Tiket Online Kapal Penyeberangan Akan Diterapkan Tahun Depan
Reporter
Yohanes Paskalis
Editor
Ali Akhmad Noor Hidayat
Selasa, 28 Agustus 2018 06:50 WIB
TEMPO.CO, Jakarta - PT ASDP Indonesia Ferry (persero) menargetkan penerapan sistem tiket elektronik (e-ticket) pada seluruh perlintasan yang dikelola perseroan sebelum masa angkutan Lebaran tahun depan. Sistem tiket online diproyeksi bisa mengurai antrean calon penumpang dan kendaraan di pelabuhan, serta meningkatkan aspek keselamatan.
Simak: Agen Hentikan Jual Tiket Kapal PT Pelni
General Manager PT ASDP cabang Ketapang-Gilimanuk, Solikhin, mengatakan penerapan e-ticket dilakukan secara bertahap, sejak 15 Agustus lalu. "Di fase pertama kami bergerak dari sistem bayar non-tunai dulu, sehingga transaksi di pelabuhan lebih cepat," katanya kepada Tempo, Senin 27 Agustus 2018.
Pembayaran non-tunai, kata dia, baru berlaku di empat pelabuhan ASDP, yakni Merak (Banten), Bakauheni (Lampung), Ketapang (Kalimantan Barat), dan Gilimanuk (Bali). Metode itu diterapkan untuk pejalan kaki, pengendara kendaraan roda dua, dan kendaraan roda 4 kecil atau golongan IV.
Perseroan pun menargetkan keseragaman sistem di seluruh perlintasan paling lambat pada masa Lebaran 2019. Saat ini, PT ASDP tercatat mengelola 35 pelabuhan dengan total 234 perlintasan. "Sambil berproses, penjualan tiket akan disesuaikan dengan informasi lalu lintas pelabuhan dan kapasitas kapal angkut," ucap Solikhin.
Layanan pertiketan kapal penyeberangan sempat dikritik sejumlah lembaga pada Juli lalu. Ombudsman Republik Indonesia yang memeriksa sejumlah lokasi, termasuk pelabuhan rute Bastiong-Sofifi di Maluku Utara, mencatat adanya antrean panjang yang menyulitkan calon pembeli. Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia (YLKI) pun sempat menerima aduan penumpang rute Merak-Bakauheni terkait gangguan sistem penjualan tiket.
Antrean panjang saat peak season, kata Solikhin, akan diatasi dengan informasi jadwal bag calon pembeli tiket online. "Jadi kendaraan masuk sesuai waktu keberangkatan kapal, tidak beli dan bayar di lokasi. Setiap jam pun kami akan tahu berapa tiket terjual dan berapa penumpang diberangkatkan."
<!--more-->
Direktur Komersial PT ASDP, Yusuf Hadi, mengatakan informasi mengenai kapasitas kapal harus disampaikan dini untuk mencegah kelebihan muatan. Kendaraan golongan VI, ujarnya, sering membawa muatan tambahan karena tak mengetahui kapasitas feri yang akan ditumpangi. "Semisal kami sediakan kuota 20 (truk), ternyata ada yang bawa gandengan lagi. Kadang memaksa diangkut karena sudah terlanjur tiba di pelabuhan, kan susah," tuturnya kepada Tempo.
Menurut Yusuf, penerapan e-ticket dilakukan sambil mengamati respon pengguna kapal penyeberangan. "Perlu sosialisasi terus. Ada masrayakat yang belum minat memanfaatkan, masih mencari tiket di lokasi keberangkatan."
Sistem uang elektronik di fase awal e-ticketing diterapkan ASDP bersama sejumlah bank pemerintah, termasuk PT Bank Mandiri (Persero). Pejabat Eksekutif Hubungan Kelembagaan Bank Mandiri, Alexandra Askandar, menilai pengguna kapal akan merasa lebih aman karena tak perlu membawa tunai saat menyeberang. "Mandiri bakal menyiapkan e-money. Ini menguatkan Gerakan Nasional Non Tunai di wilayah kerja ASDP," ucapnya melalui keterangan tertulis.
Direktur Jenderal Perhubungan Darat Kementerian Perhubungan, Budi Setiyadi, tak menutup kemungkinan tiket elektronik dikembangkan untuk pelabuhan perintis. "Semua kita dorong ke e-ticketing agar manifes bisa otomatis," ucapnya saat dihubungi, kemarin.
Penerapan non-tunai pun dianggap semalam dengan Surat Keputusan (SK) Dirjen Hubdar Nomor 1272/AP.005/DRJD/2018 tentang Penyelenggaraan Tiket Angkutan Penyeberangan Secara Elektronik. Sistem Perizinan Online dan Multimoda (SPIONAM) di ranah penyeberangan itu baru diluncurkan Maret lalu. "Sudah sesuai jaman. Tak hanya pelabuhan, terminal pun akan menerapkan sistem ini."
YOHANES PASKALIS PAE DALE | DIAS PRASONGKO