Bank Indonesia Diminta Percepat Naikkan Suku Bunga Acuan Lagi

Selasa, 14 Agustus 2018 17:40 WIB

Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo bersiap memberikan keterangan pers hasil Rapat Dewan Gubernur tambahan di kantor pusat BI, Jakarta, 30 Mei 2018. Bank Indonesia memutuskan kembali menaikkan suku bunga acuan BI 7-days repo rate 25 basis poin menjadi 4,75 persen untuk mengantisipasi risiko eksternal terutama kenaikan suku bunga acuan kedua The Fed pada 13 Juni mendatang. TEMPO/Tony Hartawan

TEMPO.CO, Jakarta - Lembaga Penyelidikan Ekonomi & Masyarakat (LPEM) Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia menyarankan Bank Indonesia untuk mempercepat kenaikan suku bunga acuannya pada rapat kebijakan Rabu, 15 Agustus 2018. "Sehingga bisa menahan penurunan cadangan devisa lebih lanjut," ujar Febrio Kacaribu, Kepala Penelitian Kajian Makroekonomi dan Kebijakan Pasar Keuangan LPEM FEB UI dalam keterangan tertulis yang diterima Tempo, Selasa, 14 Agustus 2018.

BACA: BI: Kenaikan Defisit Neraca Transaksi Berjalan Naik 3 Persen PDB

Menurut Febrio, saat ini kondisi perekonomian global sedang kurang kondusif, khususnya pasca-krisis Turki beberapa waktu lalu. Negara-negara berkembang ikut merasakan imbas dari krisis itu, tak terkecuali Indonesia. Akibat krisis itu, rupiah terpukul.

Berdasarkan Jakarta Interbank Spot Dollar rate alias JISDOR Bank Indonesia, nilai tukar rupiah pada 14 Agustus 2018 anjlok ke level Rp 14.625 per dolar AS.Rupiah jeblok sejak kemarin, Senin, 13 Agustus 2018. Kemarin. kurs rupiah menginjak Rp 14.583 per dolar AS atau turun 146 poin ketimbang saat ditutup pada Jumat lalu, 10 Agustus 2018. Saat itu, nilai tukar menginjak level Rp 14.437 per dolar AS.

Belakangan, Lira Turki sempat meloyo secara signifikan dalam dua pekan, dari 4,99 per dolar AS menjadi 6,90 per dolar AS. Febrio berujar pelemahan nilai tukar mata uang negeri kebab itu disebabkan antara lain oleh kondisi ekonomi yang relatif rapuh serta defisit transaksi berjalan yang tinggi.

Advertising
Advertising

Di samping itu, kondisi perpolitikan di Turki juga membuat kepercayaan investor melemah. "Belum lagi sanksi Amerika Serikat mendorong aksi jual besar-besaran di Turki," ujar Febrio. "Aksi jual ini menyebarkan sentimen negatif ke negara-negara berkembang lainnya, terutama yang memiliki profil ekonomi yang sama dengan Turki."

Febrio menyebut Apabila beberapa negara berkembang lainnya turut memburuk setelah krisis Turki, pelemahan tersebut dapat menimbulkan tekanan lebih lanjut ke seluruh negara berkembang seperti di tahun 1997. Selain menyarankan untuk menaikkan suku bunga acuannya, ia berujar BI perlu lebih waspada terhadap potensi aksi jual lebih lanjut terhadap rupiah.

BACA: Neraca Perdagangan Terus Menerus Defisit, Ekonom Usulkan Ini

Berbeda dengan LPEM UI, Direktur Keuangan dan Treasuri BTN Iman Nugroho Soeko berpendapat bank sentral tidak perlu menaikkan suku bunga acuan dalam waktu dekat. Sebab, amunisi "pengetatan moneter" sebaiknya disimpan untuk menghadapi dua kali kenaikan suku bunga Federal Reserve di sisa tahun.

"Tekanan rupiah saat ini hanya karena kepanikan asing yang keluar dari 'emerging market' karena situasi kejatuhan mata uang Lira Turki," ujar Iman. Dia mengatakan tekanan global dari krisis Turki yang telah melemahkan nilai rupiah, belum begitu relevan menjadi alasan Bank Sentral untuk menaikkan suku bunga "7-Day Reverse Repo Rate".

Posisi suku bunga acuan Bank Indonesia saat ini sebesar 5,25 persen yang telah naik 100 basis poin sejak awal tahun, kata Iman, masih cukup memadai. Lebih baik, BI melihat dahulu efek rambatan dari kenaikan suku bunga acuan yang telah dilakukan.

CAESAR AKBAR | ANTARA

Berita terkait

BI Optimistis Pertumbuhan Ekonomi Naik 4,7-5,5 Persen Tahun Ini

8 jam lalu

BI Optimistis Pertumbuhan Ekonomi Naik 4,7-5,5 Persen Tahun Ini

BI sedang mempersiapkan instrumen insentif agar mendorong pertumbuhan ekonomi.

Baca Selengkapnya

BI Catat Rp 2,47 T Modal Asing Tinggalkan RI Pekan Ini

1 hari lalu

BI Catat Rp 2,47 T Modal Asing Tinggalkan RI Pekan Ini

BI mencatat aliran modal asing yang keluar pada pekan keempat April 2024 sebesar Rp 2,47 triliun.

Baca Selengkapnya

Sri Mulyani Beberkan Efek Konflik Timur Tengah ke Indonesia, Mulai dari Lonjakan Harga Minyak hingga Inflasi

2 hari lalu

Sri Mulyani Beberkan Efek Konflik Timur Tengah ke Indonesia, Mulai dari Lonjakan Harga Minyak hingga Inflasi

Menteri Keuangan Sri Mulyani mengatakan tensi geopolitik di Timur Tengah cenderung meningkat dan menjadi fokus perhatian para pemimpin dunia. Ia menegaskan kondisi ini mempengaruhi beberapa dampak ekonomi secara signifikan.

Baca Selengkapnya

Ekonom Ideas Ingatkan 3 Tantangan RAPBN 2025

2 hari lalu

Ekonom Ideas Ingatkan 3 Tantangan RAPBN 2025

Direktur Institute for Demographic and Poverty Studies (Ideas) Yusuf Wibisono menyebut RAPBN 2025 akan sejumlah tantangan berat.

Baca Selengkapnya

Setelah Kemarin Melemah, Kurs Rupiah Hari Ini Diprediksi Menguat

2 hari lalu

Setelah Kemarin Melemah, Kurs Rupiah Hari Ini Diprediksi Menguat

Analis Ibrahim Assuaibi, memperkirakan rupiah hari ini fluktuatif dan akan ditutup menguat pada rentang Rp 16.150 sampai Rp 16.220 per dolar AS.

Baca Selengkapnya

Zulhas Tak Khawatir Rupiah Melemah, BI Mampu Hadapi

3 hari lalu

Zulhas Tak Khawatir Rupiah Melemah, BI Mampu Hadapi

Zulhas percaya BI sebagai otoritas yang memiliki kewenangan akan mengatur kebijakan nilai tukar rupiah dengan baik di tengah gejolak geopolitik.

Baca Selengkapnya

Sehari Usai BI Rate Naik, Dolar AS Menguat dan Rupiah Lesu ke Level Rp 16.187

3 hari lalu

Sehari Usai BI Rate Naik, Dolar AS Menguat dan Rupiah Lesu ke Level Rp 16.187

Nilai tukar rupiah ditutup melemah 32 poin ke level Rp 16.187 per dolar AS dalam perdagangan hari ini.

Baca Selengkapnya

Pengamat Sebut Kenaikan BI Rate hanya Jangka Pendek, Faktor Eksternal Lebih Dominan

3 hari lalu

Pengamat Sebut Kenaikan BI Rate hanya Jangka Pendek, Faktor Eksternal Lebih Dominan

BI menaikkan BI Rate menjadi 6,25 persen berdasarkan hasil rapat dewan Gubernur BI yang diumumkan pada Rabu, 24 April 2024.

Baca Selengkapnya

IHSG Ditutup Melemah Ikuti Mayoritas Bursa Kawasan Asia

3 hari lalu

IHSG Ditutup Melemah Ikuti Mayoritas Bursa Kawasan Asia

IHSG Bursa Efek Indonesia (BEI) pada Kamis sore, ditutup turun mengikuti pelemahan mayoritas bursa saham kawasan Asia.

Baca Selengkapnya

Uang Beredar di Indonesia Mencapai Rp 8.888,4 Triliun per Maret 2024

3 hari lalu

Uang Beredar di Indonesia Mencapai Rp 8.888,4 Triliun per Maret 2024

BI mengungkapkan uang beredar dalam arti luas pada Maret 2024 tumbuh 7,2 persen yoy hingga mencapai Rp 8.888,4 triliun.

Baca Selengkapnya