Adaro dan 4 Rekan Bisnisnya Konversi Transaksi Bisnis ke Rupiah
Reporter
Caesar Akbar
Editor
Rr. Ariyani Yakti Widyastuti
Rabu, 3 Oktober 2018 16:33 WIB
TEMPO.CO, Jakarta - PT Adaro Energy Tbk sepakat mengkonversi transaksi bisnis yang pada mulanya berdenominasi dolar Amerika Serikat ke rupiah. Hal tersebut ditandai dengan deklarasi oleh Adaro bersama rekan bisnisnya, yakni PT Pertamina (Persero), PT Pamapersada Nusantara, PT Bumi Makmur Mandiri Utama, dan PT Sapta Indra Sejati di Kantor Kementerian Keuangan, Jakarta, Rabu, 3 Oktober 2018.
Baca: Kurs Rupiah Tembus 15.000, Sri Mulyani: Pemerintah Terus Memantau
"Ini satu event yang mungkin kelihatan sederhana, namun mudah-mudahan impact-nya bisa memberikan sesuatu yang positif untuk negara kita," ujar Presiden Direktur Adaro Garibaldi Thohir di lokasi deklarasi.
Selama ini transaksi yang dilakukan Adaro dengan mitra-mitranya, kata Boy, panggilan Garibaldi, memang masih berdenominasi dolar AS. Sebelum deklarasi, transaksi berdenominasi rupiah baru dilakukan bersama Pertamina dan Bumi Makmur. Sementara Pama dan Sapta Indra belum.
"Sekarang kami sepakat bersama Pertamina dengan Pama, Buma, dan Sapta, pembayaran yang tadinya dalam dolar AS kami sekarang bayar dalam bentuk rupiah," ujar Boy.
Inisiatif Boy bermula dari pertemuan salah satu direksi perusahaannya bersama dengan Menteri Keuangan Sri Mulyani. Kala itu mereka mendiskusikan bagaimana Adaro bisa berperan aktif bersama pemerintah. "Saya langsung berinisiatif karena di Adaro Group pembayaran dolar kami kepada mitra cukup besar," kata dia. "Kurang lebih dalam setahun pembayarannya mencapai US$ 1,7 miliar, kalau dikonversi ke rupiah bisa Rp 25 triliun."
Sri Mulyani menyambut gembira inisiatif Boy dan rekan-rekannya untuk melakukan konversi dan menggunakan rupiah dalan transaksi di dalam negeri. Walau, sebenarnya, Bank Indonesia sudah mewajibkan transaksi menggunakan rupiah di dalam negeri.
Baca: Rupiah Tembus 15.000, Apa Bedanya dengan Saat Krismon 1998?
Namun, Sri Mulyani menyadari masih ada eksportir yang membutuhkan dolar guna menunaikan kewajibannya seperti membayar utang. "Itu kita hormati secara penuh karena bagi Indonesia juga penting untuk terus menjaga confidence," kata Sri Mulyani.
Simak berita menarik lainnya terkait rupiah hanya di Tempo.co.