Utang Luar Negeri Indonesia Kurang Produktif Versi Indef

Minggu, 17 Desember 2017 14:02 WIB

Utang Luar Negeri dalam Valas perusahaan yang memiliki sumber pendapatan dalam Rupiah akan menghadapi risiko nilai tukar.

TEMPO.CO, Jakarta - Ekonom dari Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Bhima Yudhistira menilai utang luar negeri Indonesia per Oktober 2017 sebesar US$ 341,5 miliar masih kurang produktif. Menurut Bhima, salah satu indikasinya adalah pertumbuhan utang luar negeri sektor publik tumbuh lebih tinggi dibanding sektor swasta.

“ULN (utang luar negeri) swasta tumbuh stagnan 1,3 persen (year-on-year/yoy). Ini menandakan sektor swasta belum berniat melakukan ekspansi atau menambah kapasitas produksi,” katanya melalui pesan pendek kepada Tempo di Jakarta, Sabtu, 16 Desember 2017.

Simak: Indef: 39 Persen Utang Indonesia Dikuasai Asing

ULN sektor publik justru tumbuh hingga 8,4 persen (yoy). Kondisi ini, kata Bhima, menandakan pemerintah kian agresif menambah utang guna menutupi defisit anggaran sekitar 2,7 persen dari pendapatan domestik bruto 2017.

Sebelumnya, Bank Indonesia (BI) menyatakan utang Indonesia per Oktober 2017 tumbuh sekitar 4,8 persen (yoy). BI juga menyatakan proporsi utang jangka panjang masih mendominasi, yakni sekitar 86,3 persen dan tumbuh 3,9 persen (yoy). Sedangkan utang jangka pendek memiliki proporsi lebih kecil, yaitu 13,7 persen, tapi tumbuh lebih cepat hingga 10,6 persen.

Indikasi selanjutnya, menurut Bhima, adalah pertumbuhan utang jangka pendek yang lebih cepat. “Resiko mismatch akan mengganggu likuiditas swasta ataupun sektor publik dalam membayar utang yang jatuh tempo,” ujarnya.

Selain itu, utang swasta yang tumbuh stagnan juga dinilai belum produktif. Sebab, 77 persen utang swasta terkonsentrasi di sektor keuangan, industri pengolahan, serta listrik, gas, dan air bersih. “Sementara untuk industri manufaktur masih tumbuh di bawah ekspektasi,” tuturnya.

Bhima mengatakan peningkatan rasio pembayaran utang atau debt to service ratio (DSR) terhadap kinerja ekspor juga turut berkontribusi pada kurang produktifnya utang luar negeri Indonesia.

Menurut dia, angka DSR Tier 1 per kuartal III 2017 yang mencapai 23,39 persen membuktikan utang Indonesia tidak berkorelasi positif terhadap sektor produktif, seperti ekspor. “Padahal lima tahun lalu DSR masih di angka 17,28 persen,” ucapnya.

Berita terkait

Ekonom Senior INDEF Sebut Indonesia Harus Antisipasi Dampak Konflik Iran-Israel

13 hari lalu

Ekonom Senior INDEF Sebut Indonesia Harus Antisipasi Dampak Konflik Iran-Israel

Meski tidak bersinggungan secara langsung dengan komoditas pangan Indonesia, namun konflik Iran-Israel bisa menggoncang logistik dunia.

Baca Selengkapnya

Antisipasi Dampak Konflik Iran-Israel, Ekonom: Prioritaskan Anggaran untuk Sektor Produktif

14 hari lalu

Antisipasi Dampak Konflik Iran-Israel, Ekonom: Prioritaskan Anggaran untuk Sektor Produktif

Di tengah konflik Iran-Israel, pemerintah mesti memprioritaskan anggaran yang bisa membangkitkan sektor bisnis lebih produktif.

Baca Selengkapnya

Erick Thohir Minta BUMN Segera Antisipasi Dampak Penguatan Dolar

15 hari lalu

Erick Thohir Minta BUMN Segera Antisipasi Dampak Penguatan Dolar

Erick Thohir mengatakan BUMN perlu mengoptimalkan pembelian dolar, artinya adalah terukur dan sesuai dengan kebutuhan.

Baca Selengkapnya

Terkini Bisnis: Erick Thohir Minta BUMN Beli Dolar Secara Optimal, Rupiah Loyo Jadi Rp 16.260 per USD

16 hari lalu

Terkini Bisnis: Erick Thohir Minta BUMN Beli Dolar Secara Optimal, Rupiah Loyo Jadi Rp 16.260 per USD

Erick Thohir mengarahkan agar BUMN membeli dolar secara optimal dan sesuai kebutuhan di tengah memanasnya geopolitik dan penguatan dolar.

Baca Selengkapnya

Utang Luar Negeri RI Tercatat Rp USD 407,3 Miliar, Banyak Pembiayaan Proyek Pemerintah

16 hari lalu

Utang Luar Negeri RI Tercatat Rp USD 407,3 Miliar, Banyak Pembiayaan Proyek Pemerintah

BI mencatat jumlah utang luar negeri Indonesia jumlahnya naik 1,4 persen secara tahunan.

Baca Selengkapnya

Ekonom Indef soal Dugaan Korupsi di LPEI: Padahal Ekspor Andalannya Pemerintahan Jokowi

45 hari lalu

Ekonom Indef soal Dugaan Korupsi di LPEI: Padahal Ekspor Andalannya Pemerintahan Jokowi

Ekonom Indef, Didin S. Damanhuri sangat prihatin atas dugaan korupsi yang terendus di lingkaran LPEI. Padahal, kata dia, ekspor adalah andalan pemerintahan Jokowi

Baca Selengkapnya

Imbas PPN Naik jadi 12 Persen, Indef Sebut Daya Saing Indonesia Bakal Turun

46 hari lalu

Imbas PPN Naik jadi 12 Persen, Indef Sebut Daya Saing Indonesia Bakal Turun

Kebijakan PPN di Tanah Air diatur dalam Undang-Undang-undang Nomor 7 Tahun 2021 tentang Harmonisasi Peraturan Perpajakan (HPP).

Baca Selengkapnya

Tarif PPN Naik jadi 12 Persen, Indef: Indonesia Paling Tinggi di Asia Tenggara

46 hari lalu

Tarif PPN Naik jadi 12 Persen, Indef: Indonesia Paling Tinggi di Asia Tenggara

Peneliti Center of Industry, Trade, and Investment Indef Ahmad Heri Firdaus membandingkan besaran tarif PPN di Asia Tenggara.

Baca Selengkapnya

Indef: PPN jadi 12 Persen Akan Dorong Kenaikan Harga Bahan Pokok

46 hari lalu

Indef: PPN jadi 12 Persen Akan Dorong Kenaikan Harga Bahan Pokok

Indef menyatakan penjual akan reaktif terhadap kenaikan PPN.

Baca Selengkapnya

PPN Naik jadi 12 Persen, Indef: Pertumbuhan Ekonomi Turun karena Orang Tahan Konsumsi

47 hari lalu

PPN Naik jadi 12 Persen, Indef: Pertumbuhan Ekonomi Turun karena Orang Tahan Konsumsi

Indef membeberkan dampak kenaikan pajak pertabambahan nilai atau PPN menjadi 12 persen.

Baca Selengkapnya