3 Penyebab Rupiah Menguat Pekan Ini Versi BI

Sabtu, 22 September 2018 06:37 WIB

Gubernur Bank Indonesia atau BI Perry Warjiyo memberikan keterangan kepada wartawan saat Rapat Dewan Gubernur Bank Indonesia di Jakarta, Rabu, 15 Agustus 2018. Bank Indonesia memutuskan kembali menaikkan suku bunga acuannya atau BI 7-Day Reverse Repo Rate 25 basis poin (bps) atau 0,25 persen menjadi 5,5 persen. TEMPO/Tony Hartawan

TEMPO.CO, Jakarta - Gubernur Bank Indonesia atau BI Perry Warjiyo menjelaskan ada tiga faktor yang menyebabkan nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat terus menguat sepanjang pekan ini.

Berdasarkan Kurs Referensi Jakarta Interbank Spot Dollar Rate atau JISDOR, nilai tukar rupiah pada Jumat, 21 September 2018 menguat pada level Rp 14.824 per dolar AS. Pada awal pekan ini, rupiah di pasar spot tercatat berada di level Rp 14.859 per dolar AS. Adapun, di pasar valuta asing, merujuk data RTI, rupiah juga terus menguat 0,04 persen dan diperdagangkan sebesar Rp 14.785 per dolar AS pada pukul 14.35 WIB.

Berikut tiga faktor yang menyebabkan nilai tukar rupiah menguat terhadap dolar menurut Perry.

1. Ketegangan Perang Dagang AS dengan Cina Mereda
Menurut Perry, risiko di pasar keuangan global dan ketegangan perang dagang maupun di pasar keuangan telah mereda. Bahkan terlihat saat ini terlihat investasi global mulai masuk ke negara emerging market, termasuk Indonesia.

"Fund manajer itu melihat bahwa perang dagang tidak berdampak baik kepada ekonomi Amerika, sehingga mereka mulai menginvestasikan kembali aset portofolio ke berbagai emerging market," kata Perry ditemui usai menjalankan salat Jumat di area Gedung Bank Indonesia, Kebon Sirih, Jakarta Pusat, Jumat, 21 September 2018.

Perry melanjutkan, para investor dan para pelaku ekonomi di dunia telah melihat bahwa kondisi perang dagang antara Amerika dan Tiongkok ternyata tak menguntungkan bagi semua pihak. Bahkan, kata Perry, pasar melihat perang dagang juga tidak berdampak baik bagi ekonomi Amerika Serikat. Sehingga mereka mulai mengalokasikan kembali portofolio investasi dari negara emering market yang sempat ditarik.

Hal ini, kata Perry, terlihat dari arus modal asing yang mulai masuk meskipun belum besar. "Semoga minggu depan kalau ada lelang SBN, bisa ada inflow. Sejauh ini yang masuk lebih ke pasar sekunder, belum terlalu besar," kata Perry.

2. Kepercayaan Investor terhadap Kebijakan Pemerintah dan BI
Menurut Perry, kepercayaan itu terlihat ketika BI berkomunikasi dengan para investor besar yang ada di Singapura, London maupun New York.

Perry menuturkan, para investor itu, percaya terhadap kebijakan ekonomi yang ditempuh baik di bidang moneter seperti pendalaman pasar valas, maupun kebijakan fiskal untuk ikut menurunkan defisit transaksi berjalan.

"Kebijakan itu dipandang langkah yang baik sehingga Indonesia dilihat memiliki prospek yang baik dan dibedakan dengan sejumlah negara emerging market lain," kata Perry.

Advertising
Advertising

3. Eksportir dan Pengusaha Jual Valas ke Pasar
Dengan banyaknya penjualan itu, bisa menambah pasokan valas di pasar sehingga membuat likuditas menjadi lebih banyak.

Karena itu, Perry mengucapkan terima kasih kepada para ekportir dan pengusaha yang telah menjual valasnya ke pasar. "Saya mengajak seluruh pengusaha untuk semakin banyak menjual valas ke pasar sehingga rupiah bisa makin stabil," kata Perry.

Berita terkait

BI Perluas Cakupan Sektor Prioritas KLM untuk Dukung Pertumbuhan Kredit

11 jam lalu

BI Perluas Cakupan Sektor Prioritas KLM untuk Dukung Pertumbuhan Kredit

BI mempersiapkan perluasan cakupan sektor prioritas Kebijakan Insentif Likuiditas Makroprudensial (KLM).

Baca Selengkapnya

BI Optimistis Pertumbuhan Ekonomi Naik 4,7-5,5 Persen Tahun Ini

1 hari lalu

BI Optimistis Pertumbuhan Ekonomi Naik 4,7-5,5 Persen Tahun Ini

BI sedang mempersiapkan instrumen insentif agar mendorong pertumbuhan ekonomi.

Baca Selengkapnya

Ekonom BCA Ungkap Peluang Penguatan Rupiah di Bawah Rp 16.000 per Dolar AS

1 hari lalu

Ekonom BCA Ungkap Peluang Penguatan Rupiah di Bawah Rp 16.000 per Dolar AS

Ketegangan di Timur Tengah yang perlahan mereda menjadi salah satu faktor peluang menguatnya rupiah.

Baca Selengkapnya

Masih Loyo, Nilai Tukar Rupiah Melemah ke Level Rp 16.210 per Dolar AS

3 hari lalu

Masih Loyo, Nilai Tukar Rupiah Melemah ke Level Rp 16.210 per Dolar AS

Pada perdagangan Kamis, kurs rupiah ditutup melemah pada level Rp 16.187 per dolar AS.

Baca Selengkapnya

Setelah Kemarin Melemah, Kurs Rupiah Hari Ini Diprediksi Menguat

3 hari lalu

Setelah Kemarin Melemah, Kurs Rupiah Hari Ini Diprediksi Menguat

Analis Ibrahim Assuaibi, memperkirakan rupiah hari ini fluktuatif dan akan ditutup menguat pada rentang Rp 16.150 sampai Rp 16.220 per dolar AS.

Baca Selengkapnya

Zulhas Tak Khawatir Rupiah Melemah, BI Mampu Hadapi

4 hari lalu

Zulhas Tak Khawatir Rupiah Melemah, BI Mampu Hadapi

Zulhas percaya BI sebagai otoritas yang memiliki kewenangan akan mengatur kebijakan nilai tukar rupiah dengan baik di tengah gejolak geopolitik.

Baca Selengkapnya

Sehari Usai BI Rate Naik, Dolar AS Menguat dan Rupiah Lesu ke Level Rp 16.187

4 hari lalu

Sehari Usai BI Rate Naik, Dolar AS Menguat dan Rupiah Lesu ke Level Rp 16.187

Nilai tukar rupiah ditutup melemah 32 poin ke level Rp 16.187 per dolar AS dalam perdagangan hari ini.

Baca Selengkapnya

Pengamat Sebut Kenaikan BI Rate hanya Jangka Pendek, Faktor Eksternal Lebih Dominan

4 hari lalu

Pengamat Sebut Kenaikan BI Rate hanya Jangka Pendek, Faktor Eksternal Lebih Dominan

BI menaikkan BI Rate menjadi 6,25 persen berdasarkan hasil rapat dewan Gubernur BI yang diumumkan pada Rabu, 24 April 2024.

Baca Selengkapnya

Uang Beredar di Indonesia Mencapai Rp 8.888,4 Triliun per Maret 2024

4 hari lalu

Uang Beredar di Indonesia Mencapai Rp 8.888,4 Triliun per Maret 2024

BI mengungkapkan uang beredar dalam arti luas pada Maret 2024 tumbuh 7,2 persen yoy hingga mencapai Rp 8.888,4 triliun.

Baca Selengkapnya

Timnas AMIN Jelaskan Urgensi Pertemuan Jokowi dan Prabowo untuk Bahas RAPBN 2025

4 hari lalu

Timnas AMIN Jelaskan Urgensi Pertemuan Jokowi dan Prabowo untuk Bahas RAPBN 2025

Awalil menilai pertemuan dan koordinasi antara Jokowi dan Prabowo memang diperlukan dan sangat penting dilakukan saat ini.

Baca Selengkapnya