Siapkan Strategi Pembiayaan Utang 2019, Kemenkeu Amati Pasar Uang

Senin, 20 Agustus 2018 18:29 WIB

Porsi Utang Pemerintah Pusat Masih Aman

TEMPO.CO, Jakarta - Pemerintah masih menyusun strategi yang tepat mengenai kebijakan pembiayaan utang pada 2019 mendatang. Direktur Jenderal Pengelolaan Pembiayaan Risiko Kementerian Keuangan Luky Alfirman mengatakan saat ini pemerintah masih terus memantau perkembangan pasar uang yang tengah bergejolak sebelum menetapkan strategi pembiayaan utang.

Baca: Sri Mulyani Vs Zulkifli Hasan, Ini Fakta Soal Utang Pemerintah

"Kalau strategi 2019 akan kami sampaikan bulan Desember. Semuanya nanti, berapa growth issues-nya, komposisi dari rupiah non rupiah, baik lewat penerbitan sukuk maupun surat utang konvensional itu nanti kita lihat," kata Luky ketika ditemui di Gedung Bursa Efek Indonesia, Sudirman, Jakarta Selatan, Senin 20 Agustus 2018.

Dikutip dari Dokumen Nota Keuangan, pemerintah memproyeksikan rasio utang terhadap produk domestik bruto (PDB) berada di kisaran 29,5 - 31 persen pada 2019-2022. Proyeksi kenaikan ini akibat lemahnya nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat.

Baca: Sasar Milenial, Surat Utang SBR004 Bisa Dibeli Mulai Rp 1 Juta

Salah satu cara untuk membiayai utang tersebut, pemerintah akan memprioritaskan penerbitan SBN domestik pada kisaran 70–75 persen dari total penerbitan SBN. Berdasarkan nota keuangan RAPBN 2019, pembiayaan utang dengan menerbitkan Surat Berharga Negara (SBN) berada pada angka Rp 386,2 triliun.

Selain itu, juga menerbitkan SBM pada tenor jangka menengah hingga jangka panjang dan melakukan penerbitan SBN valas sebagai pelengkap dalam denominasi hard currency untuk membantu memenuhi kebutuhan cadangan devisa negara.

Luky menuturkan pemerintah masih memperhatikan kondisi pasar uang termasuk volatilitas nilai tukar rupiah, dalam rangka menimbang kemungkinan penerbitan SBN dalam bentuk valuta asing. Artinya, penerbitan SBN dalam bentuk valas diprediksi akan dikurangi.

Nantinya, kata Luky, arah kebijakan ini akan menyesuaikan dengan defisit APBN 2019 yang juga berkurang. "Kan kita defisitnya sudah berkurang, tahun 2018 sebesar 2,19 persen dari outlook 2,12 persen. Tahun depan kita defisitnya 1,84 persen, maka salah satu konsekuensinya kenaikan utang pun akan berkurang," tutur dia.

Luky mengungkapkan pemerintah juga menyiapkan strategi front loading yang bakal diterapkan pada 2019. Karena itu, pemerintah masih terus mengawasi kondisi pasar pada sepanjang semester ke II 2018 yang diprediksi masih akan terus volatile. Dengan cara itu, ketidakpastian nilai tukar dan perekonomian global bisa diantisipasi.

"Sepanjang market masih volatile, sepanjang kita menghadapi uncertainty, strategi terbaik kita melakukan front loading. Pada 2019 sangat mungkin berlanjut kita mungkin masih lakukan front loading tadi," ujar Luky.

Simak berita menarik lainnya terkait utang hanya di Tempo.co.

Berita terkait

Kemendag Berencana Selesaikan Utang Selisih Harga Minyak Goreng Bulan Depan

7 hari lalu

Kemendag Berencana Selesaikan Utang Selisih Harga Minyak Goreng Bulan Depan

Isy Karim mengatakan Kemendag akan memperjuangkan utang selisih harga minyak goreng yang tersendat sejak awal 2022.

Baca Selengkapnya

Program Makan Siang Gratis Prabowo Masuk RAPBN 2025, Ekonom Ini Ingatkan Anggaran Bakal Sangat Tertekan

8 hari lalu

Program Makan Siang Gratis Prabowo Masuk RAPBN 2025, Ekonom Ini Ingatkan Anggaran Bakal Sangat Tertekan

Direktur Ideas menanggapi rencana Presiden Jokowi membahas program yang diusung Prabowo-Gibran dalam RAPBN 2025.

Baca Selengkapnya

Kinerja Keuangan Dinilai Baik, Bank DBS Raih 2 Peringkat dari Fitch Ratings Indonesia

8 hari lalu

Kinerja Keuangan Dinilai Baik, Bank DBS Raih 2 Peringkat dari Fitch Ratings Indonesia

Bank DBS Indonesia meraih peringkat AAA National Long-Term Rating dan National Short-Term Rating of F1+ dari Fitch Ratings Indonesia atas kinerja keuangan yang baik.

Baca Selengkapnya

Dagang Sapi Kabinet Prabowo

8 hari lalu

Dagang Sapi Kabinet Prabowo

Partai politik pendukung Prabowo-Gibran dalam pemilihan presiden mendapat jatah menteri berbeda-beda di kabinet Prabowo mendatang.

Baca Selengkapnya

Penjelasan Kemenkeu soal Prediksi Kenaikan Rasio Utang jadi 40 Persen pada 2025

9 hari lalu

Penjelasan Kemenkeu soal Prediksi Kenaikan Rasio Utang jadi 40 Persen pada 2025

Kemenkeu merespons soal kenaikan rasio utang pemerintah terhadap produk domestik bruto (PDB) pada 2025.

Baca Selengkapnya

Terkini: OJK Beri Tips Kelola Keuangan untuk Emak-emak, Bulog Siap Jadi Pembeli Gabah Teknologi Cina di Kalimantan Tengah

10 hari lalu

Terkini: OJK Beri Tips Kelola Keuangan untuk Emak-emak, Bulog Siap Jadi Pembeli Gabah Teknologi Cina di Kalimantan Tengah

Kepala Eksekutif OJK Friderica Widyasari Dewi memberikan sejumlah tips yang dapat diterapkan oleh ibu-ibu dalam menyikapi isi pelemahan rupiah.

Baca Selengkapnya

PT PundiKas Indonesia Bantah Telah Menjebak dan Meneror Nasabah karena Pinjol

10 hari lalu

PT PundiKas Indonesia Bantah Telah Menjebak dan Meneror Nasabah karena Pinjol

PT PundiKas Indonesia, layanan pinjaman dana online atau pinjol, membantah institusinya telah menjebak nasabah dengan mentransfer tanpa persetujuan.

Baca Selengkapnya

Seorang Istri jadi Korban KDRT Suaminya Karena Tak Berikan Data KTP Untuk Pinjol

11 hari lalu

Seorang Istri jadi Korban KDRT Suaminya Karena Tak Berikan Data KTP Untuk Pinjol

Seorang menjadi korban KDRT karena tidak memberikan data KTP untuk pinjaman online.

Baca Selengkapnya

Utang Luar Negeri RI Tercatat Rp USD 407,3 Miliar, Banyak Pembiayaan Proyek Pemerintah

14 hari lalu

Utang Luar Negeri RI Tercatat Rp USD 407,3 Miliar, Banyak Pembiayaan Proyek Pemerintah

BI mencatat jumlah utang luar negeri Indonesia jumlahnya naik 1,4 persen secara tahunan.

Baca Selengkapnya

Tersinggung Tak Diberi Utang, Pemuda di Kembangan Bakar Warung Rokok

26 hari lalu

Tersinggung Tak Diberi Utang, Pemuda di Kembangan Bakar Warung Rokok

Tersinggung tak boleh utang rokok, pelaku membakar warung dengan melempar botol bensin dan tisu yang telah dibakar.

Baca Selengkapnya