TEMPO.CO, Jakarta - Deputi Gubernur Bank Indonesia Rosmaya Hadi memaparkan peran perempuan dalam mendorong pertumbuhan ekonomi. Menurut Rosmaya potensi perempuan dalam berkontribusi terhadap perekonomian sangat besar.
BACA:Bambang Brodjonegoro: Revisi Pertumbuhan Ekonomi Terkait Rupiah
"Pemberdayaan perempuan juga menjadi fokus perhatian Bank Indonesia sebagai bagian dari program pengembangan UMKM dan dalam upaya pencapaian visi Bank Indonesia sebagai bank sentral yang berkontribusi secara nyata terhadap perekonomian Indonesia yang mendukung tugas utama BI," kata Rosmaya dalam acara seminar International Women's Economic Empowerment: A Framework for an Inclusive and Sustainable Growth di JCC Senayan, Sabtu, 21 Juli 2018.
Rosmaya mengatakan dalam survei McKinsey & Company, 2015 jumlah perempuan meliputi setengah populasi penduduk dunia, namun hanya menghasilkan 37 persen Produk Domestik Bruto. Di Indonesia, dari jumlah penduduk sebesar 237,5 juta jiwa (sensus 2010), separuhnya atau 49,7 persen berjenis kelamin perempuan, namun Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) penduduk perempuan hanya separuh 50,9 persen dari total penduduk usia kerja perempuan. Sedangkan TPAK penduduk laki-laki mencapai 82,5 persen.
"Hal ini mengindikasikan bahwa hanya separuh penduduk perempuan Indonesia yang aktif secara ekonomi melalui kontribusi terhadap jumlah tenaga kerja dalam produksi barang dan jasa pada perekonomian," kata Rosmaya.
Hasil penelitian IFC 2015, kata Rosmaya, kontribusi pelaku usaha perempuan terhadap GDP di Indonesia adalah sebesar 9,1 persen, sedangkan sumbangan pengusaha perempuan terhadap ekspor masih relatif kecil atau kurang dari 5 persen.
Rosmaya mengatakan pengusaha perempuan umumnya merupakan pengusaha kecil dan bergerak di sektor informal, sehingga turnover penjualannya lebih rendah dibanding pengusaha laki-Iaki.
Di samping itu, menurut Rosmaya umumnya pengusaha perempuan banyak bergerak di sektor perdagangan dan jasa dibandingkan sektor manufaktur. Meskipun dari sisi penggunaan teknologi dan penggunaan komputer, pengusaha perempuan lebih rendah dari pengusaha laki-laki. Namun penggunaan jaringan dan website lainnya untuk pemasaran umumnya sama antara pengusaha laki-Iaki dan pengusaha perempuan.
Rosmaya mengatakan dalam Sakernas BPS, 2017 penduduk perempuan Indonesia lebih banyak bekerja pada sektor informal yang mencapai 40,2 persen dari total 60,9 juta orang pekerja sektor informal. Sektor informal merupakan bagian penting dari kehidupan ekonomi, sosial, dan politik di sebagian besar negara berkembang, serta beberapa negara maju.
"Di negara-negara dengan tingkat pertumbuhan penduduk atau urbanisasi yang tinggi, sektor informal cenderung tumbuh untuk menyerap tenaga kerja dalam jumlah yang cukup besar. Selain itu, sebagian besar bentuk usaha pada sektor informal merupakan UMKM," kata Rosmaya.
BACA: Rupiah Jeblok Dekati Rp 15 Ribu, Darmin: Bukan Keseimbangan Baru
Data Bank Dunia tahun 2016 menunjukkan rasio kepemilikan usaha wanita di Indonesia lebih tinggi dibandingkan dunia, terutama pada Usaha Kecil dan Menengah (UKM).
Rosmaya mengatakan sektor UMKM merupakan sektor strategis untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi, penciptaan lapangan kerja, dan pengentasan kemiskinan di Indonesia. Sebanyak 99,9 persen unit usaha di Indonesia berbentuk UMKM, dengan 98,8 persen dari jumlah UMKM tersebut didominasi oleh usaha Mikro.
"Selain itu, UMKM juga telah menyerap 96,99 persen tenaga kerja dan menghasilkan 57,6 persen PDB Indonesia," ujar Rosmaya, Deputi Gubernur Bank Indonesia.