AS.

Baca Selengkapnya

Zulhas Tak Khawatir Rupiah Melemah, BI Mampu Hadapi

3 hari lalu

Zulhas Tak Khawatir Rupiah Melemah, BI Mampu Hadapi

Zulhas percaya BI sebagai otoritas yang memiliki kewenangan akan mengatur kebijakan nilai tukar rupiah dengan baik di tengah gejolak geopolitik.

Baca Selengkapnya

Sehari Usai BI Rate Naik, Dolar AS Menguat dan Rupiah Lesu ke Level Rp 16.187

3 hari lalu

Sehari Usai BI Rate Naik, Dolar AS Menguat dan Rupiah Lesu ke Level Rp 16.187

Nilai tukar rupiah ditutup melemah 32 poin ke level Rp 16.187 per dolar AS dalam perdagangan hari ini.

Baca Selengkapnya