Nilai Tukar Rupiah Dikhawatikan Turun Saat Suku Bunga Fed Naik

Senin, 4 Juni 2018 06:25 WIB

Ilustrasi mata uang rupiah . REUTERS/Beawiharta
TEMPO.CO, Jakarta - Ekonom dari Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Bhima Yudhistira Adhinegara mengatakan ada beberapa faktor yang berpotensi membuat nilai tukar rupiah melemah. "Naiknya Fed Rate dikhawatirkan meningkatkan capital outflow dana asing dari negara berkembang termasuk Indonesia," kata Bhima saat dihubungi, Ahad, 3 Juni 2018.
Bhima melihat data ekonomi Amerika Serikat menunjukkan sinyal yang positif, yakni tingkat pengangguran turun menjadi 3,8 persen. Hal tersebut merupakan yang terendah sejak 18 tahun lalu.

Baca juga: Indef Prediksi Nilai Tukar Rupiah Menguat Tipis Pekan Ini
Pada Mei, penyerapan tenaga kerja di sektor non pertanian AS meningkat 223 ribu orang. Serapan tenaga kerja tersebut didukung oleh kenaikan pertumbuhan sektor konstruksi sebesar 1,8 persen yang menjadi tertinggi sejak Januari 2016.
"Sinyal positif ini membuat Fed Rate kemungkinan menaikkan lagi bunga acuannya di rapat FOMC (Federal Open Market Committee) pertengahan Juni," kata Bhima.
Bhima memperkirakan rupiah akan menguat pekan depan atau pada 4 hingga 8 Juni 2018. Menurut Bhima, rupiah di pekan depan diprediksi bergerak pada rentang 13.800-13.900.
Dalam situs resmi Bank Indonesia tercatat nilai tukar rupiah terhadap Dolar AS berada di angka Rp 13.951 pada Kamis, 31 Mei 2018.
Hal lain yang dapat menjadi faktor melemahnya rupiah, menurut Bhima, adalah kondisi ketidakpastian perundingan antara AS dan Cina. Hal tersebut memperburuk ancaman perang dagang.
Selain itu, menurut Bhima, Eropa Tengah melakukan gugatan di WTO atas bea masuk produk aluminium dan baja yang dikenakan AS. Bhima mengatakan negara-negara anggota Uni Eropa (European Union) juga mengancam menaikkan tarif impor beberapa produk AS seperti bourbon dan motor Harley Davidson. Bhima menilai perang dagang juga berimbas pada aksi Meksiko dan Kanada yang meningkatkan bea masuk jeruk AS hingga daging babi.
"Sentimen negatif ini beresiko menurunkan kinerja ekspor Indonesia. Pada kuartal I 2018, korban perang dagang terlihat di kinerja ekspor CPO yang anjlok 17 persen (year on year). Turunnya ekspor beresiko menurunkan permintaan rupiah di pasar valas sekaligus memperbesar defisit perdagangan serta defisit transaksi berjalan," ujar Bhima.
Analis Binaartha Sekuritas Muhammad Nafan Aji Gusta juga mengatakan Indonesia harus mewaspadai adanya tekanan eksternal, seperti perang dagang. Menurut Nafan, jika tidak mengantisipasi hal tersebut, nilai tukar rupiah akan melemah.

Berita terkait

Terkini Bisnis: Nilai Tukar Rupiah Terus Melemah, Astra Tebar Dividen Rp 21 T

1 hari lalu

Terkini Bisnis: Nilai Tukar Rupiah Terus Melemah, Astra Tebar Dividen Rp 21 T

Nilai tukar rupiah ditutup melemah pada levep Rp 16.259 per dolar AS pada perdagangan hari ini.

Baca Selengkapnya

Nilai Tukar Rupiah Makin Merosot, Rp 16.255 per USD

2 hari lalu

Nilai Tukar Rupiah Makin Merosot, Rp 16.255 per USD

Nilai tukar rupiah ditutup melemah 45 poin ke level Rp 16.255 per USD dalam perdagangan hari ini.

Baca Selengkapnya

Masih Loyo, Nilai Tukar Rupiah Melemah ke Level Rp 16.210 per Dolar AS

6 hari lalu

Masih Loyo, Nilai Tukar Rupiah Melemah ke Level Rp 16.210 per Dolar AS

Pada perdagangan Kamis, kurs rupiah ditutup melemah pada level Rp 16.187 per dolar AS.

Baca Selengkapnya

Nilai Tukar Rupiah Hari Ini Diyakini Menguat, Pasar Respons Kemenangan Prabowo-Gibran

7 hari lalu

Nilai Tukar Rupiah Hari Ini Diyakini Menguat, Pasar Respons Kemenangan Prabowo-Gibran

Nilai tukar rupiah terhadap dolar AS hari ini masih akan menguat pada rentang Rp 16.110 - Rp 16.180. Pasar merespons kemenangan Prabowo-Gibran.

Baca Selengkapnya

Terkini Bisnis: Putusan MK Tak Pengaruhi Rupiah, Indofarma Masih Tunggak Gaji Karyawan

9 hari lalu

Terkini Bisnis: Putusan MK Tak Pengaruhi Rupiah, Indofarma Masih Tunggak Gaji Karyawan

Ekonom menyebut putusan MK terkait sidang sengketa Pilpres tak banyak mempengaruhi nilai tukar rupiah.

Baca Selengkapnya

Ekonom Sebut Putusan MK Tak Beri Pengaruh Signifikan terhadap Nilai Tukar Rupiah

9 hari lalu

Ekonom Sebut Putusan MK Tak Beri Pengaruh Signifikan terhadap Nilai Tukar Rupiah

Yusuf Wibisono menilai bukan putusan MK yang memberi pengaruh terhadap nilai tukar rupiah, melainkan konflik geopolitik dan kebijakan The Fed.

Baca Selengkapnya

Pelemahan Rupiah dan IHSG Berlanjut, Airlangga: Indonesia Masih Lebih Baik

9 hari lalu

Pelemahan Rupiah dan IHSG Berlanjut, Airlangga: Indonesia Masih Lebih Baik

Kendati terjadi pelemahan rupiah, Airlangga mengklaim rupiah masih lebih baik dibanding mata uang lain. IHSG juga diklaim lebih baik dari negara lain.

Baca Selengkapnya

Peneliti Paramadina Sebut Nilai Tukar Rupiah Melemah Bukan karena Konflik Iran-Israel

9 hari lalu

Peneliti Paramadina Sebut Nilai Tukar Rupiah Melemah Bukan karena Konflik Iran-Israel

Nilai tukar rupiah yang melemah menambah beban karena banyak utang pemerintah dalam denominasi dolar AS.

Baca Selengkapnya

Rupiah Diprediksi Menguat di Tengah Putusan MK, Penutupan Perdagangan Rp 16.237

10 hari lalu

Rupiah Diprediksi Menguat di Tengah Putusan MK, Penutupan Perdagangan Rp 16.237

Rupiah diprediksi dan tak terpengaruh dengan putusan MK. Rupiah spot hari ini ditutup pada Rp 16.237 per dolar AS.

Baca Selengkapnya

Konflik Iran-Israel Disebut Perparah Nilai Tukar Rupiah, BI Diminta Naikkan Suku Bunga

10 hari lalu

Konflik Iran-Israel Disebut Perparah Nilai Tukar Rupiah, BI Diminta Naikkan Suku Bunga

Konflik Timur Tengah ini dikhawatirkan akan bereskalasi menjadi perang yang lebih besar. Nilai tukar rupiah semakin melemah.

Baca Selengkapnya