Di Forum Ini, Pedagang Gorengan Minta Jokowi Belikan Kompor
Reporter
Vindry Florentin
Editor
Ali Akhmad Noor Hidayat
Kamis, 29 Maret 2018 07:15 WIB
TEMPO.CO, Jakarta - Presiden Jokowi meminta masukan kepada pengelola dan nasabah Bank Mikro Wakaf. Jokowi mengundang 300 orang ke Istana Negara, Rabu, 28 Maret 2018 untuk mendengar langsung dari mereka.
"Kami kumpulkan di sini karena kami ingin mendengar masukan di lapangan ada persoalan apa," kata dia usai bertemu pengelola dan nasabah Bank Mikro Wakaf. Jokowi menuturkan tak ada masalah dalam layanan bank. Hanya satu keluhan nasabah yang banyak dilontarkan yaitu kenaikan plafon pinjaman.
Simak: Tagih Janji Jokowi, Warga Kendeng Dirikan Tenda di Istana
Dalam forum itu, Jokowi justru lebih banyak dapat keluhan yang tak berkaitan dengan Bank Wakaf Mikro. Susmarniati, misalnya. Alih-alih bicara soal pinjaman bank, pedagang gorengan asal Purwokerto ini bercerita dagangannya tak laku di pesantren tempat dia berjualan.
Sebabnya, dia tak punya cukup waktu untuk menggoreng. Istirahat di pesantren hanya 15 menit. Belum selesai menggoreng, siswa sudah harus masuk kelas. Jika dia siapkan lebih awal, gorengannya tak lagi renyah dan panas saat dijajakan.
Susmarniati pun meminta dibelikan kompor dan wajan baru oleh Jokowi. "Saya minta ke Pak Jokowi kalau bisa dibelikan kompor dan wajan besar," ujarnya. "Kalau pakai kompor sama wajan kecil jualannya sedikit. Tapi kalau dibuat sebelum istirahat jadinya dingin, anak sekolah tidak mau beli," kata dia lagi.
Jokowi tertawa sambil menyeka matanya mendengar permintaan Susmarniati. Dia menyarankan ibu itu untuk meminta pihak pesantren memperpanjang waktu istirahat.
Namun Susmarniati tetap pada pendiriannya. "Enggak, Pak. Saya mau kompor yang wus-wus," kata dia sambil menggerakkan tangannya. Dia ingin kompor yang mampu mengeluarkan api besar.
Jokowi semakin terpingkal mendengarnya. Dia kemudian meminta Menteri Sekretaris Negara Pratikno untuk mencatat permintaan Susmarniati.
Lain lagi dengan Yani, nasabah Bank Mikro Wakaf asal Krapiyak. Dia meminta Presiden menurunkan biaya kuliah anaknya.
Yani menuturkan, dia sudah mendapat pinjaman dari Bank Mikro Wakaf sebesar Rp 1 juta. Namun biaya kuliah anaknya per semester mencapai Rp 3 juta. Dia kemudian mengusulkan kenaikan plafon pinjaman.
Namun Jokowi mengatakan, aturan soal kenaikan plafon pinjaman murni berada di tangan Bank Mikro Wakaf. Dia berujar, aturan pembatasan pinjaman dibuat untuk menghindari gagal bayar dan mengingatkan nasabah untuk menghitung kemampuannya sebelum meminjam.
Lantaran pemerintah belum bisa menaikkan plafon pinjaman, Yani pun meminta bantuan Jokowi untuk menurunkan biaya kuliah anaknya. "Kalau memang tidak bisa, gimana kalau UKT (Uang Kuliah Tunggal) anak saya dikurangi, Pak?" ujarnya.
Pertanyaan Yani membuat Jokowi kembali tertawa. Dia kemudian menyarankan anak Yani untuk ikut program beasiswa. "Ini sebenarnya bukan urusan Bank Mikro Wakaf. Nanti diatur Pak mantan Rektor Universitas Gajah Mada," kata dia.
Selain kedua wanita di atas, Jokowi juga mendengarkan sejumlah masukan lainnya. Dia menanggapi satu per satu pernyataan yang disampaikan.
Yenny Hendriyani, nasabah Bank Mikro Wakaf asal Ciamis, mengucapkan terima kasih kepada Jokowi yang mau mendengarkan permintaan nasabah. Yenny merupakan salah satu nasabah yang meminta masukan soal pemasaran produknya kepada Jokowi.
Yenny juga mengucapkan apresiasi kepada Ketua Otoritas Jasa Keuangan Wimboh Santoso yang memfasilitasi pertemuan tersebut. "Dengan berutang Rp 1 juta, saya bisa ketemu Pak Jokowi. Dengan berutang, saya beruntung sekali," kata dia.