Antisipasi Serangan Teror, Menhub Minta Random Check di Bandara
Reporter
Zara Amelia
Editor
Ali Akhmad Noor Hidayat
Senin, 14 Mei 2018 18:50 WIB
TEMPO.CO, Jakarta - Kementerian Perhubungan akan melakukan pengecekan secara acak atau random check terhadap mobil yang memasuki bandara utama, khususnya Bandara Soekarno-Hatta, Tangerang. Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi mengatakan pengecekan itu untuk mengantisipasi serangan teror seperti bom Surabaya dan Sidoarjo baru-baru ini.
"Kami akan melakukan random check terhadap mobil-mobil yang masuk di bandara utama," ucapnya di gedung Badan Pemeriksa Keuangan, Jakarta Selatan, Senin, 14 Mei 2018.
Simak: Bom Surabaya, Bandara Soekarno-Hatta Dijaga 4.020 Personel
Pengecekan tersebut, kata Budi, akan termasuk security check poin (SCP) 1. Adapun memasuki SCP 2, tindakan pengecekan secara acak akan dilakukan secara ketat oleh Tentara Nasional Indonesia dan Kepolisian RI.
Meski pemeriksaan dalam SCP 1 tidak seketat SCP 2, Budi memastikan pengawasan secara ketat tetap dilakukan aparat keamanan dalam tahap tersebut. Baik TNI maupun Polri akan memantau pengunjung yang memasuki bandara untuk mengantisipasi aksi teror.
"Kami punya pengamanan tertutup yang dilakukan TNI dan Polri, mengawasi semua orang-orang yang mencurigakan," ucap Budi.
Budi mengatakan, sebelumnya, pemeriksaan dalam SCP 1 tidak terlalu intensif. Pemeriksaan secara intensif hanya dilakukan di titik SCP 2.
"Setelah kejadian ini (bom Surabaya dan Sidoarjo), seperti di Bandara Soetta, kita akan periksa intensif," tuturnya.
Tiga ledakan bom Surabaya di tiga gereja, Ahad, 13 Mei 2018, diketahui dilakukan satu keluarga yang diduga merupakan jaringan Jamaah Ansharud Daulah (JAD). Mereka diketahui menggunakan jenis bom yang berbeda dalam aksinya. "Semua adalah serangan bom bunuh diri. Cuma jenis bomnya berbeda," kata Kepala Polri Jenderal Tito Karnavian di Surabaya, Ahad, 13 Mei 2018.
Bom pertama meledak di Gereja Katolik Santa Maria Tak Bercela pukul 06.30. Menurut Tito, bom yang digunakan adalah bom yang dipangku. "Kami belum paham jenis bom jelasnya," ujarnya. Untuk memastikannya, pihak Laboratorium Forensik Polri sedang melakukan pengecekan. Tito mengatakan hal ini juga dilakukan untuk mengetahui bahan peledak yang digunakan para pelaku.
Setelah ledakan di Gereja Santa Maria, bom kedua meledak di Gereja Pantekosta Pusat Surabaya di Jalan Arjuno pukul 07.15. Lalu bom meledak di GKI di Jalan Diponegoro pukul 07.53.
Pada Minggu malam, 13 Mei 2018, terjadi ledakan di salah satu ruangan Rumah Susun Wonocolo Blok B lantai 5, Sidoarjo. Sedikitnya enam orang terkena ledakan, 3 di antaranya meninggal, yaitu Anton Febryanto, 47 tahun, sebagai kepala keluarga, Puspita Sari (47), istri Anton, dan RA (17).