Soal Utang Pemerintah Rp 7.000 T, Menteri Darmin: Kata Siapa?

Jumat, 23 Maret 2018 17:00 WIB

Direktur Utama PT Bursa Efek Indonesia Tito Sulistio, Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati dan Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Darmin Nasution foto bersama di patung ikon pasar modal Banteng Wulung yang di halaman gedung BEI, Jakarta Selatan, Ahad, 13 Agustus 2017. Tempo/Destrianita

TEMPO.CO, Jakarta - Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Darmin Nasution angkat bicara soal utang pemerintah yang disebut-sebut mencapai lebih dari Rp 7.000 triliun. Hal itu menanggapi pernyataan Institute for Development of Economics and Finance (Indef) terkait jumlah total utang pemerintah tersebut.

“Kata siapa? Utang itu dari dulu bukan utang pemerintah saja. Malah pemerintah ini membayar utang-utang termasuk yang dulu,” kata Darmin di kantornya, Jakarta Pusat, Jumat, 23 Maret 2018.

Sebelumnya, peneliti Indef, Riza Annisa Pujarama, mengatakan utang pemerintah terus meningkat sejak 2015 secara agresif. Peningkatan utang itu dibarengi dengan pembangunan infrastruktur yang menjadi prioritas Presiden Joko Widodo.

Baca: Utang ke Cina Naik, Indef Ingatkan Pemerintah Soal Risiko Politik

Riza mengungkapkan bahwa sebenarnya total utang negara Indonesia telah mencapai lebih dari Rp 7.000 triliun. Utang pemerintah tersebut dialokasikan untuk membiayai defisit anggaran. Sedangkan, utang swasta berasal dari swasta dan Badan Usaha Milik Negara (BUMN).

Advertising
Advertising

Kementerian Keuangan dalam APBN 2018 menyatakan total utang pemerintah mencapai Rp 4.772 triliun. Namun, jika menelisik dataout-standing Surat Berharga Negara (SBN) posisi September 2017 sudah mencapai Rp 3.128 triliun, terdiri SBN denominasi rupiah sebanyak Rp 2.279 triliun, dan dalam denominasi valas Rp 849 triliun. "Sementara, utang swasta tahun 2017 telah mencapai sekitar Rp 2.389 triliun," kata Riza di kantor Indef, Jakarta Selatan, Rabu, 21 Maret 2018.

Berdasarkan data Bank Indonesia, hingga akhir Januari 2018 utang Indonesia tercatat sebesar US$ 357,5 miliar atau setara dengan Rp 4.928,1 triliun. Utang itu terdiri atas utang sektor pemerintah dan bank sentral sebesar US$ 183,4 miliar serta utang swasta sebesar US$ 174,2 miliar.

Menurut data tersebut, pertumbuhan utang luar negeri Indonesia terbilang cukup terkendali. Utang luar negeri Indonesia tumbuh stabil sebesar 10,3 persen yoy. Pertumbuhan itu bersumber dari pertumbuhan utang luar negeri sektor swasta sebesar 6,8 persen yoy dan sektor pemerintah serta bank sentral sebesar 13,7 persen yoy.

Berdasarkan jangka waktu asal, posisi utang luar negeri Indonesia pada akhir Januari 2018 tetap didominasi jangka panjang dengan pangsa sebesar 85,9 persen dari total utang luar negeri. Pertumbuhan jangka panjang itu meningkat dari 8,9 persen yoy pada Desember 2017 menjadi 9 persen yoy pada Januari tahun ini. Sementara, pertumbuhan utang luar negeri jangka pendek melambat dari 19,8 persen menjadi 18,3 persen yoy.

Berita terkait

Kemendag Berencana Selesaikan Utang Selisih Harga Minyak Goreng Bulan Depan

8 hari lalu

Kemendag Berencana Selesaikan Utang Selisih Harga Minyak Goreng Bulan Depan

Isy Karim mengatakan Kemendag akan memperjuangkan utang selisih harga minyak goreng yang tersendat sejak awal 2022.

Baca Selengkapnya

Program Makan Siang Gratis Prabowo Masuk RAPBN 2025, Ekonom Ini Ingatkan Anggaran Bakal Sangat Tertekan

9 hari lalu

Program Makan Siang Gratis Prabowo Masuk RAPBN 2025, Ekonom Ini Ingatkan Anggaran Bakal Sangat Tertekan

Direktur Ideas menanggapi rencana Presiden Jokowi membahas program yang diusung Prabowo-Gibran dalam RAPBN 2025.

Baca Selengkapnya

Kinerja Keuangan Dinilai Baik, Bank DBS Raih 2 Peringkat dari Fitch Ratings Indonesia

9 hari lalu

Kinerja Keuangan Dinilai Baik, Bank DBS Raih 2 Peringkat dari Fitch Ratings Indonesia

Bank DBS Indonesia meraih peringkat AAA National Long-Term Rating dan National Short-Term Rating of F1+ dari Fitch Ratings Indonesia atas kinerja keuangan yang baik.

Baca Selengkapnya

Dagang Sapi Kabinet Prabowo

10 hari lalu

Dagang Sapi Kabinet Prabowo

Partai politik pendukung Prabowo-Gibran dalam pemilihan presiden mendapat jatah menteri berbeda-beda di kabinet Prabowo mendatang.

Baca Selengkapnya

Penjelasan Kemenkeu soal Prediksi Kenaikan Rasio Utang jadi 40 Persen pada 2025

11 hari lalu

Penjelasan Kemenkeu soal Prediksi Kenaikan Rasio Utang jadi 40 Persen pada 2025

Kemenkeu merespons soal kenaikan rasio utang pemerintah terhadap produk domestik bruto (PDB) pada 2025.

Baca Selengkapnya

Terkini: OJK Beri Tips Kelola Keuangan untuk Emak-emak, Bulog Siap Jadi Pembeli Gabah Teknologi Cina di Kalimantan Tengah

12 hari lalu

Terkini: OJK Beri Tips Kelola Keuangan untuk Emak-emak, Bulog Siap Jadi Pembeli Gabah Teknologi Cina di Kalimantan Tengah

Kepala Eksekutif OJK Friderica Widyasari Dewi memberikan sejumlah tips yang dapat diterapkan oleh ibu-ibu dalam menyikapi isi pelemahan rupiah.

Baca Selengkapnya

PT PundiKas Indonesia Bantah Telah Menjebak dan Meneror Nasabah karena Pinjol

12 hari lalu

PT PundiKas Indonesia Bantah Telah Menjebak dan Meneror Nasabah karena Pinjol

PT PundiKas Indonesia, layanan pinjaman dana online atau pinjol, membantah institusinya telah menjebak nasabah dengan mentransfer tanpa persetujuan.

Baca Selengkapnya

Peneliti Paramadina Sebut Nilai Tukar Rupiah Melemah Bukan karena Konflik Iran-Israel

12 hari lalu

Peneliti Paramadina Sebut Nilai Tukar Rupiah Melemah Bukan karena Konflik Iran-Israel

Nilai tukar rupiah yang melemah menambah beban karena banyak utang pemerintah dalam denominasi dolar AS.

Baca Selengkapnya

Ekonom Senior INDEF Sebut Indonesia Harus Antisipasi Dampak Konflik Iran-Israel

13 hari lalu

Ekonom Senior INDEF Sebut Indonesia Harus Antisipasi Dampak Konflik Iran-Israel

Meski tidak bersinggungan secara langsung dengan komoditas pangan Indonesia, namun konflik Iran-Israel bisa menggoncang logistik dunia.

Baca Selengkapnya

Seorang Istri jadi Korban KDRT Suaminya Karena Tak Berikan Data KTP Untuk Pinjol

13 hari lalu

Seorang Istri jadi Korban KDRT Suaminya Karena Tak Berikan Data KTP Untuk Pinjol

Seorang menjadi korban KDRT karena tidak memberikan data KTP untuk pinjaman online.

Baca Selengkapnya