TEMPO.CO, Jakarta - Ekonom Institute for Development of Economics and Finance (Indef), Bhima Yudistira, memperkirakan nilai tukar rupiah akan bergerak pada kisaran level Rp 13.950-Rp 14.050 per dolar Amerika Serikat (AS) sepanjang pekan ini.
“Harapannya nilai tukar rupiah menguat tipis,” tutur Bhima ketika dihubungi lewat pesan pendek, Ahad malam, 20 Mei 2018.
Baca juga: Sampai Berapa Lama Nilai Tukar Rupiah di Level Rp 14.000?
Menurut Bhima, salah satu faktor yang mempengaruhi penguatan rupiah ini adalah hasil pertemuan delegasi AS dan Cina yang mulai menemukan titik temu ihwal perang dagang. Tensi kedua negara, kata dia, sedikit menurun setelah Cina menyepakati akan menambah impor pangan dari AS.
“Sehingga indeks di kawasan Asia, termasuk kurs, juga ikut menguat,” katanya.
Faktor kedua adalah meningkatnya harga minyak dunia, termasuk Brent Crude, hingga hampir menyentuh US$ 80 dolar per barel. Bhima mengatakan hal tersebut akan berdampak positif bagi perusahaan-perusahaan komoditas. Dengan begitu, kata dia, kinerja Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) pun akan ikut terdongkrak.
Pada Jumat, 18 Mei 2018, nilai tukar rupiah di pasar spot ditutup melemah 98 poin atau terdepresiasi 0,70 persen ke level Rp 14.156 per dolar AS.
Kenaikan suku bunga BI 7-Day Reverse Repo Rate sebesar 25 basis poin menjadi 4,5 persen belum membawa sentimen positif nilai tukar rupiah terhadap dolar. Rupiah masih menunjukkan tren depresiatif melewati level psikologis Rp 14 ribu per dolar AS. Kurs acuan Jakarta Interbank Spot Dolar Rate (Jisdor) yang diumumkan BI pada Jumat ini menunjukkan dolar dihargai Rp 14.107 per dolar AS.
DEWI NURITA