Belanja Iklan Smartphone Samsung Rp 1 T, Tertinggi di 2017
Reporter
M Yusuf Manurung
Editor
Rr. Ariyani Yakti Widyastuti
Rabu, 18 April 2018 18:24 WIB
TEMPO.CO, Jakarta - Perusahaan riset Nielsen Indonesia mencatat nilai total belanja iklan telepon pintar (smartphone) di Indonesia tahun 2017 mencapai Rp 3,2 triliun. Nilai itu didominasi oleh iklan yang disiarkan di media televisi.
"Pertumbuhan belanja iklan handphone ini luar biasa, naik 129 persen dari tahun 2015," kata Executive Director Nielsen Indonesia, Hellen Katherina saat konferensi pers di kantornya, Mayapada Tower I, Jakarta Selatan, Rabu, 18 April 2018.
Baca: Nielsen: Belanja Iklan 2017 Tumbuh 8 Persen, TV Mendominasi
Merek smartphone Samsung memuncaki daftar dengan menghabiskan belanja iklan sebesar Rp 1 triliun atau sepertiga dari jumlah total. Mengikuti di belakangnya, Vivo senilai Rp 824 miliar, Oppo sebesar Rp 461 miliar, Advan sebesar Rp 202 miliar, Lenovo senilai Rp 154 miliar, Asus senilaiRp 129 miliar, dan Polytron senilai Rp 111 miliar. Tiga merek lain, Evercross, Luna dan LG menghabiskan belanja iklan di kisaran puluhan miliar.
Samsung menghabiskan hampir seluruh biaya iklan di televisi dalam bentuk commercial break, sebesar 98 persen dari pengeluarannya. Di sisi lain, Vivo dan Oppo lebih banyak menghabiskan biaya iklan dalam bentuk in-program ads ketimbang commercial break.
"Vivo, 66 persennya in-program dan Oppo lebih besar lagi, 85 persennya in-program," kata Helen. Bentuk in-program ads di antaranya backdroop, product placement, build in, squeeze frame, running text, template dan slide poin.
Helen menjelaskan, dengan beriklan di dalam tayangan program, para perusahaan ponsel itu berharap dapat menjangkau lebih banyak penonton. "Karena pada umumnya penonton TV mengganti channel saat jeda iklan," katanya.
Data-data belanja iklan tersebut diambil dari Nielsen Advertising Intiligence (Ad Intel) yang memonitor aktivitas periklanan Indonesia. Monitoring itu mencakup 15 stasiun televisi nasional, 99 surat kabar dan 120 majalah dan tabloid. Angka belanja iklan didasarkan pada gross rate card, tanpa menghitung diskon, bonus, promo, harga paket dan lain-lain.