DPR Protes Hunian Sementara Tak Dibikin untuk Korban Gempa Lombok

Senin, 10 September 2018 15:21 WIB

TEMPO.CO, Jakarta - Sejumlah anggota DPR protes dan mempertanyakan alasan pemerintah tidak membangun hunian sementara alias huntara bagi korban gempa Lombok, Nusa Tenggara Barat. Mereka menilai para korban saat ini sangat membutuhkan tempat berlindung yang layak di tengah proses perbaikan rumah yang berjalan lambat.

Baca juga: BNPB Kebutuhan Dana Rehabilitasi Gempa Lombok Capai Rp 86 T

"Saya sudah ke sana dan memang panas sekali, langsung matahari di atasnya. Jadi bayangkan kalau tidak ada huntara," kata Wakil Ketua Komisi Kesehatan DPR yang juga berasal dari dapil NTB, Ermalena dalam Rapat Konsultasi DPR soal penanganan bencana gempa NTB di Gedung Nusantara II DPR, Senayan, Jakarta, Senin, 10 September 2018.

Rapat ini dipimpin Fahri Hamzah dan Wakil Ketua DPR Fadli Zon. Sementara menteri yang hadir yaitu Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Darmin Nasution, Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Basuki Hadimuljono, Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana atau BNPB Willem Rampangilei, serta menteri bidang ekonomi dan sosial lainnya.

Pada gempa Lombok yang terjadi sepanjang Agustus 2018, sebanyak 167 ribu rumah mengalami kerusakan sehingga memaksa 445.343 ribu orang lebih mengungsi. Namun, Presiden Joko Widodo memerintah agar pembangunan rumah jadi tahan gempa yang dipercepat, bukan huntara yang menyerupai barak karena berpotensi menjadi daerah kumuh nantinya.

Ketua DPRD NTB Baiq Isvie Rupaeda mengatakan permasalahan justru ada proses verifikasi rumah rusak yang sangat lamban. Dari 167 ribu rumah rusak, baru sekitar 32 ribu yang rampung diverifikasi. Toh, kalaupun pemerintah tidak ingin membangun hunian sementara, setidaknya proses verifikasi ini harus diselesaikan segera sehingga pembangunan rumah jadi pun bisa dipercepat.

Menanggapi protes ini, Darmin mengatakan pemerintah memang tidak ingin proses rekonstruksi di NTB berjalan sendiri-sendiri. Menurut dia, pemerintah terus mempercepat proses pembangunan rumah jadi yang lengkap dengan segala fasilitasnya. "Namanya huntara tentu terbatas, tapi kalau rumah sendiri walaupun jelek tetap nyaman," ujarnya.

Sementara Willem mengatakan sebagai gantinya, pemerintah akan membangun tenda keluarga bagi korban gempa Lombok ketimbang huntara yang harus memerlukan lahan khusus. Ini merupakan hasil dialog bersama Bupati dan warga sekitar. Tenda keluarga ini akan dibangun di depan rumah masing-masing. Sehingga, warga juga bisa sekalian bekerja membangun kembali hunian mereka.

Berita terkait

BMTH Harus Beri Manfaat Besar Bagi Masyarakat Bali

20 jam lalu

BMTH Harus Beri Manfaat Besar Bagi Masyarakat Bali

Proyek Bali Maritime Tourism Hub (BMTH) yang sedang dibangun di Pelabuhan Benoa, Bali, harus memberi manfaat yang besar bagi masyarakat Bali.

Baca Selengkapnya

MK Gelar Sidang Perdana Sengketa Pileg pada Senin 29 April 2024, Ini Tahapannya

1 hari lalu

MK Gelar Sidang Perdana Sengketa Pileg pada Senin 29 April 2024, Ini Tahapannya

Bawaslu minta jajarannya menyiapkan alat bukti dan kematangan mental menghadapi sidang sengketa Pileg di MK.

Baca Selengkapnya

Prabowo dan Gibran Ikrar Sumpah Jabatan Presiden dan Wakil Presiden Oktober 2024, Pahami Isinya

1 hari lalu

Prabowo dan Gibran Ikrar Sumpah Jabatan Presiden dan Wakil Presiden Oktober 2024, Pahami Isinya

Pasca-putusan MK, pasangan Prabowo-Gibrang resmi ditetapkan KPU sebagai pemenang pemilu. Sumpah jabatan mereka akan diikrarkan pada Oktober 2024.

Baca Selengkapnya

Terkini: Anggota DPR Tolak Penerapan Iuran Pariwisata di Tiket Pesawat, TKN Prabowo-Gibran Sebut Susunan Menteri Tunggu Jokowi dan Partai

1 hari lalu

Terkini: Anggota DPR Tolak Penerapan Iuran Pariwisata di Tiket Pesawat, TKN Prabowo-Gibran Sebut Susunan Menteri Tunggu Jokowi dan Partai

Anggota Komisi V Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) Sigit Sosiantomo mengatakan penetapan tarif tiket pesawat harus memperhatikan daya beli masyarakat.

Baca Selengkapnya

Wacana Iuran Pariwisata di Tiket Pesawat Berpotensi Langgar UU Penerbangan

1 hari lalu

Wacana Iuran Pariwisata di Tiket Pesawat Berpotensi Langgar UU Penerbangan

Penarikan iuran yang akan dimasukkan dalam komponen perhitungan harga tiket pesawat itu dinilainya berpotensi melanggar Undang-Undang (UU).

Baca Selengkapnya

Fathan Subchi Dorong Pemerintah Sisir Belanja Tidak Prioritas

1 hari lalu

Fathan Subchi Dorong Pemerintah Sisir Belanja Tidak Prioritas

Wakil Ketua Komisi XI DPR RI, Fathan Subchi meminta pemerintah untuk mencari langkah antisipatif untuk menyelamatkan perekonomian Indonesia, salah satunya adalah dengan cara menyisir belanja tidak prioritas.

Baca Selengkapnya

Anggota DPR Tolak Penerapan Iuran Pariwisata di Tiket Pesawat: Tidak Semua Penumpang Wisatawan

2 hari lalu

Anggota DPR Tolak Penerapan Iuran Pariwisata di Tiket Pesawat: Tidak Semua Penumpang Wisatawan

Anggota Komisi V DPR RI Sigit Sosiantomo menolak rencana iuran pariwisata di tiket pesawat.

Baca Selengkapnya

DPR Arizona Loloskan Pencabutan Undang-undang Larangan Aborsi

2 hari lalu

DPR Arizona Loloskan Pencabutan Undang-undang Larangan Aborsi

DPR Arizona lewat pemungutan suara memutuskan mencabut undang-undang larangan aborsi 1864, yang dianggap benar-benar total melarang aborsi.

Baca Selengkapnya

MK Tekankan Perlunya Penyempurnaan UU Pemilu, Ini Reaksi DPR

2 hari lalu

MK Tekankan Perlunya Penyempurnaan UU Pemilu, Ini Reaksi DPR

MK menyatakan terdapat beberapa kelemahan dalam UU Pemilu, Peraturan KPU, dan Peraturan Bawaslu.

Baca Selengkapnya

Suplai Gas yang Merata Dukung Ketersediaan Pupuk Nasional

2 hari lalu

Suplai Gas yang Merata Dukung Ketersediaan Pupuk Nasional

Bambang Haryadi, mengungkapkan upaya Komisi VII dalam mengatasi tantangan produksi pupuk di Indonesia.

Baca Selengkapnya