Saran Ekonom untuk Pemerintah Agar Rupiah Tak Menembus Rp 15 Ribu

Jumat, 20 Juli 2018 14:19 WIB

INDEF mengadakan konferensi pers untuk menanggapi PERPPU No. 1 tahun 2017 dan mengantisipasi dampaknya di masyarakat, di kantor INDEF, Pejaten Timur, Jakarta Selatan, Kamis, 8 Juni 2017. TEMPO/Aghniadi

TEMPO.CO, Jakarta - Institute for Development Economic and Finance (INDEF) berharap pemerintah mengeluarkan gebrakan di sisi fiskal untuk mengatasi pelemahan rupiah. "Sejauh ini moneternya sudah jor-joran naikkan suku bunga acuan, tapi dari fiskal belum ada gebrakan," ujar peneliti Indef Bhima Yudhistira kepada Tempo, Jumat, 20 Juli 2018.

Contohnya, adalah memberikan keringanan Pajak Penghasilan (PPh) Badan dan bea keluar untuk industri berorientasi ekspor. Selain itu, pemerintah juga bisa melakukan perbaikan infrastruktur pendukung pariwisata agar pemasukan devisa semakin besar.

Baca: Rupiah Melemah, Industri Manufaktur Terancam Kalah Daya Saing

Bhima menyebut Bank Indonesia dan pemerintah ke depannya mesti meningkatkan koordinasi. "Jadi moneter dan fiskal saling support," kata dia lagi. Sementara, untuk bank sentral, langkah yang bisa dilakukan adalah intervensi cadangan devisa secara terukur dan menjaga likuiditas valuta asing.

Kurs rupiah kembali mengalami pelemahan. Berdasarkan Jakarta Interspot Dollar Rate Bank Indonesia, nilai tukar rupiah menginjak level Rp 14.520 per dolar Amerika Serikat pada Jumat, 20 Juli 2017 pukul 12.21 WIB.

Advertising
Advertising

Dengan begitu, rupiah menginjak level terlemahnya di pekan ini. Kurs rupiah dibuka di level Rp 14.396 per dolar AS pada awal pekan ini, Senin, 16 Juli 2018. Nilai tukar sempat menguat tipis ke level Rp 14.391 pada Selasa, 17 Juli 2018.

Namun, sehari setelahnya, kurs terus melemah dengan menginjak level Rp 14.406 per dolar AS. Pada Kamis, 19 Juli 2018, rupiah kembali meloyo di level Rp 14.418 per dolar AS.

Dewan Gubernur Bank Sentral mengumumkan kebijakannya menahan suku bunga acuan di 5,25 persen. Sebelumnya, BI menaikkan suku bunga 100 basis poin dalam dua bulan terakhir.

Baca: Gubernur BI Sebut Kurs Rupiah Overvalue, Apa Artinya?

Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo menegaskan arah kebijakan moneter akan tetap 'hawkish' atau progresif namun pelonggaran dilakukan melalui kebijakan makroprudensial.

Di tengah tekanan kuat terhadap rupiah saat ini, Peryy menyebutkan besaran bunga acuan saat ini sudah cukup untuk membuat imbal hasil instrumen keuangan di pasar domestik menarik dan membawa investor asing kembali ke Tanah Air.

Tekanan ekonomi global saat ini terhadap Indonesia, kata Gubernur BI tersebut, paling banyak bersumber dari perkembangan perang dagang China dan AS. Sejak Januari 2018 hingga 18 Juli 2018, rupiah sudah melemah 5,8 persen (year to date/ytd).

Berita terkait

Rupiah Menguat ke Level Rp 16.025 per Dolar AS

5 menit lalu

Rupiah Menguat ke Level Rp 16.025 per Dolar AS

Nilai tukar rupiah terhadap dolar AS menguat dalam penutupan perdagangan hari ini ke level Rp 16.025 per dolar AS.

Baca Selengkapnya

Terkini Bisnis: Pemilik Sepatu Bata hingga Jokowi Minta Timbal Balik Ekonomi

26 menit lalu

Terkini Bisnis: Pemilik Sepatu Bata hingga Jokowi Minta Timbal Balik Ekonomi

Siapa pemilik merek sepatu Bata yang pabriknya tutup di Purwakarta?

Baca Selengkapnya

Wamenkeu Suahasil Nazara Soroti 3 Faktor Penting dalam Ekonomi RI, Suku Bunga hingga Kurs Rupiah

2 jam lalu

Wamenkeu Suahasil Nazara Soroti 3 Faktor Penting dalam Ekonomi RI, Suku Bunga hingga Kurs Rupiah

Wamenkeu Suahasil Nazara menyoroti tiga faktor yang menjadi perhatian dalam perekonomian Indonesia saat ini. Mulai dari suku bunga yang tinggi, harga komoditas, hingga nilai tukar rupiah terhadap dolar AS.

Baca Selengkapnya

Sri Mulyani: Pertumbuhan Ekonomi Kuartal Pertama 2024 Tingkatkan Lapangan Pekerjaan

3 jam lalu

Sri Mulyani: Pertumbuhan Ekonomi Kuartal Pertama 2024 Tingkatkan Lapangan Pekerjaan

Kementerian Keuangan mencatat di tengah gejolak ekonomi global perekonomian Indonesia tetap tumbuh dan mendorong peningkatan lapangan pekerjaan.

Baca Selengkapnya

Jokowi Ungkap 2 Faktor Ekonomi yang Bikin Semua Negara Ketakutan

6 jam lalu

Jokowi Ungkap 2 Faktor Ekonomi yang Bikin Semua Negara Ketakutan

Presiden Jokowi meminta Indonesia menyiapkan fondasi yang kuat untuk pembangunan masa depan.

Baca Selengkapnya

Pabrik Sepatu Bata Tutup, Aprisindo: Pengetatan Impor Mempersulit Industri Alas Kaki

1 hari lalu

Pabrik Sepatu Bata Tutup, Aprisindo: Pengetatan Impor Mempersulit Industri Alas Kaki

Asosiasi Persepatuan Indonesia menanggapi tutupnya pabrik sepatu Bata. Pengetatan impor mempersulit industri memperoleh bahan baku.

Baca Selengkapnya

LPEM UI: Proyeksi Ekonomi RI Tumbuh 5,15 Persen di Kuartal I 2024

2 hari lalu

LPEM UI: Proyeksi Ekonomi RI Tumbuh 5,15 Persen di Kuartal I 2024

Perayaan bulan suci Ramadan dan hari raya Idul Fitri juga dapat memacu pertumbuhan ekonomi domestik lebih lanjut.

Baca Selengkapnya

Rupiah Menguat di Akhir Pekan, Sentuh Level Rp 16.083 per Dolar AS

2 hari lalu

Rupiah Menguat di Akhir Pekan, Sentuh Level Rp 16.083 per Dolar AS

Nilai tukar rupiah ditutup menguat Rp 16.083 terhadap dolar AS pada perdagangan Jumat, 3 Mei.

Baca Selengkapnya

Tak Hanya Naikkan BI Rate, BI Rilis 5 Kebijakan Moneter Ini untuk Jaga Stabilitas Rupiah

2 hari lalu

Tak Hanya Naikkan BI Rate, BI Rilis 5 Kebijakan Moneter Ini untuk Jaga Stabilitas Rupiah

Gubernur BI Perry Warjiyo membeberkan lima aksi BI untuk menjaga stabilitas nilai tukar rupiah di tengah ketidakpastian pasar keuangan global.

Baca Selengkapnya

Bos BI Yakin Rupiah Terus Menguat hingga Rp 15.800 per Dolar AS, Ini 4 Alasannya

2 hari lalu

Bos BI Yakin Rupiah Terus Menguat hingga Rp 15.800 per Dolar AS, Ini 4 Alasannya

Gubernur BI Perry Warjiyo yakin nilai tukar rupiah terhadap dolar AS akan menguat sampai akhir tahun ke level Rp 15.800 per dolar AS.

Baca Selengkapnya