Gubernur BI Perry Warjiyo memberikan keterangan saat Rapat Dewan Gubernur Bank Indonesia di Jakarta, Rabu, 15 Agustus 2018. Keputusan ini konsisten dengan upaya mempertahankan daya tarik pasar keuangan domestik dan mengendalikan defisit transaksi berjalan dalam batas yang aman. TEMPO/Tony Hartawan
TEMPO.CO, Jakarta - Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo mengatakan cadangan devisa Indonesia masih berada dalam kondisi yang aman. Menurut Perry, selain mampu untuk pembiayaan impor dan pembayaran Utang Luar Negeri (ULN), juga cukup untuk memitigasi kemungkinan keluarnya dana asing dari dalam negeri.
"Cadev yang dimiliki BI masih lebih dari cukup. Dalam arti bukan hanya biaya impor dan utang, tapi juga mitigasi kemungkinan capital reversal," ujar dia di Bank Indonesia, Rabu, 15 Agustus 2018.
Sebelumnya, Bank Indonesia mencatat pada Juli 2018 cadangan devisa mencapai US$ 118,3 miliar. Angka tersebut turun US$ 1,5 miliar dari cadangan devisa pada bulan sebelumnya sebesar US$ 119,8 miliar. Bahkan cadangan devisa pada awal tahun sudah turun sebesar US$ 13,68 miliar.
Posisi cadangan devisa tersebut setara dengan pembiayaan 6,7 hingga 6,9 bulan impor dan pembayaran utang luar negeri pemerintah. Posisi itu masih berada di atas standar kecukupan internasional sekitar 3 bulan impor.
BI juga telah melakukan kerjasama bilateral swap arrangement (BSA) atau pertukaran mata uang lokal dengan beberapa negara. Ia mencontohkan seperti dengan Bank Sentral Jepang sebesar US$ 22,76 miliar dan Bank Sentral Australia senilai US$ 10 miliar.
"Bilateral swap yang ada ini sebagai instrumen bantalan-bantalan atau buffer," kata Gubernur BI tersebut.