Kemenhub: Tiga Trayek Baru Tol Laut Beroperasi Awal Oktober
Reporter
Yohanes Paskalis
Editor
Ali Akhmad Noor Hidayat
Kamis, 27 September 2018 05:00 WIB
TEMPO.CO, Jakarta - Kementerian Perhubungan terus menambah jumlah trayek tol laut secara bertahap. Penambahan tiga trayek melalui Keputusan Direktur Jenderal Perhubungan Laut Nomor AL.108/5/5/DJPL-18 pada 3 September lalu mengawali pengembangan tersebut, dan jumlahnya ditargetkan menjadi 21 trayek tol laut pada tahun depan.
Baca juga: Kemenhub Sediakan 15 Trayek Tol Laut, Ini Rincian Rutenya
Kepala Seksi Pelayaran Rakyat Sub Direktorat Lalu Lintas Angkutan Laut, Hasan Sadili, mengatakan trayek yang baru akan mulai dioperasikan pada awal Oktober mendatang. "Setelah penetapan, kini ada 18 trayek dari 15 yang sebelumnya," ujar Hasan pada Tempo, Rabu 26 September 2018.
Tiga trayek baru yang berada di kawasan Sulawesi, kata Hasan, akan ditangani oleh perusahaan pelayaran pelat merah PT Djakarta Lloyd (Persero). Trayek yang baru, antara lain T-6 rute Makassar-Selayar-Jampea-Sikeli-Raha-Ereke-Pasarwajo-Makassar, T-17 rute Bitung-Tilamuta-Parigi-Poso-Ampana-Bunta-Pagimana-Bitung (T-17), serta T-18 Kendari-Lameruru-Bungku-Kolondale-Taliabo-Kendari. Operator baru direncanakan memakai tiga kapal logistik berkapasitas 100 TEUs (ukuran ekuivalen dua puluh kaki).
Hasan memastikan penambahan trayek sudah disesuaikan dengan ketentuan Peraturan Presiden Nomor 70 Tahun 2017 tentang Kewajiban Pelayanan Publik untuk Angkutan Barang Dari dan Ke Daerah Tertinggal, Terpencil, Terluar, dan Perbatasan.
Penentuannya harus didasari kelengkapan infrastruktur daerah, seperti pelabuhan singgah, serta anggaran yang tersedia. Pelaksanaan tol laut pada tahun ini didanai hingga Rp 447 miliar.
"Kami kan berdiskusi dengan Kementerian Perdagangan dan Badan Penelitian dan Pengembangan (Balitbang) kami," ujarnya. "Target trayek untuk kawasan yang paling membutuhkan."
Menteri Perhubungan, Budi Karya Sumadi, tak menutup adanya pemekaran trayek, selain dari penambahan jalur yang sudah ada. "Kita pecah (jalurnya) ke tempat yang lebih kecil," ujarnya.
Dia pun meminta para operator tol laut, seperti PT Pelni (persero), menggenjot pengiriman komoditi penting. Selain barang pokok, tol laut memang dipakai untuk distribusi barang khusus, seperti semen, baja konstruksi, pupuk, hingga gas elpiji 3 kilogram.
"Semen dibutuhkan, karena itu produk penting untuk pembangunan. Ada tiga wilayah paling membutuhkan, yaitu Papua, Nusa Tenggara Timur, dan Maluku," kata Budi.
Direktur Utama PT Pelni, Insan Purwarisya Tobing, mengatakan perseroan sudah menyiapkan empat kapal khusus untuk distribusi semen. Muatan totalnya bisa mencapai 616 TEUs. "Jika 1 TEUs itu sekitar 20 ton, tinggal dikalikan saja. Masing-masing kapal itu kapasitasnya 154 TEUs,” kata dia, kemarin.
Adapun Direktur National Maritime Institute (Namarin), Siswanto Rusdi, menilai pemerintah kurang memperhitungkan potensi kewilayahan, saat menentukan trayek tol laut. Buktinya, kata dia, sering terjadi peralihan trayek dari waktu ke waktu dengan dalih membuat distribusi lebih fleksibel. "Padahal memang karena volume muat di trayek eksisting juga sepi. Satu lokasi disinggahi kapal seminggu sekali, interval waktunya sangat jauh," katanya kepada Tempo.