Karena Ini, Perbankan Minati Lelang Sertifikat Bank Indonesia

Rabu, 25 Juli 2018 10:55 WIB

Kiri-kanan, Deputi Gubenur Sugeng, Gubernur Bank Indonesia, Perry Warjiyo, Deputi Gubernur Rosmaya Hadi sebelum mengelar press briefing mengenai inflasi bulan Juni 2018, di Gedung Bank Indonesia, Gambir, Jakarta Pusat, Jumat, 8 Juni 2018. TEMPO/Dias Prasongko

TEMPO.CO, Jakarta - Perbankan menyambut baik penerbitan kembali instrumen Sertifikat Bank Indonesia (SBI). Salah satunya karena instrumen ini dapat memberikan alternatif bagi bank untuk mengelola kelebihan likuiditasnya.

Baca juga: Bank Indonesia Mendorong Perempuan Aktif Secara Ekonomi

“Bank-bank Himbara termasuk BNI ikut berpartisipasi dalam lelang SBI perdana kemarin, kalau dilihat dari bidding yang masuk dalam lelang kemarin cukup tinggi, namun masih didominasi perbankan domestik,” ujar Direktur Keuangan PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk Anggoro Eko Cahyo, kepada Tempo, Rabu 25 Juli 2018.

Hal senada disampaikan oleh Direktur Utama PT Bank Mayapada Internasional Tbk Haryono Tjahjarijadi berujar SBI dapat membantu menjaga ketersediaan likuiditas di pasar. “Perbankan domestik jadi punya instrumen penempatan dana yang bervariasi, dan kami selalu ikut lelang surat berharga untuk penempatan kelebihan likuiditas kami,” ucapnya.

Kepala Departemen Pengelolaan Moneter Bank Indonesia Nanang Hendarsyah membenarkan jika di pasar perdana kemarin mayoritas dibeli oleh bank domestik. “Nanti di pasar sekunder baru bisa diperjualbelikan dengan pihak asing termasuk bank asing,” katanya. Sebelum SBI diaktivasi kembali, perbankan menurut Nanang banyak yang menempatkan dananya di deposit facility. “Sekarang ada sekitar Rp 38 triliun yang menempatkan di sana.” Dia melanjutkan kondisi likuiditas antar bank juga berbeda-beda.

Advertising
Advertising

Nanang mengatakan perbankan juga memiliki preferensi dalam menggunakan kelebihan likuiditasnya. Menurut dia perbankan yang likuiditas berlebih cenderung banyak menggunakan instrument penempatan dana di bank sentral, dibandingkan menyalurkannya ke perbankan lain yang lebih membutuhkan.

Seperti diketahui, profil likudiitas perbankan saat ini berbeda bergantung pada jenis BUKU nya, di mana likudiitas bank BUKU III dan IV cenderung berlebih dan longgar, sebaliknya bank BUKU I dan II relatif ketat. “Kami melihat pasar keuangan kita masih tersegmentasi, jadi likuiditas tidak mengalir secara optimal antar perbankan, transaksi pasar uang antar bank masih belum banyak,” katanya.

Kebijakan penempatan dana tersebut menurut Nanang disesuaikan pada karakteristik manajemen likuiditas masing-masing bank. Dia menambahkan bank sentral juga berupaya untuk terus menjaga suku bunga pasar uang antar bank tenor overnight agar bergerak di sekitar suku bunga kebijakan 7 Days Reverse Repo Rate sebesar 5,25 persen.

Nanang pun membantah jika ada perbankan yang menggunakan instrumen lending facility maka dapat diartikan bahwa likuiditas bank tersebut sedang ketat “Karena bisa saja bank tersebut masuk ke sana karena ada mismatch harian, dan tidak sembarangan bank yang bisa masuk hanya bank yang punya tabungan SBN atau SBI yang bisa masuk, dan kondisi pinjamannya sekarang posisinya 0 kok,” katanya.

Ekonom PT Bank Central Asia (Tbk) David Sumual mengamati beberapa kali tren suku bunga di pasar uang antar bank memang cukup tinggi. Sehingga opsi instrument lain untuk menambah likuiditas bagi perbankan selain deposit facility adalah melalui pasar repo.

Baca juga: Bank Indonesia Gelar Karya Kreatif dan Pameran Kerajinan UMKM

“Bank-bank juga biasanya membuat limit dan rating di kriteria masing-masing kalau ada bank yang dianggap berisiko karena NPL-nya naik ini jadi pertimbangan untuk lebih memilih menempatkan dananya di Bank Indonesia, tapi kalau kondisi likuiditas lagi bagus tidak ketat pasar uang antar bank juga normal dan likuid,” ucapnya.

Berita terkait

Koalisi Desak Perbankan Setop Investasi ke Energi Kotor dan Segera Beralih ke EBT

20 jam lalu

Koalisi Desak Perbankan Setop Investasi ke Energi Kotor dan Segera Beralih ke EBT

Koalisi organisasi masyarakat sipil mendesak agar kalangan perbankan berhenti memberikan dukungan pendanaan energi kotor seperti batu bara.

Baca Selengkapnya

Tak Hanya Naikkan BI Rate, BI Rilis 5 Kebijakan Moneter Ini untuk Jaga Stabilitas Rupiah

2 hari lalu

Tak Hanya Naikkan BI Rate, BI Rilis 5 Kebijakan Moneter Ini untuk Jaga Stabilitas Rupiah

Gubernur BI Perry Warjiyo membeberkan lima aksi BI untuk menjaga stabilitas nilai tukar rupiah di tengah ketidakpastian pasar keuangan global.

Baca Selengkapnya

Bos BI Yakin Rupiah Terus Menguat hingga Rp 15.800 per Dolar AS, Ini 4 Alasannya

2 hari lalu

Bos BI Yakin Rupiah Terus Menguat hingga Rp 15.800 per Dolar AS, Ini 4 Alasannya

Gubernur BI Perry Warjiyo yakin nilai tukar rupiah terhadap dolar AS akan menguat sampai akhir tahun ke level Rp 15.800 per dolar AS.

Baca Selengkapnya

Segini Harta Kekayaan Dirjen Bea Cukai Askolani yang Juga Menjabat Komisaris BNI

2 hari lalu

Segini Harta Kekayaan Dirjen Bea Cukai Askolani yang Juga Menjabat Komisaris BNI

Dirjen Bea dan Cukai Askolani menjadi sorotan karena memiliki harta Rp 51,8 miliar

Baca Selengkapnya

Inflasi April Hanya 0,25 Persen, BI Ungkap Pemicunya

2 hari lalu

Inflasi April Hanya 0,25 Persen, BI Ungkap Pemicunya

BI menyebut inflasi IHK pada April 2024 tetap terjaga dalam kisaran sasaran 2,51 persen, yakni 0,25 persen mtm.

Baca Selengkapnya

Ekonomi NTB Tumbuh Positif, Ekspor Diprediksi Meningkat

5 hari lalu

Ekonomi NTB Tumbuh Positif, Ekspor Diprediksi Meningkat

Perkembangan ekonomi Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB) 2023 tumbuh positif.

Baca Selengkapnya

Meski BI Rate Naik, PNM Tak Berencana Naikkan Suku Bunga Kredit

5 hari lalu

Meski BI Rate Naik, PNM Tak Berencana Naikkan Suku Bunga Kredit

PNM menegaskan tidak akan menaikkan suku bunga dasar kredit meskipun BI telah menaikkan BI Rate menjadi 6,25 persen.

Baca Selengkapnya

BRI Klaim Kantongi Izin Penggunaan Alipay

6 hari lalu

BRI Klaim Kantongi Izin Penggunaan Alipay

Bank Rakyat Indonesia atau BRI mengklaim telah mendapatkan izin untuk memproses transaksi pengguna Alipay.

Baca Selengkapnya

BNI Sampaikan Langkah Hadapi Geopolitik Global dan Kenaikan Suku Bunga

6 hari lalu

BNI Sampaikan Langkah Hadapi Geopolitik Global dan Kenaikan Suku Bunga

PT Bank Negara Indonesia atau BNI bersiap menghadapi perkembangan geopolitik global, nilai tukar, tekanan inflasi, serta suku bunga.

Baca Selengkapnya

BNI Telah Salurkan Kredit hingga Rp 695,16 Triliun per Kuartal I 2024

6 hari lalu

BNI Telah Salurkan Kredit hingga Rp 695,16 Triliun per Kuartal I 2024

Tiga bulan pertama 2024, kredit BNI utamanya terdistribusi ke segmen kredit korporasi swasta.

Baca Selengkapnya