Moody's Ingatkan Dampak Negatif Jika Rupiah Terus Melemah

Kamis, 13 September 2018 13:13 WIB

Ilustrasi kurs rupiah dan mata uang Indonesia. Getty Images

TEMPO.CO, Jakarta - Lembaga pemeringkat Moody's menyatakan kondisi fundamental ekonomi Indonesia saat ini masih bisa mengatasi pelemahan rupiah. Namun jika pelemahan rupiah berlanjut semakin dalam, maka berpotensi menimbulkan dampak negatif yang lebih luas.

Baca: Rupiah Bergejolak, Risiko Kredit Sektor Produktif Meningkat

Apalagi, kata Moody's, pemerintah dan korporasi banyak bergantung terhadap pendanaan dari luar atau pinjaman asing. Hal itu disampaikan Moody's dalam laporan terbarunya yang bertajuk "Indonesia credit: Policy buffers protect against rupiah weakness, but further depreciation would be broadly credit negative".

Vice President dan Senior Analyst Moody's Joy Rankothge mengatakan selama beberapa tahun terakhir, Pemerintah Indonesia sudah mengeluarkan kebijakan moneter yang kredibel yang fokus pada stabilitas harga dan menerapkan aturan hedging yang mengurangi terpaparnya korporasi dari fluktuasi kurs. Namun terus berkurangnya cadangan devisa patut menjadi perhatian.

Moody's menjelaskan, meski pelemahan rupiah sampai saat ini memiliki dampak terbatas terhadap kredit, tapi pelemahan lebih dalam bisa berpengaruh negatif secara lebih luas. "Berlanjutnya depresiasi rupiah akan mengerek utang dan debt-servicing costs (biaya peminjaman utang), meningkatkan kerentanan eksternal, serta menambah tekanan inflasi," kata Rankothge seperti dikutip dari keterangan resmi Moody's, Kamis, 13 September 2018.

Advertising
Advertising

Tak hanya itu, menurut Rankothge, profil utang korporasi yang lebih lemah dan kualitas aset bank juga bisa menjadi kendala tersendiri dalam hal investasi serta pertumbuhan ekonomi. Hal ini di antaranya didasari dari pengamatan Moody's, terkait rupiah yang sudah terdepresiasi sebesar 9 persen sejak Februari 2018. Namun, pelemahan ini tidak sedalam mata uang negara-negara lainnya.

Rankothge melanjutkan, pelemahan rupiah telah memicu peningkatan nilai impor, seiring dengan besarnya impor bahan mentah untuk proyek infrastruktur. Defisit neraca transaksi berjalan Indonesia telah melebar menjadi 2,6 persen pada semester I di 2018, dari 1,4 persen pada periode yang sama tahun sebelumnya.

Baca: Rupiah Loyo, Ini 3 Jurus Bos Baru Garuda Indonesia Tekan Kerugian

Tak hanya itu, akibat pelemahan rupiah, cadangan devisa juga dinilai Moody's terus tertekan. Angka cadangan devisa menyusut dari US$ 125,1 miliar pada Januari 2018 menjadi US$ 111,7 miliar pada Agustus 2018. Secara keseluruhan, Moody's menyematkan rating BAA2 dengan outlook stabil kepada Indonesia.

BISNIS

Berita terkait

Rupiah Menguat di Akhir Pekan, Sentuh Level Rp 16.083 per Dolar AS

2 hari lalu

Rupiah Menguat di Akhir Pekan, Sentuh Level Rp 16.083 per Dolar AS

Nilai tukar rupiah ditutup menguat Rp 16.083 terhadap dolar AS pada perdagangan Jumat, 3 Mei.

Baca Selengkapnya

Tak Hanya Naikkan BI Rate, BI Rilis 5 Kebijakan Moneter Ini untuk Jaga Stabilitas Rupiah

2 hari lalu

Tak Hanya Naikkan BI Rate, BI Rilis 5 Kebijakan Moneter Ini untuk Jaga Stabilitas Rupiah

Gubernur BI Perry Warjiyo membeberkan lima aksi BI untuk menjaga stabilitas nilai tukar rupiah di tengah ketidakpastian pasar keuangan global.

Baca Selengkapnya

Bos BI Yakin Rupiah Terus Menguat hingga Rp 15.800 per Dolar AS, Ini 4 Alasannya

2 hari lalu

Bos BI Yakin Rupiah Terus Menguat hingga Rp 15.800 per Dolar AS, Ini 4 Alasannya

Gubernur BI Perry Warjiyo yakin nilai tukar rupiah terhadap dolar AS akan menguat sampai akhir tahun ke level Rp 15.800 per dolar AS.

Baca Selengkapnya

Sri Mulyani: Meski Kurs Rupiah Melemah, Masih Lebih Baik dibanding Baht dan Ringgit

2 hari lalu

Sri Mulyani: Meski Kurs Rupiah Melemah, Masih Lebih Baik dibanding Baht dan Ringgit

Menkeu Sri Mulyani mengatakan, nilai tukar rupiah pada triwulan I 2024 mengalami depresiasi 2,89 persen ytd sampai 28 Maret 2024.

Baca Selengkapnya

Rupiah Menguat di Angka Rp 16.088

3 hari lalu

Rupiah Menguat di Angka Rp 16.088

Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) menguat di angka Rp 16.088 pada perdagangan akhir pekan ini.

Baca Selengkapnya

Rupiah Ditutup Menguat ke Level Rp16.185, Analis: The Fed Membatalkan Kenaikan Suku Bunga

3 hari lalu

Rupiah Ditutup Menguat ke Level Rp16.185, Analis: The Fed Membatalkan Kenaikan Suku Bunga

Data inflasi bulan April dinilai bisa memberikan sentimen positif untuk rupiah bila hasilnya masih di kisaran 3,0 persen year on year.

Baca Selengkapnya

Lagi-lagi Melemah, Kurs Rupiah Hari Ini di Level Rp 16.259 per Dolar AS

5 hari lalu

Lagi-lagi Melemah, Kurs Rupiah Hari Ini di Level Rp 16.259 per Dolar AS

Kurs rupiah dalam perdagangan hari ini ditutup melemah 4 poin ke level Rp 16.259 per dolar AS.

Baca Selengkapnya

5 Mata Uang dengan Nilai Paling Lemah di Dunia

5 hari lalu

5 Mata Uang dengan Nilai Paling Lemah di Dunia

Daftar negara dengan mata uang terlemah menjadi perhatian utama bagi para pengamat ekonomi dan pelaku pasar.

Baca Selengkapnya

AdaKami Fokus Pendanaan Usaha Mikro dan Kecil

6 hari lalu

AdaKami Fokus Pendanaan Usaha Mikro dan Kecil

AdaKami akan berfokus pada pendanaan untuk usaha mikro dan kecil.

Baca Selengkapnya

Ekonom BCA Ungkap Peluang Penguatan Rupiah di Bawah Rp 16.000 per Dolar AS

7 hari lalu

Ekonom BCA Ungkap Peluang Penguatan Rupiah di Bawah Rp 16.000 per Dolar AS

Ketegangan di Timur Tengah yang perlahan mereda menjadi salah satu faktor peluang menguatnya rupiah.

Baca Selengkapnya