Pegawai bank menghitung uang dolar Amerika Serikat pecahan 100 dolar dan uang rupiah pecahan Rp 100 ribu di kantor pusat Bank Mandiri, Jakarta, Senin, 20 Agustus 2018. Nilai tukar rupiah, yang ditransaksikan antarbank di Jakarta pada Senin sore, 20 Agustus 2018, bergerak melemah 20 poin ke level Rp 14.592 dibanding sebelumnya Rp 14.572 per dolar Amerika. TEMPO/Tony Hartawan
TEMPO.CO, Jakarta - Senior Technical Portfolio Advisor PT Samuel Sekuritas Muhammad Alfatih memprediksi rupiah menguat hari ini, Jumat, 2 November 2018. Alfatih memperkirakan rupiah bergerak di kisaran Rp 15.050 - Rp 15.150 per dolar Amerika Serikat.
"Sentimen jangka pendek adalah optimisme dari AS-Cina. Sentimen akan didapatnya kesepakatan antara AS-Cina," kata Alfatih saat dihubungi, Jumat, 2 November 2018.
Analis Panin Sekuritas William Hartanto juga memprediksi rupiah menguat kembali. William memprediksi rupiah bergerak dalam kisaran Rp 14.800 - Rp 15.100 per dolar AS.
"Rilis data inflasi kemarin disambut baik. Karena kalau sampai akhir tahun masih deflasi, indikasinya daya beli benar-benar lemah," kata William.
Sedangkan ekonom Samuel Sekuritas Indonesia, Ahmad Mikail mengatakan pelemahan rupiah beberapa waktu ini tidak berpengaruh terhadap inflasi. Data inflasi Oktober, kata Samuel masih terbilang rendah jika dibandingkan dengan target inflasi BI yang sebesar 3.5 persen.
"Inflasi yang rendah juga menunjukkan bahwa pelemahan rupiah yang terjadi selama setahun terakhir tidak berdampak besar bagi risiko kenaikan inflasi," kata ujar Ahmad.
Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat perkembangan Indeks Harga Konsumen (IHK) selama Oktober 2018 mengalami inflasi sebesar 0,28 persen. Adapun inflasi tahunan dan tahun kalendernya mencapai masing-masing 3,16 persen dan 2,22 persen.
Ahmad mengatakan kenaikan inflasi tersebut menjadi sinyal dini bahwa konsumsi domestik kemungkinan akan lebih tinggi di triwulan keempat dibandingkan dengan triwulan kedua 2018.