Indef: Perkuat Diplomasi dengan AS dan Cina untuk Dorong Ekspor
Reporter
Muhammad Hendartyo
Editor
Kodrat Setiawan
Kamis, 28 Juni 2018 00:09 WIB
TEMPO.CO, Jakarta - Ekonom dari Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Bhima Yudhistira Adhinegara mengatakan pemerintah perlu memperkuat diplomasi dagang secara bilateral dengan Amerika Serikat dan Cina untuk mendorong ekspor yang masih belum tumbuh maksimal.
"Untuk memanfaatkan celah perang dagang," kata Bhima Yudhistira Adhinegara saat dihubungi Rabu, 27 Juni 2018.
Baca juga: Perang Dagang Tak Pengaruhi Ekspor Indonesia ke Amerika dan Cina
Pada 25 Juni, Badan Pusat Statistik atau BPS mencatat neraca perdagangan pada Mei 2018 kembali mengalami defisit sebesar US$ 1,52 miliar. Naiknya harga minyak dunia membuat impor minyak dan gas semakin meningkat sehingga membuat neraca perdagangan kembali tertekan.
"Impor melonjak tinggi karena kenaikan harga minyak dan gas, padahal ekspor sih sudah lumayan baik," kata Kepala BPS Suhariyanto di kantornya. "Harga minyak dunia naik membuat impor melonjak tajam."
Simak pula: Perang Dagang Amerika-Cina, Begini Strategi agar Ekspor Meningkat
BPS mencatat nilai impor Indonesia selama Mei 2018 mencapai US$ 17,64 miliar atau meningkat 9,17 persen dibandingkan dengan April 2018. Komposisi kenaikan terbesar memang disumbang oleh impor migas yang naik hingga 20,95 persen atau jauh melampaui kenaikan impor nonmigas sebesar 7,19 persen.
Mei 2018, nilai impor nonmigas berada di angka US$ 14,82 miliar. Sementara, nilai ekspor tumbuh lebih rendah yaitu US$ 16,12 miliar atau meningkat 10,90 persen dibanding April 2018. Performa ekspor masih cukup lebih baik karena sektor nonmigas menyumbang pertumbuhan yang lebih tinggi sebesar 28,8 persen. Sementara ekspor migas tumbuh 9,25 persen. "Jadi kami melihat ekspor bulan Mei ini cukup menggembirakan," ujar Suhariyanto.
Untuk mendorong ekspor, Bhima menyarankan pemerintah memberikan insentif fiskal untuk sektor atau industri yang berorientasi ekspor.
Menurut Bhima, pemerintah juga perlu memperkuat hilirisasi industri agar barang yang diekspor lebih memiliki nilai tambah. "Perluas pasar ekspor alternatif terutama ke Afrika, Asia Tengah dan Eropa Timur," ujar Bhima.