Suasana pergerakan saham di layar Bursa Efek Indonesia, Jakarta, 9 Maret 2018. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) tergelincir ke zona merah pada akhir sesi pertama perdagangan Jumat ini. RTI mencatat, indeks acuan saham domestik turun 30,17 poin atau setara 0,47% ke level 6.412,86.TEMPO/Tony Hartawan
TEMPO.CO, Jakarta - Direktur Perdagangan dan Pengaturan Bursa Efek Indonesia (BEI) Laksono Widodo menilai bahwa fundamental pasar modal dalam negeri menunjukkan perbaikan seiring dengan laporan keuangan perusahaan publik atau emiten yang mengalami perbaikan.
"Kalau kami lihat, laporan keuangan perusahaan publik periode Juni semua menunjukkan perbaikan. Itu juga menunjukkan fundamental ekonomi Indonesia yang bagus," ujar Laksono di Jakarta, Selasa, 4 September 2018.
Ia menambahkan posisi indeks harga saham gabungan (IHSG) yang hampir menyentuh level 6.000 poin juga merupakan salah satu indikator positif bagi perekonomian nasional. Terpantau, pergerakan IHSG pada sesi pertama hari ini (4/9) berada di kisaran 5.927-5.978 poin.
"Itu bagus, itu buktinya. Yang membuat sentimen naik turun di pasar saham itu pergerakan rupiah terhadap dolar AS, tapi kan pelemahan mata uang juga terjadi dimana-mana. Kita serahkan kepada investor, kita tidak sedang dalam kondisi krisis," katanya.
Menurut dia, fluktuasi nilai tukar rupiah masih akan mudah berubah pergerakannya karena pengaruh eksternal. Di antaranya krisis ekonomi Turki dan Argentina serta perang dagang Amerika Serikat dengan beberapa negara.
"Sentimen-sentimen yang seperti itu berdampak ke negara berkembang," kata Direktur Perdagangan dan Pengaturan BEI ini.
IHSG Rontok di Tengah Pelemahan Rupiah, Sektor Transportasi Turun Paling Dalam
32 hari lalu
IHSG Rontok di Tengah Pelemahan Rupiah, Sektor Transportasi Turun Paling Dalam
Indeks Harga Saham Gabungan atau IHSG anjlok di tengah semakin lemahnya nilai tukar Rupiah ke dolar Amerika Serikat yang kini mendekati level Rp16 ribu. IHSG menutup sesi di level 7,161.5 atau turun 1.74 persen.