Rupiah Jeblok, Gubernur BI Minta Masyarakat Tak Khawatir karena..

Jumat, 9 Maret 2018 17:57 WIB

Agus Martowardojo. ANTARA/Wahyu Putro A

TEMPO.CO, Jakarta - Gubernur Bank Indonesia Agus Martowardojo meminta masyarakat tidak terlalu khawatir atas depresiasi nilai tukar rupiah yang hingga kini telah mencapai 1,5 persen. Depresiasi itu terhitung dari Januari hingga Maret 2018.

Permintaan agar publik tidak perlu terlalu khawatir, menurut Agus Marto, karena Indonesia dalam keadaan baik. "Kalau seandainya ada volatilitas atau fluktuasi menjauh dari fundamental value-nya, pasti Bank Indonesia akan hadir," katanya di kawasan perkantoran BI, Jalan M.H. Thamrin, Jakarta Pusat, Jumat, 9 Maret 2018.

Baca: Rupiah Melemah, Sri Mulyani: Kondisi Dalam Negeri Harus Prima

Agus mengatakan reputasi Indonesia sebagai negara yang memiliki stabilitas makroekonomi dan stabilitas keuangan masih terjaga. Menurut Agus, pertumbuhan ekonomi dan nilai inflasi Indonesia dalam keadaan baik.

Untuk pertumbuhan ekonomi, belajar dari 2017, Agus Marto optimistis bank sentral dapat turut menjaganya sesuai target. "Bank Indonesia masih yakin bahwa pertumbuhan ekonomi kita akan tetap pada 5,1 sampai 5,5 persen tahun 2018," katanya.

Advertising
Advertising

Selanjutnya, Agus Marto mengatakan nilai inflasi Indonesia selama tiga tahun terakhir juga sesuai target. Untuk Maret 2018 ini, Agus mengatakan pihaknya telah melakukan survei pada 82 kota dengan 164 pasar.

Hasilnya pada minggu pertama, inflasi berada pada kisaran 0,14 persen atau dalam setahunnya berarti 3,31 persen. "Kita juga meyakini Inflasi di 2018 akan sesuai target, yaitu di kisaran 3,5 persen," tutur Agus Marto. Langkah pemerintah untuk tidak menaikkan harga bahan bakar minyak (BBM) dan listrik akan turut membantu menjaga tingkat inflasi.

Lebih jauh, Agus berujar, terdepresiasinya nilai tukar rupiah dari awal tahun ini disebabkan karena dinamika secara global. Salah satunya adalah pidato Gubernur The Fed Jerome Powell yang disinyalir bernada hawkish atau terindikasi akan menaikkan suku bunga acuan atau Fed Fund Rate (FFR) lebih dari tiga kali dalam setahun.

Selain itu, jebloknya kurs rupiah baru-baru ini terkena imbas dari kebijakan Presiden Amerika Serikat Donald Trump yang telah menetapkan kenaikan tarif bea masuk impor baja dan aluminium. Aturan itu berlaku untuk seluruh negara, kecuali Kanada dan Meksiko yang sedang bernegosiasi dengan Amerika terkait dengan Perjanjian Perdagangan Bebas Amerika Utara NAFTA. "Dinamika ini khususnya di Januari, Februari, Maret dalam banyak hal adalah karena faktor eksternal," katanya.

Berita terkait

Tak Hanya Naikkan BI Rate, BI Rilis 5 Kebijakan Moneter Ini untuk Jaga Stabilitas Rupiah

9 jam lalu

Tak Hanya Naikkan BI Rate, BI Rilis 5 Kebijakan Moneter Ini untuk Jaga Stabilitas Rupiah

Gubernur BI Perry Warjiyo membeberkan lima aksi BI untuk menjaga stabilitas nilai tukar rupiah di tengah ketidakpastian pasar keuangan global.

Baca Selengkapnya

Bos BI Yakin Rupiah Terus Menguat hingga Rp 15.800 per Dolar AS, Ini 4 Alasannya

11 jam lalu

Bos BI Yakin Rupiah Terus Menguat hingga Rp 15.800 per Dolar AS, Ini 4 Alasannya

Gubernur BI Perry Warjiyo yakin nilai tukar rupiah terhadap dolar AS akan menguat sampai akhir tahun ke level Rp 15.800 per dolar AS.

Baca Selengkapnya

Sri Mulyani: Meski Kurs Rupiah Melemah, Masih Lebih Baik dibanding Baht dan Ringgit

12 jam lalu

Sri Mulyani: Meski Kurs Rupiah Melemah, Masih Lebih Baik dibanding Baht dan Ringgit

Menkeu Sri Mulyani mengatakan, nilai tukar rupiah pada triwulan I 2024 mengalami depresiasi 2,89 persen ytd sampai 28 Maret 2024.

Baca Selengkapnya

Inflasi April Hanya 0,25 Persen, BI Ungkap Pemicunya

17 jam lalu

Inflasi April Hanya 0,25 Persen, BI Ungkap Pemicunya

BI menyebut inflasi IHK pada April 2024 tetap terjaga dalam kisaran sasaran 2,51 persen, yakni 0,25 persen mtm.

Baca Selengkapnya

Rupiah Menguat di Angka Rp 16.088

18 jam lalu

Rupiah Menguat di Angka Rp 16.088

Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) menguat di angka Rp 16.088 pada perdagangan akhir pekan ini.

Baca Selengkapnya

Rupiah Ditutup Menguat ke Level Rp16.185, Analis: The Fed Membatalkan Kenaikan Suku Bunga

1 hari lalu

Rupiah Ditutup Menguat ke Level Rp16.185, Analis: The Fed Membatalkan Kenaikan Suku Bunga

Data inflasi bulan April dinilai bisa memberikan sentimen positif untuk rupiah bila hasilnya masih di kisaran 3,0 persen year on year.

Baca Selengkapnya

Ekonomi NTB Tumbuh Positif, Ekspor Diprediksi Meningkat

2 hari lalu

Ekonomi NTB Tumbuh Positif, Ekspor Diprediksi Meningkat

Perkembangan ekonomi Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB) 2023 tumbuh positif.

Baca Selengkapnya

Lagi-lagi Melemah, Kurs Rupiah Hari Ini di Level Rp 16.259 per Dolar AS

3 hari lalu

Lagi-lagi Melemah, Kurs Rupiah Hari Ini di Level Rp 16.259 per Dolar AS

Kurs rupiah dalam perdagangan hari ini ditutup melemah 4 poin ke level Rp 16.259 per dolar AS.

Baca Selengkapnya

Meski BI Rate Naik, PNM Tak Berencana Naikkan Suku Bunga Kredit

3 hari lalu

Meski BI Rate Naik, PNM Tak Berencana Naikkan Suku Bunga Kredit

PNM menegaskan tidak akan menaikkan suku bunga dasar kredit meskipun BI telah menaikkan BI Rate menjadi 6,25 persen.

Baca Selengkapnya

5 Mata Uang dengan Nilai Paling Lemah di Dunia

3 hari lalu

5 Mata Uang dengan Nilai Paling Lemah di Dunia

Daftar negara dengan mata uang terlemah menjadi perhatian utama bagi para pengamat ekonomi dan pelaku pasar.

Baca Selengkapnya