Sri Mulyani Sebut Kemiskinan Turun, Ekonom Pertanyakan Hal Ini

Selasa, 17 Juli 2018 15:56 WIB

Seorang pemulung memanggul kardus bekas di kawasan Tanah Abang, Jakarta, 24 Juli 2017. Menurut data Badan Pusat Statistik Provinsi DKI Jakarta per Maret 2017 menunjukan tingkat kemiskinan di Jakarta sebesar 389,69 ribu orang atau 3,77 persen. TEMPO/Rizki Putra

TEMPO.CO, Jakarta - Pernyataan Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati yang bungah akan pencapaian tingkat kemiskinan per Maret 2018 mencapai single digit ditanggapi beragam oleh publik. Pasalnya, pencapaian tersebut dinilai tak serupa dengan kondisi riil di lapangan.

Baca: Kemiskinan 9,82 Persen, Sri Mulyani: First Time in History

Salah satunya disampaikan oleh ekonom Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Bhima Yudhistira. Ia mengatakan, bahwa penurunan tingkat kemiskinan yang disebut-sebut sebagai prestasi adalah semu.

"Tingkat kemiskinan yang menurun juga didorong oleh program beras sejahtera serta bantuan pangan nontunai telah berhasil didistribusikan tepat waktu," kata Bhima kepada Tempo, Selasa, 17 Juli 2018. Selain itu, bantuan sosial tunai pemerintah naik 87,6 persen pada triwulan pertama tahun ini.

Baca: Dorong Penerimaan Negara, Ini Cara Sri Mulyani Genjot Rasio Pajak

Advertising
Advertising

Selain itu, kata Bhima, ada faktor yang mempengaruhi penurunan tingkat kemiskinan adalah survei Badan Pusat Statistik (BPS) yang dilakukan saat masa panen raya. Apalagi, sebagian besar penduduk miskin banyak bekerja di sektor pertanian.

Oleh karena itu, Bhima menilai sangat wajar jika jumlah penduduk miskin terlihat turun. Sebab, saat panen raya pendapatan petani atau pekerja di sektor pertanian tentu ikut naik.

Lebih jauh Bhima mengatakan tingkat ketimpangan yang turun juga perlu ditelusuri penyebabnya. Sebab, penurunan itu karena porsi pengeluaran penduduk 20 persen teratas berkurang dari 46,40 persen menjadi 46,09 persen. "Ini diduga orang kaya Indonesia menahan belanja mereka, karena khawatir akan ketidakpastian kondisi makro ekonomi," ucapnya.

Sementara itu, porsi kelompok 40 persen dengan pengeluaran terbawah naik dari 17,12 persen ke 17,29 persen dalam satu tahun terakhir. Bhima berujar bahwa pengeluaran kelas bawah didorong bantuan sosial dan beras sejahtera yang jumlahnya naik signfikan. Artinya, ketimpangan yang seolah olah turun sebenarnya adalah semu.

Baca juga Serial Bisnis Anak Milenial: Jawara Digital Marketing Dewa Eka Prayoga yang Melawan Kemustahilan

Tak sedikit netizen yang mempertanyakan garis kemiskinan yang digunakan sebagai dasar survei BPS. Pada Maret 2018, BPS menggunakan standar garis kemiskinan Rp 401.220 per bulan atau naik 3,63 persen dibanding pada September 2017 sebesar Rp 387.160.

Adapun pada Maret 2017, standar garis kemiskinan yang digunakan adalah sebesar Rp 374.478 per bulan. BPS mencatat inflasi umum pada periode September 2017 – Maret 2018 sebesar 1,92 persen.

Salah satu netizen dengan akun Twitter @AisyahMutahar mempertanyakan perubahan garis kemiskinan sebagai dasar BPS menghitung tingkat kemiskinan. "Kemiskinan menurun karena pendapatan mnimal rakyat di ubah menjadi 400 rb. Artinya rakyat dengan pendapatan di atas Rp 400 ribu gak disebut miskin," ujarnya Senin malam, 16 Juli 2018. "Sekarang kalian pikir, uang Rp 400 ribu sebulan bisa untuk apa? Untuk bayar listrik, air dan gas aja sudah habis. Trus rakyat makan pake apa?"

Ada juga netizen lainnya dengan akun Twitter @Fauzismail24 yang mempertanyakan data BPS tersebut. "Tapi gua penasaran, apa emang dari dulu garis kemiskinan serendah itu? Berarti Indonesia terlihat kaya di atas selembar data?" Cuitannya itu disampaikan pada Senin sore, 16 Juli 2018.

Berdasar data yang dikeluarkan Badan Pusat Statistik (BPS), tingkat kemiskinan penduduk Indonesia per Maret 2018 sebesar 9,82 persen, terendah sejak era krisis moneter (krismon) pada 1998. Pada 1998, tingkat kemiskinan Indonesia mencapai 24,2 persen. Mengonfirmasi data BPS ini, Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan Puan Maharani menekankan, pemerintah akan terus memperkuat ekonomi keluarga tidak mampu melalui beragam program bantuan sosial.

Sebelumnya Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati menyatakan turut senang dengan penurunan tingkat kemiskinan per Maret 2018 yang mencapai 9,82 persen. Menurut dia, penurunan tingkat kemiskinan yang di bawah 10 persen merupakan catatan sejarah bagi Indonesia. "The first time in the history of Indonesia, tingkat kemiskinannya di bawah 10 persen," kata Sri Mulyani di Jakarta, Senin kemarin.

Berita terkait

Wakil Sri Mulyani Harap Pertumbuhan Ekonomi 5,11 Persen Bisa Gaet Investor

7 jam lalu

Wakil Sri Mulyani Harap Pertumbuhan Ekonomi 5,11 Persen Bisa Gaet Investor

Wakil Menteri Keuangan Suahasil Nazara angka pertumbuhan ekonomi kuartal pertama 2024 bisa menjadi basis.

Baca Selengkapnya

Rupiah Menguat ke Level Rp 16.025 per Dolar AS

9 jam lalu

Rupiah Menguat ke Level Rp 16.025 per Dolar AS

Nilai tukar rupiah terhadap dolar AS menguat dalam penutupan perdagangan hari ini ke level Rp 16.025 per dolar AS.

Baca Selengkapnya

Sri Mulyani: Pertumbuhan Ekonomi Kuartal Pertama 2024 Tingkatkan Lapangan Pekerjaan

12 jam lalu

Sri Mulyani: Pertumbuhan Ekonomi Kuartal Pertama 2024 Tingkatkan Lapangan Pekerjaan

Kementerian Keuangan mencatat di tengah gejolak ekonomi global perekonomian Indonesia tetap tumbuh dan mendorong peningkatan lapangan pekerjaan.

Baca Selengkapnya

BPS: Pertumbuhan Ekonomi Triwulan I 2024 Tumbuh, Tertinggi Sejak 2015

14 jam lalu

BPS: Pertumbuhan Ekonomi Triwulan I 2024 Tumbuh, Tertinggi Sejak 2015

Badan Pusat Statistik (BPS) mengumumkan pertumbuhan ekonomi Indonesia di triwulan I-2024 yang tercatat 5,11 persen secara tahunan

Baca Selengkapnya

Sri Mulyani Siapkan Paket Pensiun Dini PLTU untuk Jadi Percontohan Transisi Energi

16 jam lalu

Sri Mulyani Siapkan Paket Pensiun Dini PLTU untuk Jadi Percontohan Transisi Energi

Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati menyebut Indonesia sedang memfinalisasi paket pensiun dini pembangkit listrik tenaga uap batu bara atau PLTU

Baca Selengkapnya

Nama Sri Mulyani Masuk Bursa Bakal Calon Gubernur Jakarta dari PDIP

16 jam lalu

Nama Sri Mulyani Masuk Bursa Bakal Calon Gubernur Jakarta dari PDIP

Gilbert Simanjuntak, mengatakan nama Sri Mulyani masuk bursa bacagub bersama Menteri Sosial Tri Rismaharini, dan mantan Panglima TNI Andika Perkasa.

Baca Selengkapnya

Sri Mulyani dan Presiden ADB Bahas Mekanisme Transisi Energi: Kita Mulai Bicara yang Konkret

1 hari lalu

Sri Mulyani dan Presiden ADB Bahas Mekanisme Transisi Energi: Kita Mulai Bicara yang Konkret

Sri Mulyani Indrawati dan Presiden ADB Masatsugu Asakawa membahas lebih lanjut program Mekanisme Transisi Energi (ETM) ADB untuk Indonesia.

Baca Selengkapnya

Sri Mulyani Waspadai Dampak Kenaikan BI Rate terhadap APBN

2 hari lalu

Sri Mulyani Waspadai Dampak Kenaikan BI Rate terhadap APBN

Menkeu Sri Mulyani Indrawati mengungkapkan ada dampak kenaikan BI Rate ke level 6,25 persen terhadap APBN, terutama penerimaan pajak.

Baca Selengkapnya

Sri Mulyani: Meski Kurs Rupiah Melemah, Masih Lebih Baik dibanding Baht dan Ringgit

3 hari lalu

Sri Mulyani: Meski Kurs Rupiah Melemah, Masih Lebih Baik dibanding Baht dan Ringgit

Menkeu Sri Mulyani mengatakan, nilai tukar rupiah pada triwulan I 2024 mengalami depresiasi 2,89 persen ytd sampai 28 Maret 2024.

Baca Selengkapnya

Kuartal I-2024, KSSK Sebut Stabilitas Sistem Keuangan RI Terjaga meski Ketidakpastian Meningkat

3 hari lalu

Kuartal I-2024, KSSK Sebut Stabilitas Sistem Keuangan RI Terjaga meski Ketidakpastian Meningkat

Menkeu Sri Mulyani mengatakan Stabilitas Sistem Keuangan Indonesia pada kuartal pertama tahun 2024 masih terjaga.

Baca Selengkapnya