Goldman Sachs: Pelemahan Mata Uang Negara Berkembang Berlanjut

Selasa, 11 September 2018 19:53 WIB

Mata uang Franc Swiss [lenews.ch]

TEMPO.CO, Jakarta - Aksi jual di pasar negara berkembang terus berlanjut dan diprediksi semakin dalam membuat mata uang semakin melemah. Aksi jual ini disebabkan para investor berspekulasi bahwa tensi perang dagang antara Amerika Serikat dan China bisa semakin meningkat.

Baca: Rupiah Anjlok, Ketua OJK Pastikan Kondisi Perbankan Aman

Tim Analis Goldman Sachs, termasuk Mark Ozerov dan Kamakshya Trivedi, mencatat bahwa aksi jual tahun ini membawa nilai tukar emerging market ke wilayah undervalued namun tidak semurah pada awal 2016 yang terpukul akibat anjoknya harga minyak global.

“Valuasi tentu saja lebih baik digunakan untuk melihat sinyal jangka pendek dan panjang untuk performa aset pasar, dan juga [valuasi] merupakan katalis untuk memicu performa yang lebih kuat,” tulis Tim Riset Goldman Sachs seperti dikutip Bloomberg, Selasa 11 September 2018.

Hal itu lah yang membuat investor semakin khawatir terhadap ketahanan pasar negara berkembang di tengah-tengah menghadapi berakhirnya era uang murah.

Berdasarkan data Bloomberg, peso Argentina memimpin pelemahan di pasar mata uang emerging market dengan terdepresiasi 1,04% pada Senin 10 September 2018. Peso Argentina melemah setelah trader menyatakan bahwa reli baru-baru ini bergerak terlalu jauh dan terlalu cepat.

Selanjutnya, real Brasil terpantau melemah 0,72% pada awal pekan ini. Volatilitas pasar semakin intens menjelang polling pemilu.

Riset Goldman Sachs Group Inc. pun memperlihatkan sinyal bahwa pelemahan mata uang di negara berkembang akan terus berlanjut. Sejauh ini, mata uang emerging market telah anjlok ke level terendahnya sejak April 2017.

Adapun investor semakin menekan nilai aset negara berkembang melihat keyakinan Presiden AS Donald Trump bahwa tarif dan ancaman tarif di dalam perang dagang dengan China dapat menggairahkan lapangan kerja di AS.

Selain itu, data ekonomi di AS yang menguat juga mendukung kenaikan suku bunga mata uang oleh bank sentral AS (The Fed).

Pemerintah mulai dari India hingga Argentina pun kini kian kesulitan mengembalikan kepercayaan investor terhadap perekonomian negaranya.

BISNIS.COM

Berita terkait

Ekonom BCA Ungkap Peluang Penguatan Rupiah di Bawah Rp 16.000 per Dolar AS

4 jam lalu

Ekonom BCA Ungkap Peluang Penguatan Rupiah di Bawah Rp 16.000 per Dolar AS

Ketegangan di Timur Tengah yang perlahan mereda menjadi salah satu faktor peluang menguatnya rupiah.

Baca Selengkapnya

Masih Loyo, Nilai Tukar Rupiah Melemah ke Level Rp 16.210 per Dolar AS

2 hari lalu

Masih Loyo, Nilai Tukar Rupiah Melemah ke Level Rp 16.210 per Dolar AS

Pada perdagangan Kamis, kurs rupiah ditutup melemah pada level Rp 16.187 per dolar AS.

Baca Selengkapnya

Setelah Kemarin Melemah, Kurs Rupiah Hari Ini Diprediksi Menguat

2 hari lalu

Setelah Kemarin Melemah, Kurs Rupiah Hari Ini Diprediksi Menguat

Analis Ibrahim Assuaibi, memperkirakan rupiah hari ini fluktuatif dan akan ditutup menguat pada rentang Rp 16.150 sampai Rp 16.220 per dolar AS.

Baca Selengkapnya

Zulhas Tak Khawatir Rupiah Melemah, BI Mampu Hadapi

3 hari lalu

Zulhas Tak Khawatir Rupiah Melemah, BI Mampu Hadapi

Zulhas percaya BI sebagai otoritas yang memiliki kewenangan akan mengatur kebijakan nilai tukar rupiah dengan baik di tengah gejolak geopolitik.

Baca Selengkapnya

Sehari Usai BI Rate Naik, Dolar AS Menguat dan Rupiah Lesu ke Level Rp 16.187

3 hari lalu

Sehari Usai BI Rate Naik, Dolar AS Menguat dan Rupiah Lesu ke Level Rp 16.187

Nilai tukar rupiah ditutup melemah 32 poin ke level Rp 16.187 per dolar AS dalam perdagangan hari ini.

Baca Selengkapnya

Pengamat Sebut Kenaikan BI Rate hanya Jangka Pendek, Faktor Eksternal Lebih Dominan

3 hari lalu

Pengamat Sebut Kenaikan BI Rate hanya Jangka Pendek, Faktor Eksternal Lebih Dominan

BI menaikkan BI Rate menjadi 6,25 persen berdasarkan hasil rapat dewan Gubernur BI yang diumumkan pada Rabu, 24 April 2024.

Baca Selengkapnya

Timnas AMIN Jelaskan Urgensi Pertemuan Jokowi dan Prabowo untuk Bahas RAPBN 2025

3 hari lalu

Timnas AMIN Jelaskan Urgensi Pertemuan Jokowi dan Prabowo untuk Bahas RAPBN 2025

Awalil menilai pertemuan dan koordinasi antara Jokowi dan Prabowo memang diperlukan dan sangat penting dilakukan saat ini.

Baca Selengkapnya

Nilai Tukar Rupiah Hari Ini Diyakini Menguat, Pasar Respons Kemenangan Prabowo-Gibran

3 hari lalu

Nilai Tukar Rupiah Hari Ini Diyakini Menguat, Pasar Respons Kemenangan Prabowo-Gibran

Nilai tukar rupiah terhadap dolar AS hari ini masih akan menguat pada rentang Rp 16.110 - Rp 16.180. Pasar merespons kemenangan Prabowo-Gibran.

Baca Selengkapnya

Rupiah Diprediksi Stabil, Pasar Respons Positif Kenaikan BI Rate

3 hari lalu

Rupiah Diprediksi Stabil, Pasar Respons Positif Kenaikan BI Rate

Rupiah bergerak stabil seiring pasar respons positif kenaikan BI Rate.

Baca Selengkapnya

Gubernur BI Prediksi Suku Bunga The Fed Turun per Desember 2024: Bisa Mundur ke 2025

4 hari lalu

Gubernur BI Prediksi Suku Bunga The Fed Turun per Desember 2024: Bisa Mundur ke 2025

Gubernur Bank Indonesia atau BI Perry Warjiyo membeberkan asumsi arah penurunan suku bunga acuan The Fed atau Fed Fund Rate (FFR).

Baca Selengkapnya