Menteri Darmin Sebut Orientasi Ekspor Kian Penting, Ini Sebabnya

Selasa, 24 April 2018 15:23 WIB

Aktivitas bongkar muat peti kemas di Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta, 20 Oktober 2017. Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat, nilai ekspor Indonesia pada September 2017 turun dibanding bulan sebelumnya. Tempo/Tony Hartawan

TEMPO.CO, Jakarta - Menteri Koordinator Perekonomian Darmin Nasution mengatakan Indonesia harus menjadi negara yang berorientasi ekspor untuk mengantisipasi perekonomian dan perdagangan dunia yang tengah membaik. Orientasi ekspor sangat diperlukan agar Indonesia tidak semakin tertinggal dibanding negara yang sudah memanfaatkan perbaikan ekonomi dan perdagangan dunia.

"Indonesia belum berorientasi ekspor. Tidak usah dibandingkan dengan Malaysia dan Thailand yang sudah jauh lebih berorientasi ekspor dibanding kita. Dibanding Vietnam, kita kalah," ujar Darmin di Hotel Four Season, Jakarta, Selasa, 24 April 2018.

Baca: Ekspor Ikan ke Eropa Gagal, Susi Pudjiastuti Sebut Ini Sebabnya

Meski pertumbuhan ekonomi Indonesia tidak akan langsung turun lantaran belum berorientasi ekspor, menurut Darmin, dalam jangka panjang, perekonomian nasional bakal tertinggal. "Memang tidak akan turun dan malah bisa naik sedikit. Tapi ekonomi negara-negara yang berorientasi ekspor akan lebih baik dan cepat dibandingkan kita," ucapnya.

Saat ini, kata Darmin, ekspor Indonesia pun masih didominasi oleh produk primer dan sumber daya alam, seperti hasil pertambangan dan pertanian. Ekspor dalam bidang industri masih sangat sedikit.

Advertising
Advertising

Sebelumnya, Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat kinerja ekspor pada Maret 2018 mencapai US$ 15,58 miliar, naik 10,24 persen dibanding bulan sebelumnya yang senilai US$ 14,13 miliar. Beberapa sektor tercatat mengalami kenaikan kinerja ekspor, seperti sektor pertanian naik 20,01 persen, industri pengolahan naik 9,17 persen, serta pertambangan dan lainnya naik 22,66 persen.

Peningkatan terbesar ekspor nonmigas Maret 2018 terhadap Februari 2018 terjadi pada bahan bakar mineral sebesar US$ 358,9 juta, diikuti besi dan baja US$ 209,7 juta, serta bijih, kerak, dan abu logam sebesar US$ 133,3 juta.

Darmin, pada akhir pekan lalu, mengatakan, meski ekspor komoditas, seperti mineral dan batu bara, minyak, dan gas, juga CPO, menyumbang surplus pada neraca perdagangan, dampaknya tidak bertahan lama dalam situasi saat ini. Sekarang pemerintah mulai membenahi struktur ekspor dengan mengundang penanaman modal di sektor manufaktur dan industri lain.

Penanaman modal tersebut agar investasi bisa menghasilkan nilai tambah yang bermanfaat untuk penguatan ekspor. "Komoditas memang penting dalam ekspor, tapi kita ingin ke depan non-komoditas, lebih ke industri," kata Darmin, Jumat, 20 April 2018.

Berita terkait

Menguak Peran Vitamin D Sebagai Asupan Penting Sehari-hari

6 jam lalu

Menguak Peran Vitamin D Sebagai Asupan Penting Sehari-hari

Vitamin D memiliki peran dalam menjaga pertumbuhan otot dan tulang yang optimal dengan absorbsi kalsium di saluran cerna.

Baca Selengkapnya

Laba Bersih BTN Kuartal I 2024 Tumbuh 7,4 Persen, Tembus Rp 860 M

4 hari lalu

Laba Bersih BTN Kuartal I 2024 Tumbuh 7,4 Persen, Tembus Rp 860 M

BTN mencatat pertumbuhan laba bersih sebesar 7,4 persen menjadi Rp 860 miliar pada kuartal I 2024.

Baca Selengkapnya

Mendag Zulkifli Hasan Sebut Neraca Perdagangan Indonesia Surplus US$ 4,47 Miliar, Impor Barang Modal Laptop Anjlok

4 hari lalu

Mendag Zulkifli Hasan Sebut Neraca Perdagangan Indonesia Surplus US$ 4,47 Miliar, Impor Barang Modal Laptop Anjlok

Menteri Perdagangan Zulkifli Hasan klaim neraca perdaganga Indonesia alami surplus, ada beberapa komoditas yang surplus dan ada beberapa yang defisit.

Baca Selengkapnya

LPEI dan Diaspora Indonesia Buka Akses Pasar UKM Indonesia ke Kanada

8 hari lalu

LPEI dan Diaspora Indonesia Buka Akses Pasar UKM Indonesia ke Kanada

Kolaborasi LPIE dengan institusi pemerintahan membawa mitra binaan Usaha Kecil dan Menengah (UKM) LPEI untuk pertama kalinya menembus pasar ekspor ke Kanada.

Baca Selengkapnya

Ekspor Maret 2024 Naik 16,4 Persen tapi Tetap Anjlok Dibanding Tahun Lalu

8 hari lalu

Ekspor Maret 2024 Naik 16,4 Persen tapi Tetap Anjlok Dibanding Tahun Lalu

BPS mencatat nilai ekspor Indonesia pada Maret 2024 naik 16,40 persen dibanding Februari 2024. Namun anjlok 4 persen dibanding Maret 2023.

Baca Selengkapnya

BPS: Impor Beras pada Maret 2024 Melonjak 29 Persen

8 hari lalu

BPS: Impor Beras pada Maret 2024 Melonjak 29 Persen

Badan Pusat Statistik atau BPS mengungkapkan terjadi lonjakan impor serealia pada Maret 2024. BPS mencatat impor beras naik 2,29 persen. Sedangkan impor gandum naik 24,54 persen.

Baca Selengkapnya

BPS Sebut Iran dan Israel Bukan Mitra Utama Dagang RI: Dampak Konflik Tak Signifikan

8 hari lalu

BPS Sebut Iran dan Israel Bukan Mitra Utama Dagang RI: Dampak Konflik Tak Signifikan

BPS menilai dampak konflik geopolitik antara Iran dan Israel tak berdampak signifikan terhadap perdangan Indonesia. Begini penjelasan lengkapnya.

Baca Selengkapnya

Indonesia Targetkan Nilai Ekspor Kopi ke Mesir Tahun Ini Tembus Rp 1,5 Triliun

8 hari lalu

Indonesia Targetkan Nilai Ekspor Kopi ke Mesir Tahun Ini Tembus Rp 1,5 Triliun

Atase Perdagangan Kairo, M Syahran Bhakti berharap eksportir kopi Indonesia dapat memenuhi permintaan dari Mesir pada 2024 ini di atas Rp 1,5 triliun.

Baca Selengkapnya

Demi Lobster Kawan Vietnam

9 hari lalu

Demi Lobster Kawan Vietnam

Pemerintah membuka kembali keran ekspor lobster dengan syarat para pengusaha membudidayakannya di sini atau di Vietnam-tujuan utama ekspor lobster.

Baca Selengkapnya

Kemendag Dorong Produk Pertanian Indonesia Masuk Pasar Australia, Manggis Paling Diminati

9 hari lalu

Kemendag Dorong Produk Pertanian Indonesia Masuk Pasar Australia, Manggis Paling Diminati

Kementerian Perdagangan (Kemendag) melalui Atase Perdagangan RI di Canberra berupaya mendorong para pelaku usaha produk pertanian Indonesia memasuki pasar Australia.

Baca Selengkapnya