TEMPO.CO, Jakarta - Nilai tukar rupiah pada Selasa pagi ini, 4 September 2018, terpantau melanjutkan pelemahan hingga 30 poin atau 0,2 persen ke level Rp 14.845 per dolar AS. Pelemahan kurs ini terjadi setelah perdagangan pagi ini dibuka dengan depresiasi tipis 8 poin atau 0,05 persen di posisi 14.823 per dolar AS.
Baca: Rupiah Anjlok, Ketua OJK Pastikan Kondisi Perbankan Aman
Sementara kurs tengah Bank Indonesia menunjukkan nilai tukar rupiah pada hari ini berada di level Rp 14.767 per dolar AS. Angka tersebut melemah bila dibandingkan pada Senin kemarin di angka Rp 14.711 per dolar AS.
Kemarin nilai tukar tukar rupiah ditutup melemah 105 poin atau 0,71 persen ke level Rp 14.815 per dolar AS atau terendah sejak Juni 2018. Di awal perdagangan dibuka di zona merah dengan pelemahan 0,24 persen di posisi Rp 14.745 per dolar AS.
Mata uang Garuda telah melemah pada perdagangan hari kelima berturut-turut, setelah ditutup turun 0,2 persen atau 30 poin ke level Rp 14.710 pada perdagangan Jumat pekan lalu. Rupiah menjadi mata uang yang melemah paling dalam pada perdagangan hari ini, disusul ringgit Malaysia yang melemah 0,5 persen.
Sepanjang tahun ini, rupiah mencatat kinerja terburuk kedua dibandingkan dengan mata uang lainnya di kawasan Asia. Rupiah telah melemah 8,5 persen sejak awal tahun 2018, hanya di bawah rupee India yang melemah 9,88 persen.
Ekonom Senior Institute for Development of Economics and Finance (Indef), Faisal Basri mengatakan penyebab fundamental pelemahan rupiah adalah defisit akun lancar. Berapa pun besaran defisit akun lancar, rupiah tertekan.
“Hanya saja, tekanan sedikit mereda jika arus masuk modal asing (capital inflows) melebihi defisit akun lancar seperti terjadi pada 2014, 2016, dan 2017. Karena arus modal masuk lebih banyak berupa “uang panas” alias investasi portofolio,” kata Faisal, Senin, 3 September 2018.
Faisal menambahkan, pergerakan rupiah juga sangat rentan terhadap tekanan eksternal. Sedikit saja terjadi gejolak keuangan global, rupiah akan tertekan. Sedikit saja terjadi gejolak keuangan global, rupiah langsung lunglai, yang kerap dijadikan kambing hitam oleh para pembuat kebijakan ekonomi.
Faisal mencontohkan, ketika cadangan devisa melorot sebanyak US$ 13,7 miliar dalam 6 bulan terakhir--yang antara lain digunakan untuk menahan kemerosotan rupiah--dan suku bunga acuan Bank Indonesia (BI 7-day repo rate) sudah dinaikkan empat kali sebesar 125 basis poin dalam rentang waktu 3 bulan, rupiah terus melemah sehingga pemerintah meluncurkan serangkaian kebijakan.
Baca: Rupiah Bisa Menyentuh Rp 14.900 per Dolar AS Hari Ini
Sementara itu, Head of Trading Wilayah Asia Pacific di Oanda, Stephen Innes mengatakan, defisit neraca perdagangan Indonesia dan ketergantungan terhadap impor minyak juga turun menjadi penekan rupiah.
BISNIS