Pengusaha Pertimbangkan Tarik Pulang Devisa Hasil Ekspor

Senin, 30 Juli 2018 15:26 WIB

18_ekbis_devisa

TEMPO.CO, Jakarta - Pelaku usaha mempertimbangkan untuk menarik pulang hasil ekspor dan mengkonversinya ke dalam kurs rupiah sesuai imbauan pemerintah. “Kami pada prinsipnya mendukung usulan pemerintah tersebut, walaupun sebagian besar sudah dibawa pulang ke Indonesia, dan di satu sisi kami juga ingin memastikan program ini bisa berjalan baik sehingga tetap menjaga operasional serta perkembangan usaha,” ujar Ketua Umum Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia Rosan Roeslani, kepada Tempo, Ahad 29 Juli 2018.

Baca: Jokowi: Mantadori Biodiesel Hemat Devisa USD 21 Juta per Hari

Rosan menuturkan agar program tersebut berjalan efektif, maka pemerintah perlu memastikan bahwa situasi perekonomian di domestik juga kondusif untuk mendukung upaya penempatan dana-dana tersebut. “Khususnya soal nilai tukar rupiah harus dijaga agar tidak fluktuatif terlalu besar, sehingga menimbulkan kerugian di pihak pengusaha,” ucapnya.

Wakil Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Indonesia (APINDO) Shinta Widjaja Kamdani mengungkapkan saat ini banyak pelaku usaha ekspor atau eksportir yang harus menggunakan fasilitas perbankan di luar negeri. “Jadi mereka harus menempatkan dananya di sini, tapi mungkin pemerintah perlu meyakinkan dengan insentif dan keuntungan bagi pengusaha untuk membawa masuk kembali devisa,” ujarnya.

Menurut Shinta, sejumlah insentif yang dibutuhkan pengusaha dan dianggap menarik di antaranya adalah insentif perpajakan. “Mungkin bisa dipertimbangkan yang devisa hasil ekspornya dibawa ke dalam negeri bisa diberikan pengurangan pajak, atau juga diberikan fasilitas bunga yang lebih rendah untuk modal usaha dan kompetitif di dalam negeri,” katanya.

Advertising
Advertising

Ketua APINDO bidang Kebijakan Publik Danang Girindrawardana menuturkan permintaan pemerintah tersebut bukan hal baru, dan sudah beberapa kali disampaikan kepada pengusaha. “Semacam repatriasi dana yang parkir di luar negeri, tapi kan kalau ada kebutuhan investasi di luar negeri ya harus dimaklumi kalau susah menarik ke dalam,” ujarnya.

Menurut dia, hal terpenting yang harus segera dilakukan pemerintah upaya tersebut berhasil adalah memperbaiki situasi dan regulasi dalam negeri. “Ini supaya para pengusaha kelas nasional itu dengan sendirinya mau menyimpan dana di dalam negeri,” ucapnya.

Baca: Tarik Devisa Wisata, Bank Indonesia Garap 4 Destinasi Selain Bali

Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Darmin Nasution sebelumnya mengatakan masih ada sekitar 15 persen dana hasil ekspor yang belum kembali ke Indoneisa. “Alasannya macam-macam, missal karena pinjam dari bank luar, sehingga bank itu memberi syarat harus membuka rekening di banknya,” katanya.

Adapun dana ekspor yang sudah masuk sebanyak 85 persen, kata dia belum seluruhnya dikonversi ke dalam kurs rupiah. Di satu sisi, menurut Darmin pemerintah dirasa tak perlu memberikan insentif kepada eksportir agar membawa pulang devisanya. “Seharusnya itu menjadi bagian kesadaran dari bernegara.”

Sementara itu, Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati berujar imbauan untuk menukar sebagian devisa hasil ekspor dalam bentuk dolar AS ke kurs rupiah dibutuhkan untuk menjaga stabilitas nilai tukar. Dia memaklumi jika eksportir membutuhkan dana valuta asing untuk membayar utang dan membeli bahan baku impor.

“Tapi sisanya bisa dibawa pulang ke Indonesia, dengan catatan mereka juga membutuhkan misalkan untuk membayar gaji karyawan dan kebutuhan produksi perusahaan,” katanya. Dengan demikian, diharapkan terjadi keseimbangan antara jumlah permintaan dan ketersediaan valas serta rupiah di dalam negeri.

Ekonom Institute Development of Economics and Finance Bhima Yudhistira Adhinegara menuturkan jika devisa hasil ekspor ditarik pulang ke Indonesia maka efeknya dapat signifikan menguatkan nilai tukar rupiah. “Dana yang masuk sifatnya net capital inflow masuk ke likuiditas perbankan, bank juga bisa menggunakan dana itu untuk menyalurkan pembiayaan yang lebih besar ke sektor riil,” ujarnya.

Bhima menambahkan dibutuhkan ketegasan dari pemerintah untuk memaksa devisa hasil ekspor tersebut kembali ke dalam negeri. Seperti menerapkan kebijakan untuk menahan dana hasil ekspor selama periode waktu tertentu di dalam negeri. “Itu sudah dilakukan di Thailand, dan terbukti devisa mereka lebih stabil, kalau hanya urusan imbauan dan seruan, efeknya hampir dipastikan kecil.”

Berita terkait

Mendag Zulkifli Hasan Sebut Neraca Perdagangan Indonesia Surplus US$ 4,47 Miliar, Impor Barang Modal Laptop Anjlok

3 hari lalu

Mendag Zulkifli Hasan Sebut Neraca Perdagangan Indonesia Surplus US$ 4,47 Miliar, Impor Barang Modal Laptop Anjlok

Menteri Perdagangan Zulkifli Hasan klaim neraca perdaganga Indonesia alami surplus, ada beberapa komoditas yang surplus dan ada beberapa yang defisit.

Baca Selengkapnya

Ini Penyebab WNI Berobat ke Luar Negeri, yang Dikeluhkan Jokowi Sedot Devisa Rp180 T

4 hari lalu

Ini Penyebab WNI Berobat ke Luar Negeri, yang Dikeluhkan Jokowi Sedot Devisa Rp180 T

Presiden Jokowi menyoroti kebiasaan sejumlah WNI yang berobat ke luar negeri sehingga berpotensi menyedot devisa Rp 180 triliun, apa sebabnya?

Baca Selengkapnya

Terkini: Jokowi Keluhkan Rp 180 Triliun Hilang karena Pengobatan ke Luar Negeri, Es Krim Magnum Mengandung Plastik dan Logam

4 hari lalu

Terkini: Jokowi Keluhkan Rp 180 Triliun Hilang karena Pengobatan ke Luar Negeri, Es Krim Magnum Mengandung Plastik dan Logam

Presiden Jokowi mengeluhkan hilangnya Rp 180 triliun devisa karena masyarakat berobat ke luar negeri. Es krim Magnum ditarik karena mengandung plastik

Baca Selengkapnya

Jokowi Sebut RI Kehilangan Devisa Rp 180 Triliun karena Masyarakat Pilih Berobat ke Luar Negeri

4 hari lalu

Jokowi Sebut RI Kehilangan Devisa Rp 180 Triliun karena Masyarakat Pilih Berobat ke Luar Negeri

Presiden Joko Widodo atau Jokowi mengatakan bahwa Indonesia kehilangan devisa US$ 11,5 Miliar atau Rp 180 triliun per tahun. Apa sebabnya?

Baca Selengkapnya

LPEI dan Diaspora Indonesia Buka Akses Pasar UKM Indonesia ke Kanada

6 hari lalu

LPEI dan Diaspora Indonesia Buka Akses Pasar UKM Indonesia ke Kanada

Kolaborasi LPIE dengan institusi pemerintahan membawa mitra binaan Usaha Kecil dan Menengah (UKM) LPEI untuk pertama kalinya menembus pasar ekspor ke Kanada.

Baca Selengkapnya

Ekspor Maret 2024 Naik 16,4 Persen tapi Tetap Anjlok Dibanding Tahun Lalu

7 hari lalu

Ekspor Maret 2024 Naik 16,4 Persen tapi Tetap Anjlok Dibanding Tahun Lalu

BPS mencatat nilai ekspor Indonesia pada Maret 2024 naik 16,40 persen dibanding Februari 2024. Namun anjlok 4 persen dibanding Maret 2023.

Baca Selengkapnya

BPS: Impor Beras pada Maret 2024 Melonjak 29 Persen

7 hari lalu

BPS: Impor Beras pada Maret 2024 Melonjak 29 Persen

Badan Pusat Statistik atau BPS mengungkapkan terjadi lonjakan impor serealia pada Maret 2024. BPS mencatat impor beras naik 2,29 persen. Sedangkan impor gandum naik 24,54 persen.

Baca Selengkapnya

BPS Sebut Iran dan Israel Bukan Mitra Utama Dagang RI: Dampak Konflik Tak Signifikan

7 hari lalu

BPS Sebut Iran dan Israel Bukan Mitra Utama Dagang RI: Dampak Konflik Tak Signifikan

BPS menilai dampak konflik geopolitik antara Iran dan Israel tak berdampak signifikan terhadap perdangan Indonesia. Begini penjelasan lengkapnya.

Baca Selengkapnya

Indonesia Targetkan Nilai Ekspor Kopi ke Mesir Tahun Ini Tembus Rp 1,5 Triliun

7 hari lalu

Indonesia Targetkan Nilai Ekspor Kopi ke Mesir Tahun Ini Tembus Rp 1,5 Triliun

Atase Perdagangan Kairo, M Syahran Bhakti berharap eksportir kopi Indonesia dapat memenuhi permintaan dari Mesir pada 2024 ini di atas Rp 1,5 triliun.

Baca Selengkapnya

Demi Lobster Kawan Vietnam

7 hari lalu

Demi Lobster Kawan Vietnam

Pemerintah membuka kembali keran ekspor lobster dengan syarat para pengusaha membudidayakannya di sini atau di Vietnam-tujuan utama ekspor lobster.

Baca Selengkapnya