Aktivitas penukaran mata uang asing di kawasan Kwitang, Jakarta, 8 Mei 2018. Nilai tukar rupiah berakhir melemah 51 poin atau 0,36% di Rp14.052 per dolar AS seiring pergerakan IHSG pada penutupan perdagangan hari ini, Selasa (8/5/2018). TEMPO/Tony Hartawan
TEMPO.CO, Jakarta - Nilai tukar rupiah yang ditransaksikan antarbank di Jakarta, Senin sore, 3 Juli 2018, ditutup melemah sebesar 60 poin menjadi Rp 14.397 dibandingkan posisi sebelumnya Rp 14.390 per dolar AS.
Analis senior CSA Research Institute Reza Priyambada mengatakan depresiasi rupiah masih dominan dipengaruhi faktor eksternal, terutama potensi perang dagang AS dan Cina. "USD masih cenderung menguat dengan sentimen perang dagangnya," ujar Reza.
Menurut Reza, pelaku pasar tampaknya masih terus mencermati perkembangan dari potensi terjadinya perang dagang antara AS dan Cina. Akibatnya permintaan akan mata uang "safe haven" masih lebih besar.
Selain itu, ada masalah internal Tiongkok yakni ada kemungkinan gagal bayar obligasi korporasi yang masih bisa membesar lagi. Apalagi, ekonomi negara itu tengah melambat.
Hal tersebut diduga imbas dari perang dagang sehingga kegiatan bisnis di kedua negara terganggu. Pebisnis Cina terkendala ketika mengirim barang ke AS, begitupun sebaliknya.
Pada akhirnya, lanjut Reza, kondisi makro ekonomi keduanya juga akan terganggu. Tentunya ini dapat berimbas pada mitra dagang mereka lainnya.
Selain itu, pelemahan nilai tukar rupiah terhadap dolar AS belum mampu terangkat oleh sentimen domestik. Padahal akhir pekan lalu Bank Indonesia telah menaikkan suku bunga acuan 50 basis poin.
Dalam kurs tengah BI pada Senin, tercatat nilai tukar rupiah bergerak menguat ke posisi Rp14.418 dibandingkan posisi sebelumnya Rp14.331 per dolar AS.