Sri Mulyani Jaga Harga Pangan Agar Inflasi Terkendali

Senin, 3 September 2018 16:46 WIB

Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati saat meninjau tempat pengungsian di Lombok, Nusa Tenggara Barat, Kamis, 23 Agustus 2018. Foto: Humas Kementerian Keuangan

TEMPO.CO, Jakarta - Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati menyatakan pemerintah akan menjaga tingkat inflasi nasional hingga akhir tahun. "Kami akan terus menjaga, seperti yang selama ini dikomunikasikan," ujar Sri Mulyani di Hotel Borobudur, Jakarta, Senin, 3 September 2018.

Baca: Gerindra Kritik Utang Pemerintah, Begini Jawaban Sri Mulyani

Pada bulan-bulan mendatang, beberapa hal yang diantisipasi bakal mendongkrak angka inflasi adalah naiknya harga pangan. Sri Mulyani juga mengantisipasi adanya imported inflation alias inflasi yang disebabkan oleh lesunya nilai tukar rupiah.

Selain itu, "Tentu saja ada seasonal sampai akhir tahun itu akan demand driven," kata Sri Mulyani. "Jadi kami akan lihat faktor ini untuk kami jaga menjadi jangkar stabilitas, bisa diperkuat."

Ihwal angka Indeks Harga Konsumen sampai Agustus 2018, menurut Sri Mulyani, masih cukup kondusif untuk menjaga stabilitas perekonomian nasional. "Saya rasa stabilitas dari angka harga-harga ini menjadi salah satu komponen yang penting," ujar dia.

Kata dia, di tengah gejolak pasar global, isu stabilitas menjadi hal yang penting diperhatikan guna membangkitkan kepercayaan para pelaku pasar. Oleh karena itu, pemerintah akan terus menjaga kestabilan harga dari sumber-sumber inflasi di bulan-bulan mendatang.

Advertising
Advertising

Badan Pusat Statistik atau BPS mencatat pada Agustus 2018 terjadi deflasi sebesar 0,05 persen. Kepala BPS Suhariyanto mengatakan angka deflasi ini menyebabkan tahun kalender atau year to date tercatat 2,13 persen, sementara inflasi dari tahun ke tahun atau year on year 3,20 persen.

"Tentu hasil ini menggembirakan karena berada di bawah target sebesar 3,5 persen," kata Suhariyanto saat mengelar rilis data di Kantor BPS, Sawah Besar, Jakarta Pusat.

Tingkat inflasi ini cenderung lebih baik jika dibandingkan dengan inflasi Juli 2018 yang mencapai 0,28 persen. Tetapi lebih tinggi dibandingkan deflasi yang terjadi pada Juli 2017 yang mencapai 0,07 persen. Sementara secara year on year inflasi ini lebih baik dibandingkan pada Agustus 2017 yang mencapai 3,82 persen.

"Deflasi terjadi karena adanya penurunan harga beberapa indeks kelompok pengeluaran yaitu bahan makanan sebesar 1,10 persen, kelompok sandang sebesar 0,07 persen dan transport, komunikasi dan jasa keuangan sebesar 0,15 persen," kata Suhariyanto.

Suhariyanto juga mengatakan pada Agustus 2018 sebanyak 52 kota mengalami delfasi sedangkan 30 kota mengalami inflasi. Adapun inflasi terbesar terjadi di Tarakan, Kalimantan Utara dengan inflasi mencapai 0,62 persen sedangkan deflasi tertinggi terjadi Bau-Bau, Sulawesi Tenggara mencapai 2,49 persen.

CAESAR AKBAR | DIAS PRASONGKO

Berita terkait

Sri Mulyani dan Presiden ADB Bahas Mekanisme Transisi Energi: Kita Mulai Bicara yang Konkret

4 jam lalu

Sri Mulyani dan Presiden ADB Bahas Mekanisme Transisi Energi: Kita Mulai Bicara yang Konkret

Sri Mulyani Indrawati dan Presiden ADB Masatsugu Asakawa membahas lebih lanjut program Mekanisme Transisi Energi (ETM) ADB untuk Indonesia.

Baca Selengkapnya

BI: Inflasi di Jawa Tengah Turun setelah Idul Fitri, Berapa?

22 jam lalu

BI: Inflasi di Jawa Tengah Turun setelah Idul Fitri, Berapa?

Daerah dengan catatan inflasi terendah di Jawa Tengah adalah Kabupaten Rembang yaitu 0,02 persen.

Baca Selengkapnya

Sri Mulyani Waspadai Dampak Kenaikan BI Rate terhadap APBN

1 hari lalu

Sri Mulyani Waspadai Dampak Kenaikan BI Rate terhadap APBN

Menkeu Sri Mulyani Indrawati mengungkapkan ada dampak kenaikan BI Rate ke level 6,25 persen terhadap APBN, terutama penerimaan pajak.

Baca Selengkapnya

LPEM UI Sebut Tiga Sumber Inflasi, Rupiah sampai Konflik Iran-Israel

1 hari lalu

LPEM UI Sebut Tiga Sumber Inflasi, Rupiah sampai Konflik Iran-Israel

Inflasi April 2024 sebesar 3 persen secara year on year.

Baca Selengkapnya

Sri Mulyani: Meski Kurs Rupiah Melemah, Masih Lebih Baik dibanding Baht dan Ringgit

1 hari lalu

Sri Mulyani: Meski Kurs Rupiah Melemah, Masih Lebih Baik dibanding Baht dan Ringgit

Menkeu Sri Mulyani mengatakan, nilai tukar rupiah pada triwulan I 2024 mengalami depresiasi 2,89 persen ytd sampai 28 Maret 2024.

Baca Selengkapnya

Kuartal I-2024, KSSK Sebut Stabilitas Sistem Keuangan RI Terjaga meski Ketidakpastian Meningkat

1 hari lalu

Kuartal I-2024, KSSK Sebut Stabilitas Sistem Keuangan RI Terjaga meski Ketidakpastian Meningkat

Menkeu Sri Mulyani mengatakan Stabilitas Sistem Keuangan Indonesia pada kuartal pertama tahun 2024 masih terjaga.

Baca Selengkapnya

Sri Mulyani Sebut Pertumbuhan Ekonomi Global Bakal Stagnan di 3,2 Persen, Bagaimana Dampaknya ke RI?

1 hari lalu

Sri Mulyani Sebut Pertumbuhan Ekonomi Global Bakal Stagnan di 3,2 Persen, Bagaimana Dampaknya ke RI?

Sri Mulyani menyebut perkiraan pertumbuhan ekonomi global pada tahun ini bakal relatif stagnan dengan berbagai risiko dan tantangan yang berkembang.

Baca Selengkapnya

Inflasi April Hanya 0,25 Persen, BI Ungkap Pemicunya

2 hari lalu

Inflasi April Hanya 0,25 Persen, BI Ungkap Pemicunya

BI menyebut inflasi IHK pada April 2024 tetap terjaga dalam kisaran sasaran 2,51 persen, yakni 0,25 persen mtm.

Baca Selengkapnya

Rupiah Menguat di Angka Rp 16.088

2 hari lalu

Rupiah Menguat di Angka Rp 16.088

Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) menguat di angka Rp 16.088 pada perdagangan akhir pekan ini.

Baca Selengkapnya

Sektor Manufaktur Masih Ekspansif dan Inflasi Terkendali

2 hari lalu

Sektor Manufaktur Masih Ekspansif dan Inflasi Terkendali

Sektor manufaktur tunjukan tren kinerja ekspansif seiring Ramadhan dan Idul Fitri 2024. Sementara itu, inflasi masih terkendali.

Baca Selengkapnya