Agar Rupiah Kembali Perkasa, Perbankan Sarankan ke Pemerintah

Selasa, 31 Juli 2018 07:30 WIB

Direktur Utama PT Bank Mandiri (Persero) Tbk Kartika Wirjoatmodjo saat berbuka bersama dengan anak yatim/piatu di Masjid An-Nur, Plaza Mandiri, Jakarta, 11 Juni 2017. Tempo/Maya Ayu

TEMPO.CO, JAKARTA - Pemerintah mengimbau eksportir agar menyimpan devisa hasil eskpor (DHE) di dalam negeri untuk memperbaiki defisit transaksi berjalan. Cara ini juga merupakan salah satu upaya untuk menjaga kondisi nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat.

BACA:Rupiah Melemah, BI: Bukan Karena Masalah Domestik

Sebelumnya Menteri Koordinator (Menko) Bidang Perekonomian Darmin Nasution mengungkapkan baru 85% DHE yang disimpan oleh para eksportir pada bank di Indonesia dari total DHE secara keseluruhan.

Direktur Utama PT Bank Mandiri (Persero) Tbk. Kartika Wirjoatmodjo mengatakan untuk menarik lebih banyak DHE, Indonesia harus mempertimbangkan besaran yield atau imbal hasil yang bisa ditawarkan kepada para pengusaha.

"Semua pengusaha kan membandingkan [yield Indonesia] dengan yield mereka di luar negeri. Kita coba upayakan semaksimal mungkin untuk mengakomodir di dalam negeri," katanya di Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman, Senin 30 Juli 2018.

Advertising
Advertising

Tiko, sapaan akrabnya, menuturkan ada dua langkah yang dapat dilakukan untuk meningkatkan kompetisi yield dan menarik minat investor untuk menyimpan uangnya di dalam negeri.

Langkah pertama yakni dengan meningkatkan suku bunga deposito valuta asing (valas) yang masih cukup tertinggal. Saat ini suku bunga deposito valas di Indonesia sudah mengalami penyesuaian menjadi sebesar 2,5% - 3%.

Kedua adalah memberikan kepastian kondisi nilai tukar selama beberapa tahun ke depan. Menurutnya dengan volatilitas nilai tukar, sejumlah investor mulai menahan diri untuk menjual dolar AS.

"Harus ada kepastian jual. Terkait instrumen apakah nanti akan ada fasilitas forward, sehingga memberikan kepastian kepada eksportir bahwa mereka bisa dapat nilai tambah lebih jika berinvestasi di Indonesia.

Pemerintah juga harus memikirkan aturan yang fleksibel dan tidak kaku seperti yang diterapan oleh pemerintahan Thailand yang mewajibkan dana hasil ekspor ditahan di dalam negeri selama beberapa bulan sebelum dilepas kembali.

Menurutnya regulasi tersebut akan menuai pro dan kontra serta akan memberikan stigma controlling di antara pengusaha.

"Kalau diatur nanti dibilang capital control, bisa jadi masalah. Nanti harus ada instrumen untuk menjamin kenyamanan dan supaya mereka yakin untuk menyimpan dana valasnya di Indonesia," ungkapnya.

Tiko menyampaikan sampai dengan pertengahan Juli 2018, Bank Mandiri melayani jual dan beli valas hingga mencapai Rp180 juta per hari. Untuk meningkatkan kompetisi yield, bank pelat merah tersebut telah menyesuaikan suku bunga deposito menjadi 2,5% - 2,75% untuk rate on on one.

"(Bank BUMN) punya potensi penyerapan DHE cukup besar, bisa Rp500 juta per bulan. Masalahnya eksportir selalu membandingkan dengan yield foreign," kata Tiko.

Simak terus berita tentang rupiah lainnya di Tempo.co.

Berita terkait

Kenaikan BI Rate Berpotensi Tekan Penyaluran Kredit

44 menit lalu

Kenaikan BI Rate Berpotensi Tekan Penyaluran Kredit

Kenaikan suku bunga acuan Bank Indonesia (BI Rate) menjadi 6,25 persen bisa berdampak pada penyaluran kredit.

Baca Selengkapnya

Ekonom BCA Ungkap Peluang Penguatan Rupiah di Bawah Rp 16.000 per Dolar AS

17 jam lalu

Ekonom BCA Ungkap Peluang Penguatan Rupiah di Bawah Rp 16.000 per Dolar AS

Ketegangan di Timur Tengah yang perlahan mereda menjadi salah satu faktor peluang menguatnya rupiah.

Baca Selengkapnya

Masih Loyo, Nilai Tukar Rupiah Melemah ke Level Rp 16.210 per Dolar AS

2 hari lalu

Masih Loyo, Nilai Tukar Rupiah Melemah ke Level Rp 16.210 per Dolar AS

Pada perdagangan Kamis, kurs rupiah ditutup melemah pada level Rp 16.187 per dolar AS.

Baca Selengkapnya

Setelah Kemarin Melemah, Kurs Rupiah Hari Ini Diprediksi Menguat

3 hari lalu

Setelah Kemarin Melemah, Kurs Rupiah Hari Ini Diprediksi Menguat

Analis Ibrahim Assuaibi, memperkirakan rupiah hari ini fluktuatif dan akan ditutup menguat pada rentang Rp 16.150 sampai Rp 16.220 per dolar AS.

Baca Selengkapnya

Zulhas Tak Khawatir Rupiah Melemah, BI Mampu Hadapi

3 hari lalu

Zulhas Tak Khawatir Rupiah Melemah, BI Mampu Hadapi

Zulhas percaya BI sebagai otoritas yang memiliki kewenangan akan mengatur kebijakan nilai tukar rupiah dengan baik di tengah gejolak geopolitik.

Baca Selengkapnya

Sehari Usai BI Rate Naik, Dolar AS Menguat dan Rupiah Lesu ke Level Rp 16.187

3 hari lalu

Sehari Usai BI Rate Naik, Dolar AS Menguat dan Rupiah Lesu ke Level Rp 16.187

Nilai tukar rupiah ditutup melemah 32 poin ke level Rp 16.187 per dolar AS dalam perdagangan hari ini.

Baca Selengkapnya

Pengamat Sebut Kenaikan BI Rate hanya Jangka Pendek, Faktor Eksternal Lebih Dominan

3 hari lalu

Pengamat Sebut Kenaikan BI Rate hanya Jangka Pendek, Faktor Eksternal Lebih Dominan

BI menaikkan BI Rate menjadi 6,25 persen berdasarkan hasil rapat dewan Gubernur BI yang diumumkan pada Rabu, 24 April 2024.

Baca Selengkapnya

Timnas AMIN Jelaskan Urgensi Pertemuan Jokowi dan Prabowo untuk Bahas RAPBN 2025

3 hari lalu

Timnas AMIN Jelaskan Urgensi Pertemuan Jokowi dan Prabowo untuk Bahas RAPBN 2025

Awalil menilai pertemuan dan koordinasi antara Jokowi dan Prabowo memang diperlukan dan sangat penting dilakukan saat ini.

Baca Selengkapnya

Nilai Tukar Rupiah Hari Ini Diyakini Menguat, Pasar Respons Kemenangan Prabowo-Gibran

3 hari lalu

Nilai Tukar Rupiah Hari Ini Diyakini Menguat, Pasar Respons Kemenangan Prabowo-Gibran

Nilai tukar rupiah terhadap dolar AS hari ini masih akan menguat pada rentang Rp 16.110 - Rp 16.180. Pasar merespons kemenangan Prabowo-Gibran.

Baca Selengkapnya

Rupiah Diprediksi Stabil, Pasar Respons Positif Kenaikan BI Rate

4 hari lalu

Rupiah Diprediksi Stabil, Pasar Respons Positif Kenaikan BI Rate

Rupiah bergerak stabil seiring pasar respons positif kenaikan BI Rate.

Baca Selengkapnya