Kaleidoskop 2017, Masa Suram Bisnis Retail

Reporter

Tempo.co

Selasa, 26 Desember 2017 07:30 WIB

GAP di Mal Grand Indonesia menggelar diskon besar-besaran hingga 70 persen menjelang tutupnya toko tersebut di bulan Februari 2018. TEMPO/Jenny Wirahadi

TEMPO.CO, Jakarta -Tahun 2017 adalah saat yang berat bagi bisnis retail. Sejumlah toko retail gulung tikar, sebagian lainnya memilih untuk memangkas cabang.

Lesunya sektor retail tecermin dalam riset Global Retail Development Index yang dikeluarkan ATKearney, pada Juni lalu. Tahun ini, Indonesia menempati posisi delapan atau turun tiga peringkat dari 2016. ATKearney menyebut penjualan retail di Indonesia mencapai US$ 350 miliar tahun ini, atau hanya naik 8,02 persen dibandingkan 2016.

ATKearney pun memperingatkan peretail agar mewaspadai potensi guncangan ekonomi lantaran inflasi yang diperkirakan meningkat hingga 4,5 persen pada akhir tahun. “Ini dapat memperburuk belanja konsumen. Defisit fiskal juga membuat kurs rupiah rentan, sehingga memperlemah daya beli konsumen berpenghasilan rendah,” demikian petikan riset tersebut.

Badan Pusat Statistik mengamini lesunya sektor retail. Berdasarkan perhitungan BPS yang dipublikasikan pada awal November lalu, tingkat pertumbuhan konsumsi rumah tangga pada triwulan III 2017 sebesar 4,93 persen. Terjadi penurunan pertumbuhan konsumsi komponen pakaian, alas kaki dan jasa perawatan dari 2,24 persen di triwulan III-2016 menjadi 2,00 persen di triwulan III tahun ini.

Baca: Bisnis Retail Lesu, Ramayana Buka Tiga Gerai Baru

Lantai 2 Matahari Mall Taman Anggrek ditutup sejak kemarin. Dua lantai lainnya akan ditutup bertahap dalam waktu dekat. Tempo/Vindry Florentin

Kepala Badan Pusat Statistik (BPS), Kecuk Suhariyanto, mengatakan semua lembaga riset menunjukan hasil yang sama yaitu terjadi pergeseran tren dari belanja offline ke online. “Tren belanja online ke depan akan semakin besar, tetapi sekarang porsinya sebetulnya belum terlalu signifikan,” kata Suhariyanto di Kantor Pusat BPS, Jakarta, 6 November 2017.

Sepanjang 2017, tercatat lima toko retail raksasa tutup atau memangkas cabang. Lotus menutup tiga gerainya di Jakarta dan Bekasi pada akhir Oktober 2017. Penutupan gerai oleh induk usaha Lotus, PT Mitra Adi Perkasa (MAP) Tbk dilakukan karena terus merugi.

Toko retail kedua yang tutup adalah 7-Eleven. PT Modern Internasional Tbk (MDRN) menutup seluruh gerai 7-Eleven pada 30 Juni 2017 karena besarnya biaya operasional yang tak sebanding dengan pendapatan. Hingga Maret 2017, kerugian 7-Eleven tembus Rp 447,93 miliar.

Selain itu, PT Matahari Department Store Tbk (LPPF) menutup gerai Matahari Departement Store di Pasaraya Manggarai dan Pasaraya Blok M pada September 2017. Pada pertengahan November 2017, Matahari kembali menutup gerai di Taman Anggrek dan Lombok City Center.

Pada Desember ini, PT Mitra Adi Perkasa kembali menutup toko retailnya, Debenhams di Senayan City. Sebelumnya perusahaan telah menutup gerai Debenhams di Kemang Village dan Supermall Karawaci. Ada pula PT Ramayana Lestari Sentosa Tbk yang menutup delapan gerai supermarketnya pada 28 Agustus 2017.

Department Store Debenhams menggelar program Black Friday yang menawarkan potongan harga hingga 80 persen di Senayan City Jakarta, 25 November 2017. Program diskon berlangsung selama 24-26 November 2017. Tempo | Hendartyo Hanggi

Selain departemen store, pemegang lisensi GAP di Indonesia, PT Gilang Agung Persada menutup seluruh tokonya di Indonesia. Selain di Pondok Indah Mall dan Grand Indonesia, toko lainnya yang ditutup adalah Lippo Mall Puri. Sisanya ada di Kuta Beach Walk, Bali dan Tunjungan Plaza 4, Surabaya.

Tutupnya toko-toko retail, menurut Presiden Joko Widodo, bukan disebabkan anjloknya daya beli melainkan pergeseran belanja masyarakat dari offline ke online. Asumsi itu berdasarkan data naiknya penerimaan jasa kurir dan pajak sewa gudang yang meningkat.

Menurut Jokowi, fenomena ini tak hanya terjadi di Indonesia melainkan di sejumlah negara termasuk di Cina. “Daya beli shifting dari offline ke online,” kata Jokowi dalam acara Kamar Dagang Industri (Kadin) di Jakarta, Selasa, 3 Oktober 2017.

Perubahan pola belanja ini antara lain terlihat dalam berbagai pekan diskon belanja daring. Nilai transaksi Hari Belanja Online Nasional (Harbolnas) 2017 yang digelar pertengahan Desember 2017 misalnya, melampaui pencapaian tahun lalu sebesar Rp 3,3 triliun. Ketua Panitia Harbolnas 2017, Achmad Alkatiri, optimistis target penjualan sebesar Rp 4,6 triliun tercapai setelah transaksi dan lalu lintas pengakses situs-situs e-commerce melambung pada waktu tertentu.

Namun perubahan pola konsumsi, sejatinya bukan satu-satunya faktor penyebab rontoknya bisnis retail. Kepala Pusat Studi Ekonomi dan Bisnis Universitas Gadjah Mada A Tony Prasetiantono mengakui perubahan pola belanja dan offline ke online sedang terjadi. Kendati begitu, dia meyakini e-commerce tak akan 100 persen menggantikan transaksi perdagangan tradisional. "Hanya sebagian, mungkin nanti hingga 20 persen saja," kata Tony.

Ihwal lesunya bisnis retail tahun ini, menurut Tony disebabkan oleh terjadinya over supply. “Tanpa e-commerce pun sudah mulai terjadi over supply di mall, sehingga secara natural tetap ada yang tutup karena kalah bersaing,” ujarnya, Sabtu, 23 Desember 2017.

BUDIARTI UTAMI PUTRI | GHOIDA RAHMAH | VINDRY FLORENTIN

Advertising
Advertising

Berita terkait

Kemenkop dan UKM Tegaskan Tak Larang Warung Madura Buka 24 Jam

4 hari lalu

Kemenkop dan UKM Tegaskan Tak Larang Warung Madura Buka 24 Jam

Kemenkop UKM mengklarifikasi isu larangan warung Madura beroperasi 24 jam. Begini penjelasannya.

Baca Selengkapnya

Menjelang Lebaran 2024, ACE Solo Paragon Mall Gelar Promo Diskon hingga 70 Persen

26 hari lalu

Menjelang Lebaran 2024, ACE Solo Paragon Mall Gelar Promo Diskon hingga 70 Persen

Sejumlah promo yang ditawarkan ACE menjelang libur Lebaran 2024 itu di antaranya adalah diskon belanja hingga 70 persen dan promo Beli 1 Gratis 1.

Baca Selengkapnya

Bos Tokopedia Blak-blakan soal Permasalahan Predatory Pricing di E-Commerce

29 hari lalu

Bos Tokopedia Blak-blakan soal Permasalahan Predatory Pricing di E-Commerce

Presiden Tokopedia Melissa Siska Juminto buka suara soal permasalahan predatory pricing atau jual rugi di e-commerce.

Baca Selengkapnya

Bos Bulog Pastikan Stok Beras Aman Menjelang Lebaran: Seluruh Retail Diisi, Pasar Tradisional, Gudang..

30 hari lalu

Bos Bulog Pastikan Stok Beras Aman Menjelang Lebaran: Seluruh Retail Diisi, Pasar Tradisional, Gudang..

Dirut Perum Bulog Bayu Krisnamurthi memastikan pasokan dan stok beras di berbagai daerah akan terjaga menjelang hari Lebaran 2024.

Baca Selengkapnya

Menjelang Lebaran 2024, Sejumlah Mal Gelar Midnight Sale: Diskon hingga 80 Persen

32 hari lalu

Menjelang Lebaran 2024, Sejumlah Mal Gelar Midnight Sale: Diskon hingga 80 Persen

Sejumlah mal atau pusat perbelanjaan di Jakarta dan sekitarnya menggelar midnight sale menjelang Hari Raya Lebaran atau Idul Ffitri 1445 Hijriah.

Baca Selengkapnya

Bos Unilever Beberkan Alasan Pisahkan Unit Bisnis Es Krim dan PHK 7.500 Pekerja

41 hari lalu

Bos Unilever Beberkan Alasan Pisahkan Unit Bisnis Es Krim dan PHK 7.500 Pekerja

Unilever membeberkan alasan melakukan pemutusan hubungan kerja (PHK) terhadap 7.500 karyawannya di seluruh dunia.

Baca Selengkapnya

CEO The Body Shop Indonesia Pastikan Gerai di Tanah Air Bakal Tetap Buka dan Terus Berkembang

46 hari lalu

CEO The Body Shop Indonesia Pastikan Gerai di Tanah Air Bakal Tetap Buka dan Terus Berkembang

CEO The Body Shop Indonesia Suzy Hutomo angkat bicara usai penutupan seluruh gerai produsen produk perawatan tubuh dan kecantikan itu di AS.

Baca Selengkapnya

The Body Shop Tutup Gerai di AS dan Kanada, Bagaimana Nasib Bisnisnya di Indonesia?

48 hari lalu

The Body Shop Tutup Gerai di AS dan Kanada, Bagaimana Nasib Bisnisnya di Indonesia?

The Body Shop memutuskan gerai-gerainya di Amerika Serikat dan Kanada. Lalu bagaimana nasib bisnisnya di Indonesia?

Baca Selengkapnya

Zulhas Sebut Geliat Ekonomi di Pasar Tanah Abang di Atas Rata-Rata, Seperti Apa Realitanya?

49 hari lalu

Zulhas Sebut Geliat Ekonomi di Pasar Tanah Abang di Atas Rata-Rata, Seperti Apa Realitanya?

Mendag Zulhas mengklaim geliat ekonomi Indonesia selama Ramadan di atas rata-rata karena melihat ramainya Pasar Tanah Abang. Seperti apa realitanya?

Baca Selengkapnya

Nike Akan PHK 1.600 Karyawan, Apa Saja Pemicunya?

19 Februari 2024

Nike Akan PHK 1.600 Karyawan, Apa Saja Pemicunya?

Nike akan memangkas lebih dari 1.600 karyawan atau sekitar 2 persen dari total tenaga kerjanya. Apa sebabnya?

Baca Selengkapnya