Dirut Pertamina Dicopot, Pengamat: Sarat Kepentingan Politik
Reporter
Dewi Nurita
Editor
Martha Warta
Jumat, 20 April 2018 17:45 WIB
TEMPO.CO, Jakarta - Pengamat Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Said Didu menilai pencopotan Elia Massa Manik sebagai Direktur Utama PT Pertamina (Persero) bukanlah karena kinerja yang kurang baik, melainkan sarat akan kepentingan politik.
"Elia Massa ini tidak kuat menahan penugasan pemerintah, yang dianggapnya membahayakan kelanjutan usaha Pertamina. Sehingga dia bersuara, dan tidak bisa diterima pemerintah. Tahun politik kan tidak mungkin menaikkan BBM," ujar Said saat dihubungi Tempo pada Jumat, 20 April 2018.
Baca: Bongkar Pasang Direksi Pertamina ala Menteri Rini Soemarno
Seperti diketahui, pemerintah tidak menaikkan harga BBM meskipun harga minyak dunia melonjak. Elia Massa berkali-kali bersuara soal kemungkinan Pertamina menanggung potensi kerugian (opportunity loss) membengkak, kalau pemerintah terus bersikukuh tidak menaikan harga BBM.
Menurut pengalaman mantan Staf Khusus Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral ini, BUMN seperti Pertamina dan Perusahaan Listrik Negara (PLN) memang sarat kepentingan politik karena perputaran uang yang besar di dunia BUMN ini. "Pertamina itu transaksinya bisa mencapai 2,5 sampai 3 triliun per hari. PLN bisa sampai 2 triliun, jadi banyak yang berkepentingan," ujarnya.
Kementerian BUMN yang dipimpin Menteri Rini Soemarno, hari ini mencopot Elia Massa sebagai Direktur Utama Pertamina. Selain Elia, ada empat direktur lainnya yang diganti melalui Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa pada Jumat, 20 April 2018.
Deputi Kementerian BUMN Bidang Pertambangan, Industri Strategis, dan Media Fajar Harry Sampurno menyebut kelima direktur itu adalah Direktur Utama, Direktur Mega Proyek, Direktur Pengolahan, Direktur Aset, dan Direktur Pemasaran dan Korporat. "Untuk sementara pelaksana tugas Direktur Utama sekaligus Direktur SDM adalah Bu Nicke sambil menunggu pejabat definitif," kata Harry di Gedung Kementerian BUMN, Jakarta, Jumat, 20 April 2018.
Harry menyatakan kementerian sudah menentukan pengisi dari kelima posisi yang ditinggalkan. Mereka adalah Direktur Pengolahan Budi Santoso Sarif, Direktur Pemasaran Korporat Basuki Trikora Putra, Direktur Pemasaran Ritel Masud Hamid, Direktur Manajemen Aset Haryo Junianto. Lalu Direktur Megaproyek Pengolahan dan Petrokimia Heru Setiawan dan Direktur Infrastruktur dan Logistik Gandy Sri Widodo.
Kementerian, lanjut Harry, mempunyai alasan tersendiri ihwal pergantian kelima direktur Pertamina. Menurut dia, perombakan manajemen merupakan bagian dari upaya mempercepat proses pembentukan perusahaan induk (holding) di sektor Minyak dan Gas. "Kedua, melihat perkembangan kondisi terakhir kejadian kecelakaan pipa di Balikpapan, dan kelangkaan BBM (Bahan Bakar Minyak)," kata dia.
ADITYA BUDIMAN