Bank Dunia Beri Pinjaman RI USD 400 Juta untuk Atasi Stunting
Reporter
Friski Riana
Editor
Dewi Rina Cahyani
Rabu, 4 Juli 2018 19:09 WIB
TEMPO.CO, Jakarta - Menteri Koordinator Kemaritiman Luhut B. Panjaitan mengatakan Bank Dunia mengucurkan pinjaman lunak atau soft loan sebesar US$ 400 juta. Pinjaman ini digunakan untuk membantu Indonesia mengentaskan stunting. Dia menuturkan bahwa Bank Dunia mengapresiasi pemerintah Indonesia yang serius menangani stunting.
Staf Ahli Wakil Presiden Sofjan Wanandi mengimbuhkan dana tersebut akan dialokasikan ke kementerian dan lembaga terkait melalui Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara 2019. Ia mengatakan Indonesia menjadi pilot project Bank Dunia lantaran penduduknya cukup besar. "Kalau yang besar (seperti Indonesia) bisa diselesaikan, yang (negara) kecil gampang. Ini jadi suatu contoh suksesnya Bank Dunia juga. Jadi dia punya kepentingan untuk memperlihatkan Indonesia harus sukses menjadi pilot project," kata Sofyan.
Baca: Biaya Logistik RI Tinggi, Bank Dunia Kucurkan Utang USD 300 Juta
Presiden World Bank Jim Yong Kim mengatakan bahwa Indonesia menjadi pilot project dalam penanganan kasus stunting atau kerdil. Jim Yong Kim menyatakan komitmen World Bank membantu Indonesia menangani masalah stunting. "Kami juga akan mencari berbagai teknologi untuk membantu mengatasi persoalan ini. Kami menjadikan Indonesia sebagai suatu contoh bagi dunia, bagaimana persoalan semacam ini dapat diatasi," kata Jim Yong Kim di Kantor Wakil Presiden, Jakarta, Rabu, 4 Juli 2018.
Menurut dia, Indonesia merupakan negara nomor empat dengan angka stunting tertinggi di dunia. Meski posisinya masih lebih rendah dari India dan Pakistan, Jim Yong Kim menilai bahwa stunting menjadi persoalan antargenerasi yang berlangsung cukup lama. "Dan kami (Bank Dunia) amat senang dengan komitmen pemerintah, khususnya Bapak Wakil Presiden untuk mengatasi permasalahan ini," kata dia.
Stunting adalah masalah kurang gizi kronis yang ditandai tinggi badan anak lebih rendah dari standar usianya. Kondisi ini diakibatkan kurangnya asupan gizi dalam waktu cukup lama sebagai dampak dari pemberian makanan yang tidak sesuai dengan kebutuhan gizi, terutama dalam periode emas seribu hari pertama kehidupan. Seribu hari pertama kehidupan dihitung sejak anak di dalam kandungan ibu hingga 2 tahun kehidupannya.